Rabu, 11 Januari 2023

9 KUNCI SUKSES MENJALANI HIDUP


 9 KUNCI SUKSES MENJALANI HIDUP

Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

Kehidupan yang kita jalani tidak selamanya berjalan dengan mulus dan lancar. Pasti ada berbagai macam ujian kehidupan yang kita alami. Oleh karena itu, dibutuhkan bekal yang cukup agar dapat menjalaninya dengan baik.

Sebenarnya ada banyak sekali tips atau kunci agar sukses dalam menjalani kehidupan dengan berbagai macam pernak perniknya. Pada tulisan ini penulis merangkumnya menjadi 9 kunci sukses menjalani hidup, yaitu:

1. Sabar

Sabar secara bahasa berarti al habsu yaitu menahan diri. Sedangkan secara syar'i, sabar adalah menahan diri dalam tiga perkara : (1) ketaatan kepada Allah, (2) hal-hal yang diharamkan, (3) takdir Allah yang dirasa pahit (musibah).

Sabar dalam ketaatan kepada Allah SWT

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa dalam melakukan ketaatan itu butuh kesabaran yang terus menerus dijaga karena :

(1) Ketaatan itu akan membebani seseorang dan mewajibkan sesuatu pada jiwanya,

(2) Ketaatan itu terasa berat bagi jiwa, karena ketaatan itu hampir sama dengan meninggalkan maksiat yaitu terasa berat bagi jiwa yang selalu memerintahkan pada keburukan. 

 

Sabar dalam hal-hal yang diharamkan

Jjiwa seseorang terkadang memerintahkan dan mengajak kepada kejelekan, maka hendaklah seseorang menahan diri dari perbuatan-perbuatan haram. Seseorang harus menahan diri dari hal-hal semacam ini sampai dia tidak lagi mengerjakannya dan ini tentu saja membutuhkan pemaksaan diri dan menahan diri dari hawa nafsu yang mencekam.

 

Sabar terhadap taqdir Allah yang dirasa pahit (musibah)

Taqdir Allah ada dua macam yaitu menyenangkan dan tersa pahit (menyedihkan). Menyikapi taqdir yang menyenangkan sudah menjadi kewajiban kita sebagai muslim untuk bersyukur, sedangkan menghadapi taqdir yang menyedihkan kita harus bersabar dengan menahan diri jangan sampai menampakkan kegelisahan pada lisan, hati, atau anggota badan atau bahkan menyakiti diri sendiri.

 

2. Syukur

Kata Syukur berasal dari bahasa Arab yang berarti berterima kasih. Bersyukur berarti kita berterimakasih kepada Allah Swt. atas karunia yang dianugerahkan Allah Swt. kepada dirinya.

Sedangkan menurut istilah syukur ialah memberikan pujian kepada Allah dengan cara taat kepada-Nya, tunduk dan berserah diri hanya kepada Allah Swt. serta beramar makruf nahi munkar.

Merujuk pada pengertian iman, yaitu meyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka bentuk syukur juga ada 3 yaitu:

Bersyukur dengan hati

Meyakini bahwa semua nikmat yang kita terima adalah dari Allah SWT, tidak ada yang dapat memberikan kenikmatan selain Dia.

Bersyukur dengan lisan

Mengungkapkan rasa syukur melalui ucapan yaitu mengucapkan alhamdulillah, bahwa segala puji hanyalah milik Allah SWT. Tidak lupa pula mengucapkan doa dari setiap perbuatan yang kita lakukan, saat mau memulai maupun setelah mengerjakannya. Meyakini dengan hati bahwa semua dapat kita lakukan atas izin Allah SWT.

Bersyukur dengan perbuatan

Wujud syukur dengan perbuatan dapat dilakukan dengan cara menggunakan anggota tubuh untuk hal-hal terpuji. Menuntut ilmu, bersilaturrahim, berdakwah, dan sebagainya.

Dapat pula diwujudkan melalui harta yang diperoleh dimanfaatkan atau didermakan di jalan Allah. Menyantuni anak yatim, fakir miskin, pembangunan masjid, dan segala macam bentuk shadaqah lainnya.

Jika nikmat yang diperoleh berupa ilmu maka tidak segan untuk berbagi ilmu dan digunakan untuk kemashlahatan dan manfaat bagi sesama dan alam sekitarnya, bukan untuk kepentingan pribadi dan atau untuk membuat kerusakan di muka bumi.

3. Ikhlas

Ikhlas adalah suatu niat murni dan tulus di mana dalam mengerjakan segala sesuatu tidak lain untuk mendekatkan diri kepada Allah. Menurut ilmu tasawuf, ikhlas juga dipahami sebagai pengunggalan dari Al Haqq, di mana mengarahkan segala sesuatu untuk orientasi ketaatan, semata-mata hanya karena Allah.

Ikhlas juga disebut sebagai rahasia antara Allah dan hambanya, bahkan tidak ada malaikat yang mengetahui dan mencatatnya, tidak ada syetan yang mengetahui dan merusaknya, tidak ada pula hawa nafsu yang mengetahui lalu menyondongkan ke hal lain yang buruk.

Adapun tanda-tanda orang yang ikhlas antara lain yaitu:

1. Menganggap antara pujian dan celaan adalah hal yang sama

2. Tidak mengingat hal baik yang telah dilakukan

3. Dalam mengerjakan amalan terbebas dari niat buruk dan hal-hal negatif lainnya yang mengurangi kemurnian dan ketulusannya.

Tingkatan ikhlas

Terdapat 3 tingkatan ikhlas yaitu:

1. Tingkatan ikhlas terendah adalah ketika orang beribadah karena Allah namun memiliki harapan untuk mendapat imbalan duniawi dengan ibadah yang dilakukan tersebut. Misalnya, seseorang rajin menunaikan sholat dhuha dengan harapan agar mendapatkan kemudahan rejeki.

2. Tingkatan kedua yaitu orang yang melakukan amal ibadah karena Allah namun masih memiliki keinginan agar ibadahnya kelak bisa mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT

3.  Tingkatan paling tinggi adalah ketika seseorang melakukan amal ibadah tanpa adanya keinginan, dan hanya ingin melakukannya semata-mata karena Allah. Bahwa ia melakukan ibadah sebagai upaya untuk melakukan perintah yang diberikan oleh Allah, bukan untuk mencari pujian, harta, kecintaan, dan lain sebagainya.

4. Husnudzon

Husnudzon atau prasangka baik berasal dari kata Arab yaitu husnu yang artinya baik, dan dzan yang artinya prasangka. Jadi prasangka baik atau positive thinking dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah husnudzon. Secara istilah, husnudzon adalah sikap orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain.

Dalam ilmu akhlak, husnudzon dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu:

1. Husnudzon kepada Allah Swt, yakni dengan cara berprasangka baik dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT.

2. Husnudzon kepada diri sendiri, dengan cara percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri.

3. Husnudzon kepada orang lain, dengan cara semua orang dipandang baik sebelum terbukti kesalahan atau kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan kekacauan.  

Sikap husnudzon akan melahirkan keyakinan bahwa segala kenikmatan dan kebaikan yang diterima manusia berasal dari Allah, sedangkan keburukan yang menimpa manusia disebabkan dosa dan kemaksiatannya. Selain itu, membiasakan perilaku husnudzon  dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menimbulkan sifat-sifat yang baik dalam diri. 

5.Tawadhu’

Tawadhu merupakan salah satu akhlak baik yang harus senantiasa dilakukan oleh umat islam. Adapun nama lain dari tawadhu ialah sikap rendah hati, namun bukan berarti rendah diri. Tawadhu dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang percaya diri, optimis, berani, serta tidak merasa diri kita lebih baik dari orang lain sekalipun memiliki banyak kelebihan.

Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Muawanah wal Mudhaharah wal Muwazarah tanda-tanda orang yang memiliki sifat tawadhu ialah sebagai berikut:

1. Seseorang yang memiliki sikap tawadhu ialah mereka yang lebih senang tidak dikenal daripada menjadi orang terkenal

2. Bersedia menerima kebenaran dari siapapun, baik dari kalangan orang terpandang maupun dari kalangan orang yang rendah kedudukannya

3. Mencintai fakir miskin dan tidak segan-segan duduk bersama mereka

4. Selalu bersedia untuk mementingkan kepentingan orang lain dan senang ketika dimintai pertolongan

6. Istiqamah

Istiqomah berarti sikap kukuh pada pendirian dan konsekuen dalam tindakan. Dalam makna yang luas, istiqomah adalah sikap teguh dalam melakukan suatu kebaikan, membela dan mempertahankan keimanan dan keislaman, walaupun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.

Seseorang yang mempunyai sifat istiqamah bagaikan batu karang yang berada di tengah-tengah lautan yang tidak tergeser sedikit pun, meskipun dihantam oleh gelombang yang sangat besar.Istiqomah terwujud karena adanya keyakinan akan kebenaran dan siap menanggung risiko.

Di antara hikmah perilaku istiqomah adalah sebagai berikut:

1. Orang yang istiqomah akan dijauhkan oleh Allah Swt. dari rasa takut dan sedih sehingga dapat mengatasi rasa sedih yang menimpanya, tidak hanyut dibawa kesedihan dan tidak gentar dalam menghadapi kehidupan masa yang akan datang.

2. Orang yang istiqomah akan mendapatkan kesuksesan dalam kehidupan di dunia karena ia tekun dan ulet.

3. Orang yang istiqomah dan selalu sabar serta mendirikan salat  akan selalu dilindungi oleh Allah swt.

7. Qana’ah

Kata Qanaah berasal dari bahasa Arab Qana’a-yaqna’u-qana’an-qanaa’atan, yang berarti suka menerima yang dibagikan kepadanya, rela. Secara istilah Qana’ah berarti menerima keputusan Allah Swt. dengan tidak mengeluh, merasa puas dan penuh keridhaan atas keputusan Allah Swt., serta senantiasa tetap berusaha sampai batas maksimal kemampuannya. Dengan sikap inilah maka jiwa akan menjadi tentram dan terjauh dari sifat serakah atau tamak. Orang yang bersikap qanaah, ia rela menerima kenyataan hidup yang dialami, tidak berkeluh kesah, tidak mengangan-angan kesenangan yang diterima orang lain.

Qanaah bukan berarti diam berpangku tangan dan bermalas-malasan tidak mau meningkatkan kesejahteraan hidup tapi sesungguhnya orang yang qana’ah adalah orang yang sangat kuat dan bersahaja, dia giat berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan yang dicita-citakan. Namun apabila menemui kegagalan dia tidak pernah berputus asa dan kecewa, bahkan ia selalu sabar dan husnuzhan dengan keputusan Allah, karena dia punya keyakinan bahwa di balik semua peristiwa dalam hidup pasti ada hikmahnya.

8. Zuhud

Secara bahasa, zuhud berasal dari bahasa Arab yang artinya tidak ingin terhadap sesuatu atau meninggalkannya. Sedangkan secara istilah, pengertian zuhud adalah pola hidup dalam menjaga diri dari ketergantungan duniawi, sehingga hanya akan fokus pada akhirat. 

Bersikap zuhud tidak berarti lantas membenci harta dan menjalani laku hidup berkekurangan, melainkan tidak terlena terhadap kehidupan dunia. Artinya zuhud adalah bersikap minimalis, dan tidak membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan.

Dikutip dari Tri Wahyu Hidayati (2016), ciri-ciri orang yang zuhud antara lain:

1. Mengetahui bahwa kehidupan dan kesenangan dunia hanyalah sementara.

2. Mengetahui bahwa kehidupan akhirat itu kekal dan lebih baik.

3. Memandang bahwa dunia adalah tempat untuk menyiapkan kehidupan akhirat.

4. Mengeluarkan dari hati kecintaan pada dunia.

5. Memasukkan kecintaan pada Allah.

6. Melepaskan diri dari ketergantungan pada makhluk.

7. Mempunyai anggapan bahwa kebahagiaan bukan diukur dari materi, namun dari spiritualitas.

8. Memandang bahwa harta dan jabatan adalah amanah untuk manfaat orang banyak.

9. Menggunakan harta untuk berinfak di jalan Allah SWT.

10. Meninggalkan hal-hal yang berlebihan meskipun halal.

11. Menunjukkan sikap hemat, hidup sederhana, dan menghindari bermewah-mewahan.

12. Menjaga anggota tubuh agar terhindar dari segala yang dapat menjauhkan diri dari Allah SWT (Misalnya menjaga dari bicara kotor, selalu menyebut nama Allah SWT, menjaga pandangan, dan lain sebagainya).

9.Tawakkal

Tawakkal berasal dari kata وكل (wakala) yang berarti menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan urusan kita kepada orang lain. Dalam kaitan ini penyerahan tersebut adalah kepada Allah Swt. Tujuannya, untuk mendapat kemashlahatan dan menghilangkan kemudharatan.

Secara istilah arti tawakkal adalah menyerahkan suatu urusan kepada kebijakan Allah Swt., yang mengatur segalanya-galanya. Berserah diri (tawakkal) kepada Allah Swt. adalah salah satu perkara yang diwajibkan dalam ajaran agama Islam. Berserah diri (tawakkal) kepada Allah Swt. dilakukan oleh seorang muslim apabila sudah melaksanakan Ikhtiar (usaha) secara maksimal dan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuannya.

Tawakkal dilaksanakan setelah manusia melakukan iktiar dengan maksimal, maka tawakal kepada Allah Swt. tidak dibenarkan apabila menyerahkan (tawakkal) segala urusan kepada Allah Swt. sebelum melaksanakan usaha semaksimal mungkin. Demikian juga tawakkal yang ditujukan kepada selain Allah Swt. termasuk perbuatan syirik yang harus dijauhi oleh setiap orang yang beriman.

Manusia harus menyadari bahwa dirinya lemah. Hal ini terbukti bahwa banyak orang yang mengalami kegagalan dan tidak berhasil memenuhi harapannya. Keberhasilan usaha seseorang terletak pada kuasa dan kehendak Allah Swt. Oleh sebab itu manusia harus sadar bahwa ia harus bertawakal kepada Allah setelah ia berusaha dengan maksimal. Orang bertawakal berarti menunggu keberhasilan apa yang diusahakannya. Oleh sebab itu, di saat tawakal hendaknya meningkatkan intensitas do’a nya kepada Allah Swt. agar apa yang diinginkan akan berhasil dengan baik.

 

Referensi:

https://fkg.unimus.ac.id/2018/04/3-macam-sabar-menurut-ulama/

https://an-nur.ac.id/pengertian-syukur-dalil-contoh-dan-dampak-positifnya/

https://www.merdeka.com/jateng/pengertian-ikhlas-dalam-islam-pahami-tingkatannya-kln.html

https://tirto.id/pengertian-husnudzon-dan-contoh-perilakunya-dalam-islam-gaXa

https://www.merdeka.com/jateng/arti-tawadhu-dalam-islam-beserta-manfaatnya-untuk-kehidupan-sehari-hari-kln.html

https://an-nur.ac.id/pengertian-qanaah-dalil-contoh-dan-hikmahnya/

https://hot.liputan6.com/read/4697605/pengertian-zuhud-ciri-ciri-keutamaan-dan-contoh-perilakunya-yang-wajib-diketahui

https://an-nur.ac.id/pengertian-tawakal-dalil-contoh-dan-dampak-positifnya/

https://an-nur.ac.id/pengertian-istiqomah-hikmah-perilaku-istiqomah-dan-wujud-perilaku-istiqomah-dalam-kehidupan-sehari-hari/

 

 

 

 

 

 

7 komentar: