PENGUATAN PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK
Izatul Laela, S.Si
SMPN 2 Wonorejo
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah/suci. Orang tua atau lingkunganlah yang menjadikan bagaimana nanti
seorang anak itu ketika dewasa. Hal ini
disampaikan oleh Rasulullah SAW : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah/suci. Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan dia sebagai seorang
Yahudi atau Majusi atau Nasrani.” (HR Abu Hurairah)
Senada dengan apa yang disampaikan
Rasulullah SAW tersebut, seorang pakar pendidikan John Locke mengemukakan
sebuah teori yang dikenal sebagai teori Tabularasa yaitu :”jiwa seseorang
bagaikan kertas putih. Kertas putih ini kemudian akan mendapatkan coretan atau
tulisan dari luar. Terserah kepada unsur dari luar yang akan menulis, mau
ditulisi merah atau hijau, dan sebagainya.” Orang tualah yang memegang kuas
serta cat, sedangkan anak adalah kanvas. Kanvas itu akan menjadi lukisan yang
indah atau tidak adalah tergantung bagaimana orang tua melukisnya.
Pendidikan adalah proses pendewasaan
yang di dalamnya terdapat usaha dan pembinaan untuk menjadikan kepribadian
seseorang menjadi lebih baik dan tidak keluar dari aturan atau norma yang
berlaku di masyarakat.
Pendidikan anak merupakan tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Orang tua tidak boleh beranggapan
bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Tidak jarang orang tua
merasa bebas dari tanggung jawab dengan menyerahkan anak-anaknya kepada lembaga
pendidikan yang cukup mahal dengan berbagai fasilitas yang mewah.
Kehidupan anak dimulai dari lingkungan keluarga. Di
dalam lingkungan keluarga inilah anak mulai belajar segala sesuatu, karena itu
keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling tua dan utama bagi seorang
anak. Oleh karenanya orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam
pendidikan anak-anaknya. Tanggung jawab pendidikan anak ini harus ditangani
langsung oleh orang tua. Lingkungan keluarga juga dikatakan sebagai lingkungan
yang paling utama karena sebagian besar kehidupan anak ada di dalam keluarga
sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga.
Para pendidik yang mendidik anak di sekolah hanyalah partner bagi orang tua
dalam proses pendidikan anak.
Sebagai orang tua kita diingatkan oleh Rasulullah SAW
tentang tanggung jawab mendidik anak ini yang kelak akan diminta
pertanggungjawabannya. “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggungjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang
pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya.” (HR Bukhari)
Imam Abu Al-Hamid Al-Ghazali rahimahullah
menyampaikan: “perlu diketahui bahwa metode untuk melatih atau mendidik anak-anak
termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih
dari urusan yang lainnya. Anak merupakan amanah di tangan kedua orang tuanya.
Qalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga dan murni
yang belum dibentuk dan diukir. Dia menerima apapun yang ditanamkan padanya.
Jika dia dibiasakan dan dididik untuk melakukan kebaikan niscaya dia akan
tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.”
Maraknya kasus tawuran antar pelajar, anak-anak terjerumus
narkoba, kriminalitas anak dan segala macam bentuk kenakalan remaja membuat
hati kita miris. Seringkali kita berpikir anak kita di rumah baik-baik saja,
sopan, taat beribadah, tapi belum tentu. Bisa saja anak di rumah baik dan sopan
tapi di luar ternyata berbuat tindakan yang negatif. Anak bersikap demikian
bisa jadi karena orang tua salah dalam mendidiknya. Kesalahan orang tua
diantaranya adalah terlalu memaksakan kehendaknya pada anak. Terkadang orang
tua memaksakan kehendaknya agar anak menjadi pintar dalam segala hal sehingga
diikutkan berbagai macam les/kursus. Akibatnya anak mencari pelampiasan karena
tidak berani melawan kehendak orang tua.
Kita sering berbicara dan mengeluhkan tentang
kenakalan anak tapi kita lupa merefleksi diri apakah sebagai orang tua kita
tidak melakukan kenakalan yang lebih besar. Hal yang patut kita renungkan
adalah apakah kita sebagai orang tua telah memiliki cukup kelayakan untuk
ditaati. Anak dituntut mengerti keinginan orang tua tanpa mau berusaha memahami
pikiran anak, kehendak anak dan jiwa anak.
