LEBIH DEKAT DENGAN SANG PENCIPTA
DI
OBSERVATORIUM BOSSCHA
Izatul Laela, S.Si
SMPN 2 Wonorejo
Sains
secara sederhana dapat diuraikan sebagai penafsiran dan pemaparan manusia
secara sistematis tentang seluk beluk alam semesta melalui kegiatan ilmiah yang
dilakukannya. Dengan sains, manusia mampu memahami adanya kebesaran,
keteraturan, keharmonisan dan keindahan segala yang ada di alam, termasuk diri
manusia itu sendiri, dari yang paling kecil seperti atom hingga yang paling
besar seperti galaksi. Dengan merenungi kenyataan ini secara mendalam, manusia
pada akhirnya mampu berkesimpulan bahwa mustahil sistem yang sempurna ini ada
dengan sendirinya, dan dapat terus eksis secara dinamis tanpa ada yang
menciptakan segala kesempurnaan tersebut. Dialah Allah, Tuhan semesta alam. Lebih
dari sekedar menunjukkan keberadaan Pencipta, sains mampu mengungkap
Sifat-Sifat Allah Yang Agung. Keteraturan dan kesempurnaan di alam menunjukkan
sifat-Nya yang Maha Tahu dan Maha Kuasa dalam menciptakan hukum-hukum di alam
agar berjalan secara sempurna dan teratur. Ditumbuhkannya beragam tanaman,
diciptakannya berjenis-jenis hewan sebagai rizqi yang menyenangkan bagi manusia
dan diciptakannya kondisi bumi yang nyaman untuk dihuni menunjukkan bahwa
Pencipta tersebut memiliki sifat Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pemberi
Rizqi. Begitulah seterusnya, berbagai cabang sains, yang mengkaji beragam
ciptaan Allah secara parsial maupun global mampu mengungkapkan beragam Sifat
Allah Yang Agung.
Sains
merupakan sarana yang sangat penting dalam memahami keberadaan Allah beserta
sifat-sifat-Nya. Semakin luas dan dalam sains yang dipahami seseorang, maka
keyakinannya tentang keberadaan Allah akan semakin dalam. Semakin bertambah
pengetahuan yang dimilikinya tentang seluk beluk alam semesta semakin tahu ia
sifat-sifat Allah. Tidak mengherankan jika kemudian ia mudah mengingat Allah
(berdzikir) ketika mempelajari sains (bertafakkur). Semakin bertambah
pengetahuannya tentang sains yang digelutinya, semakin menjadikannya hamba yang
mengenal dan bertaqwa kepada Allah.
Observatorium
Bosscha adalah tempat yang sangat cocok untuk mempelajari sains (bertafakkur) melihat
bintang yang terletak di daerah Lembang Bandung Jawa Barat. Sangat berbeda dan
menarik untuk dikunjungi, kita bisa bermain sekaligus belajar mengamati dan
meneliti mengenai berbagai macam bintang maupun galaxy di Observatorium Bosscha
ini. Disini juga kesempatan yang sangat berharga untuk mengenal lebih jauh
betapa Maha Kuasanya Sang Pencipta.
Observatorium
Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia.
Observatorium Bosscha berdiri di atas tanah seluas 6 hektar, berada di atas
ketinggian 1310 mdpl atau pada ketinggian 630 meter dari Plato Bandung. Tinggi
bangunan ini mencapai 15 meter dengan berdiameter 11 meter, sedangkan untuk
kubahnya yang dinamakan Zeis beratnya 56 ton dengan diameter 14,5 meter. Atap
kubah ini dapat bergerak dengan daya listrik berkekuatan 1500 watt. Dengan
kokohnya, bangunan Observatorium Bosscha ini diperkirakan dapat bertahan dari
guncangan gempa berkekuatan hingga tujuh skala Richter. Di Observatorium
Bosscha terdapat teleskop Zeiss yang sudah mulai dioperasikan sejak 1928 dan
hingga sekarang masih berfungsi dengan baik. Memiliki panjang 11 sentimeter,
diameter 60 sentimeter dan berat 17 ton, awalnya teleskop ini digunakan untuk
melakukan penelitian bintang ganda. Selain teleskop Zeissada juga teleskop lain
yang terdapat di dalamnya, yaitu Unitron, Goto, Bamberg. Kesemua teleskop dapat
digunakan untuk menyaksikan bulan hingga matahari.
Observartorium
Boscha (dulunya bernama Bosscha Sterrenwacht ) dibangun oleh Nederlandsch-Indische
Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia-Belanda.
Pembangunan observatorium ini sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 5 tahun
sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1928. Pada rapat pertama NISV, diputuskan
bahwa akan dibangun sebuah observatorium di Indonesia demi memajukan Ilmu
Astronomi di Hindia-Belanda.
Karel
Albert Rudolf Bosscha yang merupakan mantan dosen Bung
Karno ketika mengenyam pendidikan di Insitut Teknologi Bandung (ITB) bersedia
memberikan bantuan pembelian teropong bintang. Untuk mengenang jasanya,
diambillah nama Bosscha sebagai nama tempat terompong bintang ini. Kemudian
pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan observatorium ini kepada
pemerintah RI. Setelah Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada tahun
1959, Observatorium Bosscha kemudian menjadi bagian dari ITB. Dan sejak saat
itu, Bosscha difungsikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal
Astronomi di Indonesia.
Kelahiran Bintang
Sebuah bintang lahir di sebuah kawasan yang biasa disebut nebula,
suatu kawasan seperti awan yang terdiri dari molekul-molekul unsur gas seperti
Hidrogen, Oksigen, Nitrogen dan lain-lain.
Ada beberapa pendapat sering jadi rujukan mengenai asal muasal kabut gas ini:
1.Terbentuk ketika alam semesta lahir
2.Unsur yang dilemparkan oleh bintang yang meledak
Awal proses pembentukan bintang;seperti biasa, biangnya adalah gravitasi. Baik
itu gravitasi yang timbul dalam awan molekul (interaksi antar molekul) sehingga
kedua molekul akan saling mengorbit. makin banyak molekul yang terlibat, makin
besar gravitasi yang timbul.
Gravitasi tak langsung yang berasal dari luar, antara lain disebabkan oleh:
1. Hembusan angin sepoi-sepoi dari bintang yang ada disekitarnya (bow shock)
2. Semburan jet dari black hole yang mendorong kumpulan awan gas yang ada disekelilingnya.
Tahap berikutnya adalah
ketika jumlah Hidrogen sudah mencukupi untuk memulai pembakaran dan menyokong
teras yang terbentuk akibat bertumpuknya gas di bagian luar bintang. Cahaya
(dalam berbagai macam panjang gelombang) mulai dipancarkan ketika kompor nuklir
bintang sudah aktif, dan rotasi bintang menyebabkan efek sentrifugal dan meniup
materi-materi yang ringan menjauh.
Terbentuknya
Matahari
Seperti semua bintang, Matahari terbentuk dari awan gas dan debu
yang mengerut. Partikel gas di tepi luar awan itu, atau nebula, mulai jatuh ke
pusat, dan gravitasi partikel-partikel ini bersama-sama menarik atom lebih
banyak lagi. Selama 10 juta tahun, awan gas itu bertambah mampat dan panas.
Kemudian suatu perubahan penting terjadi pada intinya. Karena tarikan
gravitasi, tekanan yang makin besar memaksa inti-inti atom berpadu dalam proses
fusi nuklir, dan mengeluarkan energi sangat besar. Begitu api intinya menyala,
Matahari telah menjadi bintang. Beberapa proses:
1. Awan
Gas yang Mengerut
Kira-kira lima
miliar tahun silam, debu dan gas (nebula) bercahaya mulai menggumpal dan
mengerut. Seperti adonan piza yang dilempar dan berputar di udara, nebula ini
memipih seperti cakram
2.
Tarikan Gravitasi
Selagi nebula
terus berputar, gravitasi menarik materi ke pusat. Atom gas yang tertarik jatuh
ke tengah menuju inti semakin banyak, sehingga kemampatan dan suhu terus
meningkat. Akibatnya, inti dalam yang panas mulai memijar.
3.
Hampir Menjadi Bintang
Dengan mengerut
lebih jauh lagi, inti yang cerah itu mengecil sampai kira-kira 50 kali ukuran
Matahari sekarang. Atom-atom terus jatuh ke dalam inti, dan di situ gravitasi
yang sangat kuat memampatkannya menjadi sangat padat.
4.
Sebuah Bintang Lahir
Setelah
mengecil terus selama 10 juta tahun, Matahari muda menjadi mantap pada ukuran
sedikit di atas ukurannya sekarang. Suhu intinya telah mencapai 10 juta° Kelvin
dan reaksi inti pun mulai.
5.
Matahari sekarang
Pada umurnya
sekarang 4,6 miliar tahun, Matahari telah membakar kira-kira setengah hidrogen
dalam intinya. Pembakaran ini akan terus berlangsung lima miliar tahun
lagi.
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ
طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ
هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (3) ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ
كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ (4) وَلَقَدْ
زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا
لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ (5)
“Yang telah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang
Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” Kemudian pandanglah sekali lagi
niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu
cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. Sesungguhnya Kami telah
menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa
neraka yang menyala-nyala.”(QS.Al Mulk: 3-5)
Dalam
ayat ini, Allah menciptakan langit berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat.
Kemudian Allah tanyakan, apakah ada sesuatu yang cacat atau retak di langit
tersebut? Jawabannya tentu saja tidak. Kemudian Allah memerintah
melihatnya berulang lagi (bahkan berulang kali), apakah ada yang cacat di
langit itu? Hasilnya, jika dilihat berulang kali tidak ada cacat sama sekali
pada ciptaan Allah tersebut. Namun yang didapat adalah rasa payah karena
berulangkalinya menelusuri langit itu.
Dalam
ayat selanjutnya, Allah menjelaskan kebagusan langit ciptaan-Nya. Langit
tersebut menjadi indah dan menawan karena dihiasi dengan bintang-bintang.
Bintang dalam ayat di atas disebutkan berfungsi untuk melempar setan dan
sebagai penghias langit. Namun sebenaranya fungsi bintang masih ada satu lagi.
Bintang secara keseluruhan memiliki tiga fungsi. Fungsi pertama: Untuk
melempar setan-setan yang akan mencuri berita langit. Hal ini sebagaimana
terdapat dalam surat Al Mulk,
وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا
لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Dan
Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan
bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 5)
Fungsi kedua: Sebagai penunjuk arah seperti
rasi bintang yang menjadi penunjuk bagi nelayan di laut.
وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ
يَهْتَدُونَ
“Dan
(Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah
mereka mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl: 16).
Fungsi ketiga: Sebagai penerang dan penghias
langit dunia. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
وَلَقَدْ
زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang.” (QS. Al Mulk: 5)
Mereka
yang memiliki pengetahuan tentang sains berarti memiliki sarana untuk
menanamkan aqidah dalam dirinya sendiri dan orang lain. Dengan kata lain dia
adalah termasuk orang yang paling mampu untuk berdakwah melalui sains yang
dimilikinya. Mengajarkan sains bukanlah sekedar menjadikan anak didik, murid,
mahasiswa dan masyarakat luas mengerti tentang sains dan aplikasi sains itu
sendiri. Akan tetapi lebih dari itu, yaitu menanamkan dalam diri mereka akan
keajaiban dan kesempurnaan alam yang merupakan petunjuk keberadaan Allah Yang
Maha Kuasa beserta Sifat-Sifat-Nya.
Sebuah kutipan: Salah seorang pendiri fisika modern, dokter asal Jerman, Max
Planck mengatakan bahwa setiap orang, yang mempelajari ilmu pengetahuan dengan
sungguh-sungguh, akan membaca pada gerbang istana ilmu pengetahuan sebuah kata:
“Berimanlah”. Keimanan adalah atribut penting seorang ilmuwan.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar