PENDIDIKAN ANAK : TANGGUNG JAWAB SIAPA???
Izatul Laela, S.Si
Pendidik di SMPN 2 WONOREJO
Akhir-akhir ini kita disuguhi dengan
pemberitaan yang sangat mengejutkan bahkan menohok ulu hati kita yang paling
dalam. Betapa tidak, anak-anak di bawah umur menjadi korban tindakan asusila
bahkan ada yang harus meregang nyawa. Ironisnya, anak-anak di bawah umur itu
ada pula yang berperan sebagai pelakunya.
Ada apa dengan anak-anak kita??
Siapa yang harus bertanggung jawab atas kondisi yang seperti itu pada anak-anak kita??
Anak merupakan amanah dari Allah SWT
kepada setiap orang tuanya. Amanah itu tidak sekedar titipan yang menghendaki
penjagaan, pemeliharaan dan perlindungan semata. Namun lebih dari itu, orang
tuanya harus berani mempertanggungjawabkan dalam mahkamah sejarah dunia maupun
mahkamah Ilahi kelak.
Tidak hanya bagi orang tuanya,
anak-anak juga merupakan amanah bagi kaumnya saat itu. Mereka juga akan
bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada mereka, saat itu maupun di
kemudian hari. Karena merupakan amanah, sudah tentu harus dipelihara dan tidak
dikhianati.
“Hai
orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan
janganlah mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu
mengetahui. (QS Al-Anfal : 27)
Metode Pendidikan
Influentif
Perwujudan dari pelaksanaan amanah
itu adalah berupa tanggung jawab atas pendidikan mereka. Pendidikan anak adalah
tanggung jawab kita bersama antara orang tua, guru (sekolah), masyarakat
juga pemerintah. Karena begitu besarnya tanggung jawab itu, maka tak pelak lagi
harus diusahakan suatu metode pendidikan
yang influentif. Metode ini akan secara efektif dalam memberikan hasil yang
maksimal sehingga anak dapat mencapai kematangan yang sempurna secara mental,
moral, spiritual, sosial, dan saintikal sebagaimana harapan kita.
Adapun metode pendidikan influentif
yang dimaksud adalah pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan
pembiasaan, pendidikan dengan nasehat, pendidikan dengan perhatian, dan
pendidikan dengan hukuman.
A. Pendidikan Dengan
Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan anak
adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam
mempersiapkan dan membentuk anak dalam moral, spiritual dan sosial. Pendidikan
dengan keteladanan sangat berpengaruh terutama untuk anak yang belum mampu
untuk berpikir kritis. Dalam hal ini orang tua adalah contoh terbaik dalam
pandangan anak yang akan ditiru tindak-tanduknya, sopan santunnya, serta
perilaku lainnya karena merekalah figur pertama bagi anak. Demikian halnya
untuk guru/pendidik. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru adalah kompetensi kepribadian. Inilah yang akan dilihat,dinilai sekaligus
ditiru oleh anak.
B. Pendidikan Dengan
Pembiasaan
Caranya adalah mendidik anak
langsung mempraktekkan dari pengalaman-pengalaman belajar yang telah mereka
peroleh dengan memulai pembiasaan hal-hal yang baik sebelum anak memiliki
kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan. Pendidikan
dengan pembiasaan harus dilakukan secara terus menerus, teratur, berencana dan
konsekuen. Agar pembiasaan ini menjadi kesadaran dan muncul dari hati anak maka
tidak ada salahnya jika adanya dorongan dengan kata-kata yang baik atau dalam
kesempatan tertentu memberikan pujian atau hadiah sebagai wujud penghargaan
atau apresiasi atas apa yang mereka lakukan.
C. Pendidikan Dengan
Nasehat
Nasehat yang disampaikan adalah
untuk kebaikan, yang dapat membuka mata dan mempengaruhi anak untuk berbuat
baik. Jika sudah terjalin keakraban, anak akan menjadikan orang tua atau guru
sebagai tempat ‘curhat’ mereka. Sehingga ketika ada masalah, anak tidak lagi
lari dari masalah atau mencari kompensasi ke tempat-tempat yang ‘tidak aman’
seperti Night Club, Discotic, dan lain-lain.
Nasehat yang disampaikan hendaknya
diselingi dengan canda, dengan kata-kata yang jelas dan sederhana sehingga
mudah dipahami anak dan tidak terkesan menggurui.
D. Pendidikan Dengan
Perhatian
Pesatnya perkembangan teknologi dan
informasi di jaman sekarang tak pelak membawa dampak bagi perkembangan anak.
Sebagai orang tua atau guru tentu harus mencurahkan, memperhatikan dan selalu
mengikuti perkembangan anak terutama dalam hal pembinaan akhlak dan moral.
Selain itu juga dalam pendidikan spiritual, sosial, jasmani, termasuk juga
pendidikan seks.
E. Pendidikan Dengan
Hukuman
Pemberian hukuman ini bertujuan agar
anak tidak mengulangi perbuatan yang menyalahi aturan/norma. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pemberian hukuman pada anak yaitu harus melihat kondisi
psikologis anak dan harus ada manfaat secara psikologis atau pedagogis. Oleh
karena itu hukuman yang diberikan harus tetap dalam jalinan cinta dan kasih
sayang sehingga akan menimbulkan kesan pada hati anak yang pada akhirnya akan
menimbulkan keinsyafan serta penyesalan pada diri anak. Jika memang terpaksa
memberikan hukuman fisik, hendaknya dijadikan sebagai alternatif terakhir.
Tidak ada kata terlambat untuk
menyiapkan anak-anak kita menjadi generasi harapan yang akan melanjutkan
estafet perjuangan kita. Semoga metode pendidikan influentif ini dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan solusi untuk memperbaiki kualitas anak-anak
kita.
Referensi
: Ulwan, Nashih. Pendidikan Anak Dalam Islam, 2012. Penerbit Insan Kamil
Pendidikan tanggung jawab orang tua, guru, pemerintah dan masyarakat.
BalasHapusTapi yang terjadi saat ini, lingkungan/masyarakat lah yang kurang maksimal dalam mendukung pendidikan untuk anak2 dan generasi muda.
Betul...ini yang menjadi bahan renungan bagi kita.
Hapus