Sebagai orang tua terutama ayah, kita sudah diingatkan
oleh Allah SWT tentang pentingnya mendidik keluarga. “Hai orang-orang yang
beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu.” (QS AtTahrim : 6)
Rasulullah SAW juga mengingatkan kita dalam hadits
yang diriwayatkan Al Hakim bahwa tiada suatu pemberian yang lebih utama dari
orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dengan bijak menyampaikan
bahwa siapa saja yang mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal-hal yang berguna
baginya, lalu dia membiarkan begitu saja berarti dia telah berbuat kesalahan
yang fatal. Mayoritas penyebab kerusakan anak adalah akibat orang tua
mengabaikan mereka, serta tidak mengajarkan berbagai kewajiban dan ajaran
agama. Orang tua yang menelantarkan anak-anaknya ketika mereka kecil telah
membuat mereke tidak berfaedah bagi diri sendiri dan bagi orang tua ketika
mereka telah dewasa.
Oleh karena itu peran orang tua atau keluarga perlu
semakin dikuatkan dalam pendidikan anak. Karena keluarga sebagai lembaga
pendidikan memiliki banyak fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan
mendidik anak di rumah serta fungsi yang mendukung pendidikan di sekolah.
Setiap pola tingkah dan tindakan apapun yang diberikan
orang tua kepada anak akan memberikan dampak yang besar bagi perkembangan anak.
Kewajiban orang tua untuk memenuhi hak anak yaitu memberikan kasih sayang,
perhatian, pendidikan, kebutuhan sehari-hari, dan yang paling penting bebas
dari kekerasan, baik verbal maupun non verbal.
Agar terpenuhi antara hak anak serta kewajiban orang
tua terhadap anak, maka perlu di bangun sebuah aturan dalam keluarga yang telah
disepakati dan diajarkan kepada anak melalui tindakan, tidak hanya secara
tertulis maupun lisan. Orang tua juga perlu membaca buku-buku yang penuh
motivasi dan cara-cara yang baik menciptakan keluarga yang harmonis. Yang
paling penting adalah komitmen dengan hal-hal yang telah disepakati dalam
keluarga.
Fungsi keluarga dalam perkembangan kepribadian anak
dan mendidik anak di rumah antara lain:
(1) sebagai
pengalaman pertama masa kanak-kanak,
(2) meletakkan
dasar-dasar pendidikan agama, hendaknya dilakukan jika anak sudah mencapai usia
tamyiz, yaitu saat anak mampu memahami perintah dan larangan,
(3) menjamin
kehidupan emosional anak,
(4) dasar
pendidikan moral,
(5) memberikan
dasar pendidikan sosial,
(6) bertanggung
jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak,
(7) memberi
kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang,
(8) menjaga
kesehatan anak sehingga anak merasa nyaman menjalankan proses belajar yang
utuh,
(9) memberi
nafkah yang halal pada keluarga, karena keberkahan sebuah keluarga salah satunya
berasal dari kehalalan makanan yang dikonsumsi.
Adapun
fungsi keluarga yang mendukung pendidikan di sekolah antara lain :
(1) menjalin
hubungan saling membantu antara orang tua dengan guru dalam hal ketidakmampuan
belajar anak,
(2) orang
tua dan sekolah bekerjasama dalam mengarahkan cara belajar anak dan cara
membimbing belajar anak,
(3) orang
tua selalu memantau perkembangan sekolah anaknya, memberi motivasi dan memuji
setiap usaha yang telah dilakukan anak,
(4) orang
tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi masalah-masalah anak,
(5) orang
tua dapat memberikan kepercayaan kepada sekolah untuk dapat menjadi tempat
belajar bagi anak dan guru sebagai orang tua anak di sekolah. Sikap orang tua
terhadap sekolah akan dapat memberikan pengaruh kepada anak bagaimana dia
bersikap kepada sekolah,
(6) orang
tua bekerjasama dengan guru dalam mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan
dimasuki anak.
Jika
semua peran sebagai orang tua/keluarga sudah dilaksanakan secara maksimal tapi
hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan, maka sikap kita selanjutnya adalah
tawakkal (berpasrah diri kepada Allah SWT). Karena tugas kita sebagai orang tua
hanyalah sebagai motivator dan fasilitator bagi keberhasilan anak, menyiapkan sarana yang dibutuhkan anak sesuai
dengan kemampuan kita.
Hal
yang paling utama dari semua itu adalah teladan terbaik dari orang tua. Karena
anak akan belajar dari kehidupannya. Anak belajar dari apa yang dialaminya
sejak kecil. Anak akan meniru apa yang dilihat dan didengarnya. Dorothy Law
Nolte menulis puisi indah tentang hal ini dalam judul “Children Learn What They
Live”.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki,
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar
berkelahi,
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar
rendah diri,
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar
menyesali diri,
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar
menahan diri,
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar
percaya diri,
Jika anak dibesarkan dengan pujian,ia belajar
menghargai,
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia
belajar keadilan,
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar
kepercayaan,
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar
menyenangi diri,
Jika
anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta
dalam kehidupan.
Sip bu Iza👍
BalasHapusTerima kasih
Hapus