Selasa, 10 Mei 2022

PENGUATAN PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK

 

PENGUATAN PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN  ANAK


Izatul Laela, S.Si

SMPN 2 Wonorejo

 

            Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah/suci. Orang tua atau lingkunganlah yang menjadikan bagaimana nanti seorang anak itu ketika dewasa. Hal ini  disampaikan oleh Rasulullah SAW : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah/suci. Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan dia sebagai seorang Yahudi atau Majusi atau Nasrani.” (HR Abu Hurairah)

            Senada dengan apa yang disampaikan Rasulullah SAW tersebut, seorang pakar pendidikan John Locke mengemukakan sebuah teori yang dikenal sebagai teori Tabularasa yaitu :”jiwa seseorang bagaikan kertas putih. Kertas putih ini kemudian akan mendapatkan coretan atau tulisan dari luar. Terserah kepada unsur dari luar yang akan menulis, mau ditulisi merah atau hijau, dan sebagainya.” Orang tualah yang memegang kuas serta cat, sedangkan anak adalah kanvas. Kanvas itu akan menjadi lukisan yang indah atau tidak adalah tergantung bagaimana orang tua melukisnya.

            Pendidikan adalah proses pendewasaan yang di dalamnya terdapat usaha dan pembinaan untuk menjadikan kepribadian seseorang menjadi lebih baik dan tidak keluar dari aturan atau norma yang berlaku di masyarakat.

Pendidikan anak merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Orang tua tidak boleh beranggapan bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Tidak jarang orang tua merasa bebas dari tanggung jawab dengan menyerahkan anak-anaknya kepada lembaga pendidikan yang cukup mahal dengan berbagai fasilitas yang mewah.

Kehidupan anak dimulai dari lingkungan keluarga. Di dalam lingkungan keluarga inilah anak mulai belajar segala sesuatu, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling tua dan utama bagi seorang anak. Oleh karenanya orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan anak-anaknya. Tanggung jawab pendidikan anak ini harus ditangani langsung oleh orang tua. Lingkungan keluarga juga dikatakan sebagai lingkungan yang paling utama karena sebagian besar kehidupan anak ada di dalam keluarga sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Para pendidik yang mendidik anak di sekolah hanyalah partner bagi orang tua dalam proses pendidikan anak.

Sebagai orang tua kita diingatkan oleh Rasulullah SAW tentang tanggung jawab mendidik anak ini yang kelak akan diminta pertanggungjawabannya. “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR Bukhari)

Imam Abu Al-Hamid Al-Ghazali rahimahullah menyampaikan: “perlu diketahui bahwa metode untuk melatih atau mendidik anak-anak termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari urusan yang lainnya. Anak merupakan amanah di tangan kedua orang tuanya. Qalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga dan murni yang belum dibentuk dan diukir. Dia menerima apapun yang ditanamkan padanya. Jika dia dibiasakan dan dididik untuk melakukan kebaikan niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.”

Maraknya kasus tawuran antar pelajar, anak-anak terjerumus narkoba, kriminalitas anak dan segala macam bentuk kenakalan remaja membuat hati kita miris. Seringkali kita berpikir anak kita di rumah baik-baik saja, sopan, taat beribadah, tapi belum tentu. Bisa saja anak di rumah baik dan sopan tapi di luar ternyata berbuat tindakan yang negatif. Anak bersikap demikian bisa jadi karena orang tua salah dalam mendidiknya. Kesalahan orang tua diantaranya adalah terlalu memaksakan kehendaknya pada anak. Terkadang orang tua memaksakan kehendaknya agar anak menjadi pintar dalam segala hal sehingga diikutkan berbagai macam les/kursus. Akibatnya anak mencari pelampiasan karena tidak berani melawan kehendak orang tua.

Kita sering berbicara dan mengeluhkan tentang kenakalan anak tapi kita lupa merefleksi diri apakah sebagai orang tua kita tidak melakukan kenakalan yang lebih besar. Hal yang patut kita renungkan adalah apakah kita sebagai orang tua telah memiliki cukup kelayakan untuk ditaati. Anak dituntut mengerti keinginan orang tua tanpa mau berusaha memahami pikiran anak, kehendak anak dan jiwa anak.

Sebagai orang tua terutama ayah, kita sudah diingatkan oleh Allah SWT tentang pentingnya mendidik keluarga. “Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS AtTahrim : 6)

Rasulullah SAW juga mengingatkan kita dalam hadits yang diriwayatkan Al Hakim bahwa tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dengan bijak menyampaikan bahwa siapa saja yang mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal-hal yang berguna baginya, lalu dia membiarkan begitu saja berarti dia telah berbuat kesalahan yang fatal. Mayoritas penyebab kerusakan anak adalah akibat orang tua mengabaikan mereka, serta tidak mengajarkan berbagai kewajiban dan ajaran agama. Orang tua yang menelantarkan anak-anaknya ketika mereka kecil telah membuat mereke tidak berfaedah bagi diri sendiri dan bagi orang tua ketika mereka telah dewasa.

Oleh karena itu peran orang tua atau keluarga perlu semakin dikuatkan dalam pendidikan anak. Karena keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki banyak fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak di rumah serta fungsi yang mendukung pendidikan di sekolah.

Setiap pola tingkah dan tindakan apapun yang diberikan orang tua kepada anak akan memberikan dampak yang besar bagi perkembangan anak. Kewajiban orang tua untuk memenuhi hak anak yaitu memberikan kasih sayang, perhatian, pendidikan, kebutuhan sehari-hari, dan yang paling penting bebas dari kekerasan, baik verbal maupun non verbal.

Agar terpenuhi antara hak anak serta kewajiban orang tua terhadap anak, maka perlu di bangun sebuah aturan dalam keluarga yang telah disepakati dan diajarkan kepada anak melalui tindakan, tidak hanya secara tertulis maupun lisan. Orang tua juga perlu membaca buku-buku yang penuh motivasi dan cara-cara yang baik menciptakan keluarga yang harmonis. Yang paling penting adalah komitmen dengan hal-hal yang telah disepakati dalam keluarga.

Fungsi keluarga dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak di rumah antara lain:

(1)   sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak,

(2)   meletakkan dasar-dasar pendidikan agama, hendaknya dilakukan jika anak sudah mencapai usia tamyiz, yaitu saat anak mampu memahami perintah dan larangan,

(3)   menjamin kehidupan emosional anak,

(4)   dasar pendidikan moral,

(5)   memberikan dasar pendidikan sosial,

(6)   bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak,

(7)   memberi kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang,

(8)   menjaga kesehatan anak sehingga anak merasa nyaman menjalankan proses belajar yang utuh,

(9)   memberi nafkah yang halal pada keluarga, karena keberkahan sebuah keluarga salah satunya berasal dari kehalalan makanan yang dikonsumsi.

Adapun fungsi keluarga yang mendukung pendidikan di sekolah antara lain :

(1)   menjalin hubungan saling membantu antara orang tua dengan guru dalam hal ketidakmampuan belajar anak,

(2)   orang tua dan sekolah bekerjasama dalam mengarahkan cara belajar anak dan cara membimbing belajar anak,

(3)   orang tua selalu memantau perkembangan sekolah anaknya, memberi motivasi dan memuji setiap usaha yang telah dilakukan anak,

(4)   orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi masalah-masalah anak,

(5)   orang tua dapat memberikan kepercayaan kepada sekolah untuk dapat menjadi tempat belajar bagi anak dan guru sebagai orang tua anak di sekolah. Sikap orang tua terhadap sekolah akan dapat memberikan pengaruh kepada anak bagaimana dia bersikap kepada sekolah,

(6)   orang tua bekerjasama dengan guru dalam mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan dimasuki anak.

Jika semua peran sebagai orang tua/keluarga sudah dilaksanakan secara maksimal tapi hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan, maka sikap kita selanjutnya adalah tawakkal (berpasrah diri kepada Allah SWT). Karena tugas kita sebagai orang tua hanyalah sebagai motivator dan fasilitator bagi keberhasilan anak,  menyiapkan sarana yang dibutuhkan anak sesuai dengan kemampuan kita.

Hal yang paling utama dari semua itu adalah teladan terbaik dari orang tua. Karena anak akan belajar dari kehidupannya. Anak belajar dari apa yang dialaminya sejak kecil. Anak akan meniru apa yang dilihat dan didengarnya. Dorothy Law Nolte menulis puisi indah tentang hal ini dalam judul “Children Learn What They Live”.

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki,

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi,

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri,

Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri,

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri,

Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri,

Jika anak dibesarkan dengan pujian,ia belajar menghargai,

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan,

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar kepercayaan,

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri,

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

 

           

2 komentar: