Minggu, 17 Juli 2022

DIPAKSA DULU, NANTI TERBIASA….BENARKAH…? (REFLEKSI DISIPLIN POSITIF DI SEKOLAH)

 


                                   DIPAKSA DULU, NANTI TERBIASA….BENARKAH…?

(REFLEKSI DISIPLIN POSITIF DI SEKOLAH)

Oleh : Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

Kita pernah melihat sebuah tayangan video yang mengilustrasikan tentang kondisi sekolah. Digambarkan dengan sekolah para binatang yang memiliki kurikulum sama seperti kurikulum manusia. Kurikulum tersebut mewajibkan bahwa untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah, setiap binatang harus berhasil pada lima mata pelajaran pokok dengan nilai minimal 8 untuk masing-masing mata pelajaran. Adapaun kelima mata pelajaran pokok tersebut, yaitu terbang, berenang, memanjat, berlari, dan menyelam. Mengingat bahwa sekolah ini berstatus “disamakan dengan manusia”, para binatang berharap kelak mereka dapat hidup lebih baik dari binatang lainnya. Oleh karena itu, berbondong-bondong berbagai jenis binatang mendaftarkan diri untuk bersekolah di sana, mulai dari elang, tupai, bebek, rusa, hingga katak.

Proses belajar-mengajar pun akhirnya dimulai. Terlihat bahwa beberapa binatang sangat unggul dalam mata pelajaran tertentu. Elang sangat unggul dalam mata pelajaran terbang. Tupai unggul dalam pelajaran memanjat. Bebek terlihat sangat unggul dan piawai dalam pelajaran berenang. Rusa adalah murid yang luar biasa dalam pelajaran berlari. Lain lagi dengan katak, dia sangat unggul dalam pelajaran menyelam.

Begitulah, pada mulanya mereka adalah murid-murid yang sangat unggul dan luar biasa pada mata pelajaran tertentu. Namun ternyata, kurikulum telah mewajibkan bahwa mereka harus meraih angka minimal yang telah ditetapkan sebelumnya. Inilah awal dari semua kekacauan itu. Para binatang satu demi satu mulai mempelajari mata pelajaran lain yang tidak dikuasai dan bahkan tidak disukainya.

Burung elang mulai belajar cara memanjat dan berlari. Tupai pun demikian, dia berkali-kali jatuh dari dahan yang tinggi saat mencoba terbang. Lain lagi dengan bebek, dia masih bisa mengikuti pelajaran berlari, walaupun sering ditertawakan karena lucu.

Demikian juga dengan binatang lainnya. Meskipun telah berusaha mempelajari yang tidak dikuasainya, mereka tetap tidak menampakkan hasil yang lebih baik. Yang lebih menyedihkan adalah karena mereka terfokus untuk dapat berhasil di mata pelajaran yang tidak dikuasainya. Lalu, perlahan-lahan elang mulai kehilangan kemampuan terbangnya, tupai sudah mulai lupa cara memanjat, begitupun dengan binatang lain. Dan yang paling malang adalah rusa, dia tidak lagi dapat berlari kencang karena paru-parunya sering kemasukan air saat mengikuti pelajaran menyelam.

Akhirnya, tak satu pun murid berhasil lulus dari sekolah tersebut. Bahkan, kemampuan mereka telah terpangkas dan satu per satu mulai mati kelaparan karena tidak bisa mencari makan dengan kemampuan unggul yang pernah dimilikinya.

Dari cerita ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa kurikulum sekolah telah memaksakan anak-anak kita untuk menguasai semua mata pelajaran dan melupakan kemampuan unggul mereka. Kurikulum dan sistem persekolahan telah memangkas kemampuan alami anak-anak kita untuk bisa berhasil dalam kehidupan menjadi anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian. Hadirnya kurikulum merdeka yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merupakan jawaban dari permasalahan tersebut.

            Cerita lain tentang “memaksa” sebagai berikut : Sering kali kita mendengar di masyarakat, bahwa untuk menjadi kebiasaan harus dengan dipaksa terlebih dulu. Apakah benar demikian?

Di sekolah, kita sering melihat seorang guru memaksa kepada muridnya untuk mengikuti kegiatan yang terkadang tidak disukai oleh murid. Misalnya guru olah raga yang memaksa murid-muridnya untuk berenang. Atau seorang guru music yang memaksa murid-muridnya untuk bisa memainkan alat music tertentu. Atau seorang guru yang memaksa murid-muridnya untuk mengikuti les privat terkadang disertai ancaman bila tidak mau maka akan berdampak pada nilai mereka.

Bila menengok kembali ke belakang, kita dulu mungkin juga dipaksa oleh orangtua untuk mengikuti kegiatan sesuai dengan keinginan mereka. Misalnya disuruh ikut les Bahasa Inggris karena nilai mata pelajaran ini kurang bagus di rapor. Atau disuruh ikut les matematika karena kemampuan berhitung yang rendah dan seterusnya. Sekarang, apakah kita sebagai guru juga melakukan hal yang sama, memaksa murid kita untuk melakukan hal yang tidak mereka sukai dan tidak ada kemampuan untuk itu.

Memaksa terkadang bisa berhasil untuk jangka pendek. Mungkin anak akan melakukannya karena rasa takut. Namun ada dampak jangka Panjang yang mungkin tidak kita sadari.

1.    Perilaku tidak akan jadi kebiasaan dalam jangka panjang. Perilaku hanya akan dilakukan jika dipaksakan dari luar karena perilaku tersebut bukan muncul dari kesadaran internal

2.    Akan hilang ketertarikan bahkan muncul antipati terhadap kegiatan yang dipaksakan, misalnya anak yang dipaksa untuk ikut les music mungkin anak justru antipasti terhadap music, bukan karena musiknya tapi karena pemaksaannya.

3.    Kemerdekaan berekspresi dan potensi anak menjadi terbatas

Tiga dampak tersebut tentu bertolak belakang dengan perilaku disiplin yang kita harapkan. Ki Hajar Dewantara menyiratkan bahwa disiplin yang kuat adalah syarat utama untuk mencapai kemerdekaan. Dalam konteks Pendidikan, untuk menciptakan murid yang merdeka diperlukan disiplin yang kuat, yaitu disiplin diri dan memiliki motivasi internal yang kuat. Sementara merdeka menurut Ki Hajar Dewantara yaitu tidak hanya terlepas dari perintah akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri. Hal yang sama diungkapkan oleh Dianne Gossen bahwa disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju ke suatu tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna.

Mengutip apa yang pernah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara tentang peran seorang pendidik terhadap murid-muridnya.

“…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.” (Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937)

Dari uraian tersebut, kita dapat memahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian,  karakter murid tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, murid yang tadinya malas menjadi semangat, bukan kebalikannya. Murid akan mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran bila lingkungan di sekelilingnya terasa aman dan nyaman. Selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi.

Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak. Maka menciptakan lingkungan dengan suasana positif merupakan sebuah keniscayaan agar anak betah di sekolah. Sekolah juga merupakan tempat anak untuk belajar baik akademik maupun non akademik. Semua itu tidak lain sebagai upaya mereka untuk meraih cita-cita. Oleh karenanya anak membutuhkan suasana yang nyaman, aman, merasa dihargai oleh guru maupun teman-temannya. Perasaan rileks akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Anak merasa enjoy, bisa menikmati suasana sekolah sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar mereka yang bisa ditunjukkan dengan perolehan nilai secara akademik maupun prestasi non akademik karena anak bebas mengekspresikan bakat, potensi yang mereka miliki dengan pendampingan dari guru dalam suasana yang hangat. Jika anak berada dalam suasana tertekan maka akan berpengaruh terhadap sistem syaraf sehingga mempengaruhi tumbuh kembang anak.

 

Apa hubungan antara menciptakan suasana yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid? Pembelajaran yang berpihak pada murid akan terwujud pada suasana positif. Siswa dapat belajar dengan baik ketika suasana menyenangkan. Jika siswa dalam kondisi stres atau dalam tekanan maka siswa tidak bisa belajar secara efektif. Pembelajaran dapat efektif ketika lingkungan mendukung dan menyenangkan. Siswa diharapkan dapat menikmati belajar dan belajar harus diusahakan timbul dari perasaan suka serta nyaman tanpa paksaan. Untuk itu perlu diciptakan lingkungan menyenangkan dan bebas dari stres. Situasi itu dapat tercipta di sekolah dengan dukungan guru. Guru dapat menciptakan suasana itu denga cara tidak menetapkan target atau menuntut siswa melebihi kemampuannya. Inilah yang disebut sebagai pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran yang menyenangkan, yang dapat menjadi wadah dan sarana siswa untuk belajar yang menjadi pembelajran bermakna.

Sebagai pendidik kita sebaiknya menerapkan cara-cara yang lebih positif Ketika meminta murid melakukan suatu kegiatan tanpa harus memaksa. Diantaranya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

a.      Mengajak atau mendorong murid untuk melakukan kegiatan yang membuat mereka senang

b.      Membantu murid untuk menemukan inspirasinya

c.       Membuka ruang dialog dengan murid

Mari kita refleksikan bersama :

a.      Apakah kita cenderung memaksakan murid untuk melakukan sesuatu ?

b.      Ataukah dengan membuat cara lain yang membuat murid merasa senang dan merasa dihargai dalam mengerjakan sesuatu ?

c.       Bagaimana rasanya mengerjakan sesuatu tanpa dipaksa

 

Referensi :

Modul 1.4 PGP tentang Budaya Positif

Pelatihan Mandiri Kemdikbud tentang Budaya Positif

https://www.yayasanhadjikalla.co.id/umum/sebuah-sekolah-untuk-para-binatang-yayasanhadjikalla-co-id/

Minggu, 03 Juli 2022

PROGRAM KEPEMIMPINAN MURID MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA Oleh IZATUL LAELA, S.Si CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN KE 4 KABUPATEN PASURUAN

 

PROGRAM KEPEMIMPINAN MURID MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA

Oleh IZATUL LAELA, S.Si

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN KE 4

KABUPATEN PASURUAN

 

F (FACTS)

Latar Belakang

Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib merujuk pada Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dan Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib. Merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan; Peraturan MenteriPendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs.

Sesuai dengan visi SMPN 2 Wonorejo Terwujudnya Peserta Didik Berprestasi, Berkarakter Pelajar Pancasila, Berbudaya Lingkungan, Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berlandaskan Iman dan Taqwa”

SMPN 2 Wonorejo merupakan sekolah yang letaknya dekat perkampungan penduduk dengan dikelilingi sawah. Memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk menunjang proses pembelajaran. Kepala sekolah yang visioner, memiliki kemampuan dalam memimpin dan mendukung program sekolah dengan baik. Tenaga pendidik yang kompeten dengan latar belakang Pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, tenaga kependidikan yang mampu mengelola administrasi menggunakan IT, murid-murid dengan semangat dan motivasi yang tinggi, berpartisipasi aktif dalam berbagai event lomba baik akademik mapun non akademik.

 

Tujuan Program

Wujudkan Profil Pelajar Pancasila Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka

Misi :

1.Mewujudkan murid yang mampu bergotong royong.

2.Mewujudkan kepemimpinan murid yang memungkinkan murid untuk terlibat dan berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dan berkontribusi dalam masyarakat yang lebih luas.

3.Mewujudkan murid yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.

4.Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid yang mendorong murid mengembangkan berbagai sikap-sikap positif yang merupakan pengejawantahan dari iman, ketakwaan dan akhlak mulia.

5.Mewujudkan murid yang mandiri.

6.Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid yang mendorong murid untuk mengambil kontrol dan bertanggung jawab pada proses pembelajarannya sendiri.

Sasaran Program

Murid-murid SMPN 2 Wonorejo diutamakan kelas 7 dan 8, Kelas 9 boleh memilih.

Karakter Yang dikembangkan

·         Kepemimpinan

·         Percaya Diri

·         Mandiri

·         Tanggung jawab

·         Gotong royong

Dasar Teori Pembentukan Program

Dasar filosofi Ki Hajar Dewantara terkait tujuan dari Pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang dimiliki anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Prakarsa Perubahan

Pandemi covid-19 telah mengubah banyak hal termasuk dalam bidang Pendidikan. Sudah 2 tahun kegiatan ekstrakurikuler Pramuka vakum, maka perlu dihidupkan kembali.

Karakteristik Lingkungan pendukung tumbuhnya kepemimpinan murid yang akan dikembangkan

·         Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan, atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya dapat dirasakan oleh sekitarnya.

·         Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap Tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kondisi yang sulit

Poin/Komponen Profil Pelajar Pancasila Yang Dikembangkan

  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid mengembangkan berbagai sikap positif yang menerapkan pemahaman agama yang diyakini dalam kehidupan sehari-hari (akhlak agama, pribadi, hubungan social, alam, bernegara)
  2. Berkebinekaan global. mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.,kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
  3. Bergotong royong. Kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan
  4. Mandiri. Bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.

 

  1. Bernalar kritis. Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil Keputusan.
  2. Kreatif. Menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.

 

Langkah Pelaksanaan Program

Planning_Menentukan tujuan yang akan dicapai dalam suatu masa yang akan datang dan apa yang harus dilakukan agar dapat mencapai tujuan itu.

 

Dalam hal ini saya menggunakan alur BAGJA yang terdiri dari :

1.Buat Pertanyaan

Ø Bagaimana kita dapat mewujudkan profil Pelajar Pancasila melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka?

* Diskusi bersama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, urusan kesiswaan dan rekan guru bagaimana menghidupkan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di sekolah dan dapat berhasil

* Dialog dengan rekan kerja mengidentifikasi profil Pelajar Pancasila melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka

* Melakukan sesi dialog dengan perwakilan siswa untuk menguatkan ide di tahap awal ini

* Aset : Murid-murid, Urusan Kesiswaan, Urusan Kurikulum, Rekan guru, Kepala sekolah

* Penanggung jawab : CGP

* Waktu yang diperlukan : 1 minggu

2. Ambil Pelajaran

Ø Aktivitas apa saja yang merupakan perwujudan profil pelajar Pancasila?

Mana kegiatan sekolah yang telah menguatkan perwujudan profil pelajar Pancasila?

Mana kebijakan sekolah yang telah mendukung perwujudan profil pelajar Pancasila?

* Survei minat ekstrakurikuler siswa

* Wali kelas memberikan 'pertanyaan' (yg telah diindentifikasi sebelumnya) kepada murid di kelasnya

* Curah pendapat bersama lebih banyak murid untuk mengetahui penguatan profil pelajar Pancasila melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka

* Curah pendapat bersama lebih banyak murid untuk mengetahui momen-momen yang selama ini dapat menguatkan profil pelajar Pancasila

* Aset : Orangtua murid, Murid-murid, Waktu, Kebijakan sekolah, Dinas pendidikan, lembaga lain, dan komunitas yang sudah menjadi rekanan sekolah dalam mendukung kegiatan ekstrakurikuler Pramuka

* Penanggung jawab : CGP, Wali kelas

* Waktu yang diperlukan : 1 minggu

3..G-ali mimpi (Dream)

Ø Seperti apa bentuk kegiatan ektrakuler Pramuka yang menyenangkan sekaligus menguatkan perwujudan profil pelajar Pancasila?

Dampak positif yang akan didapatkan jika program ini terwujud dan berjalan baik?

* Menyediakan ruang dialog untuk murid di tiap jenjang kelas membahas mimpi dan dampaknya dalam program ini

* Menyediakan ruang dialog untuk guru, kepala sekolah, orang tua perwakilan kelas membahas jawaban-jawaban murid

* Mendapatkan aspirasi (harapan/mimpi) umum dari lebih banyak murid tentang program yang dapat meningkatkan minat murid sekaligus menguatkan peran profil pelajar Pancasila secara positif, arif, dan bijaksana.

* Aset : Orangtua murid, Murid-murid, Waktu, Kebijakan sekolah, Dinas pendidikan, lembaga lain, dan komunitas yang sudah menjadi rekanan sekolah dalam mendukung kegiatan ekstrakurikuler Pramuka

* Penanggung jawab : CGP, Wali kelas

* Waktu yang diperlukan : 1 minggu

4.Jabarkan Rencana

Ø Kebijakan sekolah seperti apa yang sudah ada (maupun yang belum ada) dapat menguatkan program ini?

Bagaimana program ini dapat masuk dalam jadwal di sekolah?

Sistem seperti apa yang sudah baik dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka yang dapat diaplikasikan/diubahsuaikan untuk program ini?

Bagaimana kita mengetahui minat terhadap kegiatan ekstrakurikuler Pramuka murid meningkat?

* Musyawarah-musyawarah kerja bersama: murid, guru-guru, orangtua perwakilan kelas yang akan menjabarkan ide/cara konkret untuk membahas 'pertanyaan' dan apa pun yang dapat mendukung kegiatan ekstrakurikuler Pramuka antara lain seperti:

1. Pengaturan jadwal kegiatan

2. Penentuan pembina.

3. Penentuan kebijakan yang mendukung.

* Komitmen dari murid penting dalam pelaksanaan program ini dalam keseharian. Mereka dapat menentukan bagaimana cara terbaik yang menarik dan menyenangkan bagi mereka. Mereka juga dapat difasilitasi untuk mengorganisasi proses penentuannya di antara mereka.

* Aset : Orangtua murid, Murid-murid, Waktu, Kebijakan sekolah, Dinas pendidikan, lembaga lain, dan komunitas yang sudah menjadi rekanan sekolah dalam mendukung kegiatan ekstrakurikuler Pramuka

* Penanggung jawab : CGP, Wali kelas

* Waktu yang diperlukan : 1-2 minggu

5. Atur Eksekusi

Ø Siapa (murid dan guru) yang bertanggung jawab memonitor agar kegiatan dapat berjalan dengan menyenangkan dan berkelanjutan?

Siapa yang akan menjadi pembina dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka ini

* Membentuk kepengurusan ekstrakurikuler Pramuka yang akan mengelola dukungan untuk terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler Pramuka

* Menyediakan 'kursi' untuk murid duduk di dalam kepengurusan yang meningkatkan minat murid terhadap kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di sekolah sehingga memungkinkan murid untuk berkontribusi aktif dalam proses pengambilan keputusan

* Aset : Orangtua murid, Murid-murid, Waktu, Kebijakan sekolah, Dinas pendidikan, lembaga lain, dan komunitas yang sudah menjadi rekanan sekolah dalam mendukung kegiatan ekstrakurikuler Pramuka

* Penanggung jawab : CGP, Wali kelas, Murid yang mewakili

* Waktu yang diperlukan : 1-2 minggu

Organizing_mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan yang penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan itu.

 

Proses Jalannya Aksi


 

Melakukan komunikasi dengan Kepala Sekolah terkait program menghidupkan kembali kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.

 



Melakukan dialog dengan rekan sejawat terkait rencana program menghidupkan kembali kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.

 



Melakukan dialog dengan perwakilan siswa terkait rencana program kegiatan ekstrakurikuler Pramuka




Menghadirkan alumni untuk menjadi Pembina ekstrakurikuler Pramuka

 

Launching Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dibuka oleh Bapak Kepala Sekolah

 

 

F (FEELING)

 

REFLEKSI

Siswa merespon positif kegiatan ini, mereka begitu bersemangat mengikutinya karena sudah 2 tahun lamanya vakum dari kegiatan semacam ini.

 

Saya sebagai CGP merasa senang dan bangga karena kegiatan ekstrakurikuler Pramuka bisa berjalan lagi. Sekolah kami selalu mengikuti berbagai even terkait dengan Pramuka dan menorehkan tinta emas dalam berbagai kejuaraan baik tingkat kecamatan maupun kabupaten.

 

 

F (FINDING)

Dampak Program

·         Program ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dalam mengorganisasi, melatih kepemimpinan.

·         Sekolah memiliki program yang berdampak pada murid yang bisa dikembangkan di masa yang akan dating

·         Menumbuhkan profil pelajar Pancasila

·         Mengembangkan keterampilan abad 21 (kreatif, komunikatif, kolaboratif, berpikir kritis dan menyelesaikan masalah)

 

F(FUTURE)

·         Memperluas jaringan dan relasi terkait kepramukaan, baik dengan alumni maupun kwartir /gugus lainnya

·         Motivating bukan hanya yang aktif ikut Pramuka saja tapi juga kepada siswa lainnya

·         Evaluasi dan refleksi serta membuat RTL secara berkala dan berkesinambungan.

 

Berikut susunan pengurus ekstrakurikuler Pramuka SMPN 2 Wonorejo

Tahun Pelajaran 2022-2023

Penasehat                   : Sukamto, S,Pd (Kepala Sekolah)

Koordinator                 : Izatul Laela, S.Si (CGP)

Pembina                      : 1. Elas Afkarina (Alumni)

                                      2. Mufia Fuida (Alumni)

                                      3. Roudhotul Jannah (Alumni)

Ketua                           : Mochammad Aditya Alifudin Abrar (Kelas 8A)

Wakil Ketua                 : Rengga Saputra (Kelas 9B)

Sekretaris                    : Ellyna Novianti (Kelas 8B)

Wakil Sekretaris          : Amelia (Kelas 9B)

Bendahara                  : Denis Saputra (Kelas 8B)

Wakil Bendahara         :   Tahta (Kelas 9A)

 

Berikut ini link Prakarsa perubahan untuk ekstrakurikuler Pramuka:

https://www.canva.com/design/DAFDxSEKl4Q/FqK_ztoK8n7y4XB3OkJ2ig/view?utm_content=DAFDxSEKl4Q&utm_campaign=share_your_design&utm_medium=link&utm_source=shareyourdesignpanel