Kamis, 02 Maret 2023

Membangun Jembatan Di Tengah Keragaman

 Membangun Jembatan Di Tengah Keragaman

 

Perbedaan atau keragaman adalah sebuah keniscayaan. Kalau dalam bahasa syari’at disebut sebagai sunnatullah. Di manapun tempatnya keragaman pastilah ada termasuk di dunia pendidikan. Justru kalau hanya satu jemis atau seragam maka bisa jadi hidup akan monoton dan mungkin membosankan.

 

Peserta didik kita pasti memiliki keragaman. Mereka memiliki latar belakang, sifat, karakter, potensi, minat dan bakat yang beragam. Ibarat sebuah taman bunga akan tampak indah karena memiliki aneka macam bunga dengan warna yang berbeda-beda. Di sinilah peran pendidik agar bisa membangun jembatan serta merawat beraneka macam keragaman itu.

 

Ada 6 jurus membangun jembatan di tengah keragaman yaitu :

1. Keragaman diakomodasi agar bisa berkolaborasi. Untuk membangun kolaborasi dimulai dengan mendata semua potensi kreativitas peserta didik. Ada yang ahli disain, jago pramuka, serta pandai dalam akuntansi. Tujuannya adalah agar semua potensi yang ada ikut ambil bagian dalam proyek bersama.

2. Seperti jalinan benang untuk membuat temali, semua benang memiliki posisi dan porsi yang sama untuk saling mengisi dan melengkapi menjadi temali yang kuat dan kokoh. Setelah diakomodasi keragamannya kita bisa mengidentifikasi masalah dan mencari solusi. Lalu setiap orang diberi porsi dan juga posisi. Misalnya di sekolah ingin memperkuat toleransi bisa dibuat pertandingan persahabatan yang anggota timnya terdiri dari identitas yang berbeda. Misal suku, agama, kelas yang berbeda, dan lain-lain. Pendidik dan peserta didik bisa berbagi porsi dan posisi. Misalnya ada yang membuat poster, ada bagian tim dokumentasi, tim pemandu acara dan lainnya.

3. Saling mengisi dan melengkapi. Kita tidak bisa melakukan semuanya sendiri. Saat berkolaborasi kita bisa saling melengkapi. Dalam pekerjaan suatu proyek peserta didik perlu didorong untuk saling mengisi pada proses kreatif dan eksekusi.

4. Saling mendengarkan dan coba saling mengerti. Saling mendengarkan dan mengerti merupakan kunci. Sebagai pendidik, kita dituntut untuk memiliki kemampuan mendengar yang baik. Ada rumus mendengarkan yang cukup sederhana yaitu DENGAR JANG. Artinya saat mendengar kita harus

D = Dedikasikan diri untuk menjadi pendengar yang baik bagi lawan bicara

E = Ekspresikan sesuai dengan topik pembicaraan

N = Netralkan posisi ketika mendengarkan. Kita mencoba berempati. Menjadi pendengar yang baik, tidak menghakimi.Tidak memberi saran kecuali diminta.

G + Gangguan dihilangkan saat menjadi pendengar. Saat menjadi pendengar ada saja gangguan yang datang. Misalnya suara ponsel atau suasana yang kurang kondusif. Sebaiknya amankan dulu agar proses mendengar menjadi lebih fokus.

A = Amati isi pembicaraan agar fokus mendengarkan. Mengamati bisa dimulai dengan kontak mata yang memperhatikan lawan bicara. Bisa juga dengan bahasa tubuh yang mendukung bahwa kita fokus pada isi pembicaraan.

R = Respons saat mendengarkan. Respon bisa berupa anggukan atau tanggapan dengan bahasa tubuh.

 

JANG = Jangan memotong lawan bicara. Tunggu lawan bicara menyelesaikan pembicaraannya sampai selesai, baru kita tanggapi.

 

Melalui metode DENGAR JANG ini semua akan merasa dihargai dan ide pun dapat terakomodasi.

 

5. Mau memahami dan tidak mementingkan diri sendiri. Ada kalanya ide kita berbeda dengan orang lain.  Oleh karena itu kita perlu mencari alternatif solusi atau jalan tengah. Keputusan juga bisa diambil berdasarkan faktaatau saran dari orang yang kita anggap memiliki kapasitas untuk itu. Utamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

6. Dirawat dengan saling bantu dan memberi semangat. Jembatan dikuatkan dengan bersama-sama menghadapi hambatan. Jembatan dapat kita rawat dengan saling membantu dan memberi semangat. Selanjutnya harus saling membantu dengan komitmen yang sudah disepakati. Agar kolaborasi tetap berjalan bukan hanya sesaat.

 

Sebagai jembatan memang harus siap melewati jalanan menanjak. Namun percayalah bahwa yang mampu membangun jembatan adalah orang-orang yang hebat dan bijak.

 

Referensi : Platform Merdeka Mengajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar