Senin, 27 Desember 2021

PEMBUATAN KOMPOS TAKAKURA : PEMBELAJARAN TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN

 


PEMBUATAN KOMPOS TAKAKURA :

PEMBELAJARAN TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN

                                                                                  

Izatul Laela

SMPN 2 Wonorejo

e-mail: izatul2572@gmail.com


 

            Undang-undang RI No. 23 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia. Indonesia adalah negara yang mendapat karunia dari Allah SWT berupa sumber daya alam yang luar biasa, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam merupakan semua kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

            Pertambahan penduduk yang sangat pesat dapat memacu berbagai macam akifitas manusia yang dapat merusak lingkungan. Aktifitas manusia yang dapat merusak lingkungan ini dapat menyebabkan terganggunya ekosistem. Perilaku sepele sering berakibat fatal bagi ingkungan hidup. Contohnya adalah membuang sampah sembarangan.

            Sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan atau hewan yang sudah mati. Sampah jenis ini mudah diuraikan oleh mikroorganisme menjadi bahan yang mudah menyatu dengan tanah tanpa menimbulkan pencemaran. Adapun jenis sampah yang lain seperti pestisida, sisa oli mesin, deterjen, karet, kaca, plastik, dan kaleng serta zat-zat lain yang sulit terurai secara alami termasuk jenis sampah anorganik. Bahan-bahan ini akan menetap di lingkungan sehingga menjadi bahan pencemar pada tanah. Hal ini akan berakibat pada menurunnya produktifitas tanah sehingga kesuburan tanah terancam. Khusus sampah plastik butuh waktu sekitar 1000 tahun agar plastik dapat terurai dengan sempurna. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya jika proses pembakarannya tidak sempurna. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, dan gangguan sistem pernapasan.

            Dampak langsung akibat sampah yang dirasakan manusia adalah timbulnya bau tak sedap dan kotor. Sedangkan dampak tidak langsung diantaranya tempat pembuangan sampah dapat menjadi tempat berkembangnya organisme penyebab penyakit seperti pes, kaki gajah, malaria serta demam berdarah.

            Singapura adalah contoh negara yang sangat peduli terhadap lingkungan. Jika ada penduduknya yang ketahuan membuang sampah sembarangan  akan mendapat sanksi dengan membayar denda sebesar US$ 5 . Bagaimana dengan negara kita? Indonesia sudah memulainya walaupun agak sulit pelaksanaannya.

            Program Adiwiyata di sekolah-sekolah adalah bukti nyata kepedulian pemerintah terhadap lingkungan. SMP Negeri 2 Wonorejo merupakan salah satu sekolah di kabupaten  Pasuruan yang melaksanakan program Adiwiyata tersebut. Hal ini sejalan dengan visi yang sudah dicanangkan sejak tahun 2012 yaitu terwujudnya siswa berprestasi, berakhlaqul karimah, berbudaya lingkungan yang dilandasi iman dan taqwa.

            Budaya lingkungan yang sudah mulai diterapkan adalah pembiasaan pada warga sekolah untuk membuang sampah pada tempatnya, memisahkan sampah organik dan anorganik, mendaur ulang sampah-sampah yang masih berpotensi untuk dimanfaatkan misalnya sampah plastik bekas bungkus permen untuk pembuatan tas, bekas sedotan untuk bunga, dan lain-lain. Sedangkan sampah organik yaitu daun-daun yang gugur di halaman sekolah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kompos.

            Pembuatan kompos Takakura adalah teknik pembuatan kompos yang sederhana. Takakura sendiri merupakan nama penemu teknik ini yang berasal dari Jepang. Pengomposan ini dapat dilakukan oleh siswa di sekolah, di rumah, bahkan ibu rumah tangga sekalipun. Adapun alat dan bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1.      Keranjang sampah

2.      Kardus bekas mie instan atau air mineral

3.      Pisau atau gunting

4.      Kompos yang sudah jadi sebagai starter

5.      Sekam

6.      Air secukupnya

 

Cara Pembuatan:

1.      Kardus bekas mie instan dipotong sesuai ukuran keranjang sampah, kemudian dimasukkan melingkar mengikuti ukuran keranjang sampah dengan diberi lubang pada tepinya. Tujuannya agar ada sirkulasi udara. Atasnya diberi penutup dari kardus pula tanpa dilubangi.

2.      Sampah dari daun-daunan dipotong kecil-kecil.

3.      Setelah potongan-potongan daun banyak kemudian dicampur dengan kompos yang sudah jadi. Kompos yang sudah jadi ini sebagai starter gunanya untuk mempercepat proses pengomposan.

4.      Tambahkan air secukupnya agar kondisinya lembab. Kondisi lembab akan memudahkan mikroorganisme saprofor untuk bekerja.

5.      Masukkan sekam secukupnya ke dalam keranjang  sampah yang sudah disiapkan

6.      Dilanjutkan dengan bakal kompos dimasukkan dalam keranjang sampah tersebut.

7.      Ditutup dengan kardus, ditulis tanggal pembuatan kompos.

8.      Setiap 3-4 hari dilakukan penyiraman sambil diaduk

9.      Kira-kira 3 bulan kompos siap dipanen.

Proses pembuatan kompos Takakura ini mengajarkan pada siswa bagaimana menghargai alam serta merawatnya. Dari sampah daun-daunan menjadi kompos adalah pembelajaran bagaimana makhluk Allah yang bernama dekomposer yaitu bakteri dan jamur bekerja. Ada kerjasama yang sangat baik antara komponen biotik dan abiotik serta bagaimana gejala alam itu terjadi. Selanjutnya setelah kompos itu jadi dapat dimanfaatkan untuk memupuk tanaman. Pemanfaatan kompos untuk menyuburkan tanaman juga merupakan pembelajaran yang berharga bagaimana sikap kita seharusnya mengelola lingkungan. Semoga bermanfaat.

           


Rujukan: http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id


PEMBELAJARAN DARING : SOLUSI BELAJAR DI TENGAH PANDEMI COVID-19

 

PEMBELAJARAN DARING : SOLUSI BELAJAR DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Izatul Laela, S.Si

Guru IPA SMPN 2 Wonorejo


ABSTRAK

 

Mewabahnya covid-19 telah menimbulkan banyak perubahan. Termasuk di dunia pendidikan. Oleh karenanya harus ada upaya untuk melakukan perubahan dan adaptasi secara cepat. Pemerintah menurunkan beberapa peraturan untuk memutus rantai penyebaran covid-19, seperti pysical distancing, work from home, dan learn from home. Sebagai tindak lanjut dari kebijakan pemerintah inilah maka pembelajaran tidak lagi melalui tatap muka tetapi melalui pembelajaran jarak jauh (pembelajaran dalam jaringan atau daring). Untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran daring selama masa pandemi covid-19 inilah, penulis membuat kuisioner yang disebarkan kepada grup-grup whatsapp yang penulis ikut di dalamnya. Terdapat 115 responden dengan jenjang lembaga pendidikan yang beragam mulai tingkat pra sekolah/TK sampai perguruan tinggi. Dari hasil kuisioner yang disebar, terdapat 62,6% guru yang belum pernah melaksanakan pembelajaran daring sebelum pandemi Covid-19, sisanya 37,4% pernah melaksanakan pembelajaran daring. Setelah adanya pandemi covid-19 maka sebagian besar proses pembelajaran dilaksanakan melalui jaringan (daring). Dari 115 responden, terdapat 93,9% menjawab melaksanakan pembelajaran daring. Sisanya 6,1% tidak melaksanakan pembelajaran daring.

 

Kata kunci:  pembelajaran daring, pysical distancing, work from home, dan learn from home

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 telah menimbulkan banyak perubahan pada segala hal. Tidak terkecuali dunia pendidikan. Pada bulan Maret 2020 Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat edaran tentang instruksi pembelajaran daring (pembelajaran dalam jaringan) untuk mencegah sekaligus memutus rantai penyebaran Covid-19 ini. Hal itu kemudian ditindaklanjuti oleh dinas pendidikan mulai tingkat  propinsi sampai kabupaten/kota yang bersama-sama mengeluarkan surat edaran yang sejalan dengan instruksi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

 

METODE

Sebagai insan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, penulis menyebarkan kuisioner terkait pembelajaran daring selama masa pandemi Covid-19. Menggunakan aplikasi google form, penulis membuat 18 macam pertanyaan kemudian disebarkan kepada grup Whatsapp yang penulis ikut di dalamya.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari 115 responden, memiliki sebaran instansi mulai TK sampai Perguruan Tinggi.. TK diwakili 2 orang reponden (1,7%), SD/MI  terdapat 15 responden (13%), SMP/MTs terdapat 61 responden (53%), SMA/SMK terdapat 20 responden (17,4%), Perguruan Tinggi 15 responden (13%).

Dari hasil kuisioner yang disebar, terdapat 62,6% guru yang belum pernah melaksanakan pembelajaran daring sebelum pandemi Covid-19, sisanya 37,4% pernah melaksanakan pembelajaran daring.

Bagi guru yang sudah melaksanakan pembelajaran daring, mereka menggunakan berbagai macam aplikasi, bahkan bukan hanya satu macam aplikasi. Ini bisa dilihat dari hasil kuisioner sebagai berikut:

-          Whatsapp digunakan oleh 92 orang (84,4%)

-          Power point digunakan oleh 69 orang (63,3%)

-          Google classroom digunakan oleh 56 orang (51,4%)

-          Video pembelajaran digunakan oleh 55 orang (50,5%)

-          Google form digunakan oleh 51 orang (46,8%)

-          MS 365 digunakan oleh 9 orang (8,3%)

-          Lainnya (Whiteboard animation, dll) digunakan oleh 19 orang (17,4%)

Terkadang juga guru menggunakan lebih dari satu macam aplikasi. Ini yang sering terjadi. Seperti menggunakan Whatsapp dengan power point atau dengan video pembelajaran, atau google classroom dengan power point dan / video pembelajaran sekaligus google form, dan sebagainya.

Respon yang diberikan peserta didik terkait pembelajaran daring pun bermacam-macam. Antara respon biasa dan antusias memiliki prosentase yang tidak terlalu jauh, yaitu 43,1% peserta didik merespon dengan antusias adanya pembelajaran daring dan 42,2% peserta didik merespon biasa. Sedangkan peserta didik yang merespon sangat antusias sebesar 7,3%, masih lebih banyak daripada peserta didik yang kesal (4,1%) dan acuh (3,3%).

Sebagai tindak lanjut dari kebijakan pemerintah dalam rangka memutus penyebaran virus corona harus dilakukan physic and social distancing sehingga berimbas pula pada dunia pendidikan. Proses pembelajaran dilaksanakan melalui jaringan (daring). Dari 115 responden, terdapat 93,9% menjawab melaksanakan pembelajaran daring. Sisanya 6,1% tidak melaksanakan pembelajaran daring.

Pada proses pelaksanaan pembelajaran daring tentu banyak kendala yang dialami baik oleh guru maupun peserta didik. Dari 115 responden, kendala yang paling banyak dialami oleh peserta didik antara lain terbebani oleh kuota dijawab oleh 101 responden (87,8%), kendala sinyal dijawab oleh 80 responden (69,6%), tidak punya HP android dijawab oleh 72 responden (62,6%), kendala teknis operasional dijawab oleh 68 orang (69,1%), dan kendala lainnya (misalnya kesulitan menjalankan) dijawab oleh 8 orang (7%).

Sedangkan di kalangan guru, kendala yang dialami antara lain kendala sinyal menempati posisi paling atas dijawab oleh 70 responden (60,9%), kendala berikutnya yaitu kurangnya penguasaan teknologi diajawab oleh 66 orang (57,4%), terbebani oleh kuota merupakan kendala berikutnya, dijawab oleh 53 orang (46,1%), dan kendala lainnya (misalnya waktu pelaksanaan, dll) dijawab oleh 13 orang (11,3%).

Setiap kejadian selalu ada hikmah yang menyertai termasuk pandemi Covid 19 ini, antara lain ada banyak waktu yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan positif, diantaranya adalah mengikuti kegiatan webinar, diklat online, dan workshop online. Dari 115 responden terdapat 92 orang (80%) yang mengikuti webinar, workshop online sebanyak 58 orang (50,4%), diklat online diikuti oleh 40 orang (34,8%), dan 10 orang (8,7%)  menjawab tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.

Berdasarkan frekuensi keikutsertaan responden dalam mengikuti kegiatan (webinar, diklat online atau workshop online), diperoleh data  : sebanyak 41,7% sering mengikuti kegiatan tersebut, 39,1% jarang mengikuti , dan terdapat prosentase yang sama antara yang sangat sering mengikuti maupun yang tidak mengikuti kegiatan yaitu sebesar 9,6%.

Bila dihitung keikutsertaan dalam tiap pekan, diperoleh data sebagai berikut : yang paling banyak adalah mengikuti kegiatan (webinar, diklat online, workshop online) 1 kali dalam satu pekan sebanyak 46,4%, sebanyak 19,1% menyatakan mengikuti kegiatan tersebut 2 kali dalam satu pekan, sebanyak 15,5% mengikuti kegiatan  3 kali dalam satu pekan, terdapat 10% yang mengikuti kegiatan tersebut lebih dari 3 kali dalam satu pekan, dan sisanya sebanyak 9,1% tidak mengikuti kegiatan.

Dengan adanya kegiatan webinar, diklat online atau workshop online, responden menyatakan memperoleh banyak manfaat, antara lain adanya peningkatan kompetensi dijawab oleh 90 responden (80,4%), 72 responden (64,3%) menjawab saling berbagi ilmu, saling berbagi pengalaman dijawab oleh 63 responden (56,3%), 56 responden (50%) menjawab bertambah teman, tidak menjawab sebanyak 12 responden (10,7%).

Proses pembelajaran daring bagi satuan pendidikan yang berada di kota-kota besar dan telah maju dari berbagai aspek mungkin hal ini sangat bisa dan mudah untuk dilakukan sehingga tidak menjadi masalah yang serius. Tetapi, kondisi sebaliknya sangat sulit. Terutama jika hal ini diberlakukan pada satuan pendidikan di daerah tertinggal. Selain itu, kebijakan yang dikeluarkan dan berdasarkan pada Surat Edaran Mendikbud tersebut tidak dibarengi dengan rambu-rambu pelaksanaan, pedoman, atau panduan kegiatan serta materi apa yang harus diberikan dalam pembelajaran daring. Karena ujung tombak pelaksanaan pembelajaran daring ini adalah pada lembaga atau satuan pendidikan, berikut beberapa saran dari para responden kepada lembaga tempat mereka mengabdi, antara lain sebagai berikut :

-          Melakukan sosialisasi terkait pembelajaran daring kepada peserta didik dan wali murid

-          Memfasilitasi guru terkait jaringan internet (kuota, dll)

-          Penyesuaian jam pembelajaran

-          Workshop atau pelatihan bagi guru untuk mempelajari tekhnologi yang mendukung pembelajaran daring.

-          Memfasilitasi teknologi yang mendukung pembelajaran daring (misalnya MS 365)

-          Kombinasi daring dan luring bagi peserta didik yang tidak memiliki HP android

-          Pengalihan dana BOS untuk pembelian kuota kepada peserta didik

Penutupan sementara lembaga pendidikan sebagai upaya menahan penyebaran pendemi covid-19 di seluruh dunia berdampak pada jutaan pelajar, tidak kecuali di Indonesia. Gangguan dalam proses belajar langsung antara peserta didik dan guru dan pembatalan penilaian belajar berdampak pada psikologis anak didik dan menurunnya kualitas keterampilan murid. Beban itu merupakan tanggung jawab semua elemen pendidikan khususnya negara dalam memfasilitasi kelangsungan sekolah bagi semua steakholders pendidikan guna melakukan pembelajaran jarak jauh. Berkenaan dengan hal ini maka ada beberapa saran dari 115 responden kepada Dinas Pendidikan setempat, antara lain yaitu:

-          Adanya sosialisasi pembelajaran daring dan luring (luar jaringan)

-          Kebijakan yang fleksibel terhadap lembaga sekolah karena kondisi masing-masing tidak sama

-          Adanya panduan yang jelas

-          Mengadakan pelatihan atau workshop IT bagi para guru

-          Memberikan fasilitas kepada guru dan peserta didik dalam hal pembelian kuota

-          Tidak membebani guru dengan kelengkapan administrasi

-          Menggunakan aplikasi yang mudah, baik bagi guru maupun peserta didik

-          Tersedianya e-materi untuk semua mata pelajaran

-          Lebih tegas dalam mengatur pembelajaran daring, agar para guru tidak melulu hanya memberikan tugas saja kepada peserta didik namun pendidik memberikan pembelajaran dan ilmu kepada peserta didik.

Fakta yang terjadi tidak semua peserta didik memiliki HP android. Hal ini tentu merupakan salah satu kendala bagi kelangsungan pembelajaran daring. Di sinlah peran guru sangat diperlukan dalam menyikapi hal ini. Dari 115 responden pada umumnya menjawab hendaknya diberlakukan pembelajaran luring (luar jaringan) bagi peserta didik yang tidak memiliki HP android. Ada juga yang menyarankan untuk bergabung dengan teman yang tempat tinggalnya dekat agar belajar bersama tentu dengan tetap mentaati protokoler kesehatan. Meminjam HP milik orang tua atau keluarga dekat lainnya juga disarankan oleh responden. Saran yang lain dengan menganjurkan datang ke sekolah secara bergantian dengan memperhatikan protokoler kesehatan, tidak memakai baju seragam , untuk mengikuti pembelajaran daring dengan menggunakan komputer fasilitas sekolah.

Beberapa responden juga menyarankan hendaknya dibentuk kelompok-kelompok belajar dalam skala kecil kemudian secara bergantian guru mendatangi (home visit) untuk melaksanakan pembelajaran dengan tetap memperhatikan protokoler kesehatan. Ada juga yang menyarankan pembelajaran tatap muka di sekolah dengan durasi yang tidak terlalu lama. Bahkan yang tidak kalah menariknya adalah saran dari beberapa responden agar para guru menyisihkan sebagian rizkinya untuk membelikan HP android, yang dalam teknisnya bisa dipinjamkan kepada peserta didik sekaligus sebagai inventaris sekolah.

Sebagai pendidik tentu selalu berusaha memantau perkembangan peserta didiknya. Hal-hal yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik dalam menghadapi pandemi Covid-19 antara lain yaitu selalu mengingatkan untuk memakai masker dijawab oleh 108 responden (93,9%), mengingatkan agar sering mencuci tangan dengan sabun dijawab oleh 102 responden (88,7%), sebanyak 98 responden (85,2%) mengingatkan agar tidak mendekati kerumunan, sebanyak 91 responden (79,1%) menjawab agar tidak ssering keluar rumah jika tidak perlu serta mengingatkan peserta didik agar selalu menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi dijawab oleh 87 responden (75,7%).

 

KESIMPULAN

Kita semua berharap dan berdoa pandemi Covid 19 ini segera berlalu. Inilah beberapa saran dari responden dalam menyikapi pembelajaran dengan situasi seperti ini, antara lain adalah harus sabar, tetap semangat, pembelajaran tetap harus dilakukan apa pun kondisinya agar para siswa dapat belajar di rumah dalam kondisi pandemic, bila tidak bisa maka dilaksanakan secara luring dengan tetap disiplin protokoler kesehatan, tetap bersyukur karena ini merupakan cobaan dari Allah SWT, berikan pembelajaran yang bermakna, tidak harus mencapai target kurikulum, guru tidak harus memberi tugas banyak dan rumit supaya anak dan orang tua tetap semangat dan penuh harapan menghadapi semua. Karena kondisi ekonomi orang tua banyak yang menurun sehingga dibutuhkan saling pengertian antara sekolah dan orang tua, Pemerintah segera memastikan pemerataan fasilitas daring dan masyarakat dapat menikmati secara gratis.

Semoga pandemi covid-19 ini segera berakhir agar kehidupan berjalan normal kembali termasuk dalam dunia pendidikan. Agar anak-anak kita bisa kembali tersenyum bersama teman-temannya, menjemput impian meraih cita-cita menjadi generasi penerus bangsa. Agar para orang tua juga bisa bekerja kembali untuk mengantarkan anak-anak mereka kelak menjadi orang yang berguna bagi negara, agama dan bangsanya.



Referensi:  



https://kampusyuk.com › artikel


https://disdikpora.bulelengkab.go.id