MENJADI GURU SUGESTIF DI ERA PANDEMI COVID_19
Oleh: Izatul Laela, S.Si
SMPN 2 Wonorejo
Tujuan Pendidikan Nasional Menurut Undang-undang No.20
Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Sehingga,
tantangan sebesar apapun harus bisa diatasi dan menjadi tanggung jawab bersama.
Masa Pandemi Covid-19 membuat
pola pendidikan berubah. Semula proses belajar mengajar dilakukan dengan tatap
muka. Tetapi kini, proses belajar mengajar dilakukan secara jarak jauh dengan
memanfaatkan jaringan internet, serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dari segi manfaat, dilakukannya
pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah menjejakkan proses pendidikan di tanah air
ke arah digitalisasi.
Banyak orang menyatakan bahwa profesi guru pekerjaan yang mulia karena memiliki peranan
penting dalam mengubah dan membawa masa depan seorang anak. Tugas dan
peran seorang guru mengubah ketidaktahuan menjadi mengerti, mengubah kebodohan
menjadi pintar. Selain itu, tingkah laku guru menjadi panutan, inspirasi, dan
motivasi bagi semua orang. Inilah yang menjadi nilai lebih profesi guru dibandingkan
profesi lain. Eksistensi seorang guru sangat ditentukan oleh kapasitas yang
dimiliki karena menjadi manusia pembelajar sebuah kepastian yang harus
ditempuh. Belajar pengetahuan, belajar bagaimana menghadapi situasi yang
berbeda, belajar memperbaiki diri, belajar untuk bangkit, dan akhirnya belajar
kapan saja dan dengan siapa saja.
Guru bukan hanya sebatas memberikan pelajaran, melainkan
membimbing serta memberikan perhatian dan kasih sayang kepada peserta didiknya.
Wajar jika banyak yang menyebut guru mempunyai jasa yang besar. Bahkan, guru
dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena pengorbanan dan pengabdian
mereka kerap ditepikan.
Guru di masa pandemi Covid-19 mempunyai tantangan tersendiri. Guru
tetap menjadi penggerak dan pembina yang memiliki kemampuan luar biasa untuk
melakukan pembelajaran jarak jauh. Peran guru di masa pandemi saat ini dituntut
melaksanakan banyak peran tambahan. Seperti, memastikan tercapainya tujuan
pendidikan dan pemenuhan target akademis dan non-akademis serta mempersiapkan
materi dan hasil evaluasi pembelajaran. Guru juga memiliki tanggung jawab
dalam memastikan keselamatan peserta didik secara fisik dan psikis serta harus
dapat melakukan komunikasi dan mengembangkan kerja sama yang baik dengan kepala
sekolah dan orang tua/keluarga peserta didik untuk membangun kepercayaan dan
mendukung proses pendidikan.
Demikian juga tuntutan kompetensi guru di masa pandemi Covid-19
ini, guru mempunyai kemampuan berinovasi, memanfaatkan bermacam digital
tools, menyelenggarakan kelas online, penerapan kurikulum yang
memperkuat model multidisiplin dan kolaboratif dalam belajar mengajar serta
kemampuan menata ulang akuntabilitas dan menentukan metode dalam proses
asesmen. Dalam menyelenggarakan pendidikan, guru harus bisa membantu peserta
didik berkembang secara akademis, fisik, dan psikis, dengan menyeimbangkan
antara old knowledge dengan mekanisme
digital.
Menjalankan tugas sebagai guru di masa pandemi Covid-19 memang
penuh dengan tantangan. Mulai dari persiapan administrasi mengajar yang harus
disesuaikan dengan kebijakan terbaru, seperti kurikulum darurat, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disederhanakan, pembelajaran jarak jauh
(PJJ), program Guru Penggerak dan sebagainya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menyatakan,
prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 adalah mengutamakan
kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,
keluarga bahkan masyarakat secara umum. Dengan demikian, tugas guru dalam
memenuhi pelayanan pendidikan selama pandemi Covid-19 tidak hanya persoalan
belajar mengajar, melainkan dibutuhkan pertimbangan yang besar terkait kondisi
psikososial dan tumbuh kembang peserta didik.
Tak mudah melakukan aktivitas belajar mengajar saat pandemi
Covid-19. Guru harus memperhatikan peserta didik tidak hanya melalui daring,
tapi juga harus mengunjungi
rumah peserta didik agar tetap terjaga hubungan baik antara orang tua dan
peserta didik. Upaya tersebut guna memantau kendala yang dialami ketika
pembelajaran melalui daring serta memantau kesehatan dan perkembangan
pengetahuan peserta didik. Guru berupaya menyusun ulang kurikulum yang sesuai
konteks dalam RPP.
Pembaharuan dalam pendidikan perlu proses perencanaan yang matang,
sedangkan pandemi ini datang begitu cepat dan tak terduga sehingga guru belum
memiliki perencanaan yang baik. Sekali lagi, guru mempunyai peranan dari
tatanan pendidikan Indonesia yang terus dituntut untuk mencerdaskan anak bangsa
meski di kondisi sesulit apa pun.
Peran guru di tengah pandemi memang jarang disebut sebagai garda
terdepan “melawan” Covid-19. Tapi, jangan pernah mengabaikan fungsi dan
perannya. Jangan menilainya punya banyak waktu beristirahat semenjak ada
kebijakan pemerintah memindahkan proses belajar ke rumah. Justru, masa sekarang
guru mempunyai pekerjaan berlipat. Jauh lebih berat dibandingkan mengajar di
dalam kelas. Jauh lebih sulit dibandingkan bertatap muka dengan peserta didik
di sekolah, seperti sebelum masa pandemi Covid-19. Mereka tak mengenal istilah
siang atau malam.
Ada 3 tipe guru yang perlu kita pahami, yaitu
a. guru bayar,
b. guru nyasar, dan
c. guru sadar.
Guru bayar digambarkan sebagai guru yang sangat
besemangat saat TPP cair atau insentif turun. Semua pekerjaannya dinilai dengan
uang. Bila tidak ada insentif, guru tipe ini malas untuk bekerja.
Guru
nyasar merupakan tipe guru yang tidak mencintai profesinya. Guru seperti
ini asal-asalan saja dalam bekerja karena tidak bekerja dengan hati. Bisa jadi
merupakan kompensasi karena tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan
latar belakang pendidikan yang ditempuh.
Sedangkan
guru sadar merupakan tipe ideal seorang guru. Memang seharusnya seperti
itulah seorang guru. Bekerja dengan hati, niat karena Allah untuk ikut andil
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang sesuai dengan pembukaan UUD 1945
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Benar-benar hari yang menguras pikiran dan waktu, terutama guru
yang tidak mengabaikan tanggung jawabnya. Dalam masa pandemi Covid-19 ini, guru
adalah pendekar dan pahlawan pembangunan seluruh bangsa di dunia. Adapun tentang bagaimana sikap guru terutama
di era pandemi Covid_19 ini, juga dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a. guru santai
b. guru tugas
c. guru motivator
Guru santai menganggap masa pandemi sebagai hari yang
santai, karena pembelajaran dilaksanakan tidak melaui tatap muka langsung. Sehingga
hari-harinya santai tanpa terbebani dengan peserta didik. Pembelajaran bisa
dilakukan dengan santai. Bahkan tidak jarang menghabiskan waktunya untuk hal
lain yaitu bersenang-senang.
Tipe yang kedua yaitu guru tugas
seringkali terjadi. Karena minimnya penguasaan IT sehingga guru kurang bisa
berinovasi dalam pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran lebih mengarah pada
pemberian tugas. Guru hanya memberikan ringkasan materi yang disampaikan kepada
peserta didik baik melaui grup Whatsapp maupun Google Classroom ataupun media
komunikasi yang lain tanpa ada upaya untuk menjelaskan. Kemudian peserta didik
disuruh untuk mempelajari sendiri dan diberikan bonus untuk menyelesaikan
tugas.
Guru
motivator merupakan guru yang sangat ditunggu kehadirannya oleh peserta
didik. Guru dengan tipe ini memiliki mental yang tangguh karena mampu
memotivasi peserta didik untuk belajar di tengah kondisi serba sulit seperti
ini. Dia menganggap bahwa sekolah adalah bagian dari keluarganya yang butuh
perhatian. Maka peserta didiknya juga dianggap sebagai anak sendiri.
Guru dihadapkan dengan berbagai persoalan,
mulai dari sulitnya beradaptasi dengan teknis pembelajaran daring, turunnya
motivasi belajar peserta didik, kurangnya kerjasama orang tua peserta didik
sampai dengan membengkaknya biaya kuota. Meski dalam himpitan persoalan
yang dihadapi, guru dituntut harus tetap profesional, kompetensi guru harus
terus ditingkatkan demi keberlangsungan proses pembelajaran dan tercapainya
tujuan pembelajaran itu sendiri. Tetunya ini menjadi tantangan besar bagi guru. Guru harus bisa menjadi motivator.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru
sebagai motivator, antara lain yaitu:
1. meluruskan niat bahwa bekerja adalah ibadah
2. tidak pernah lelah dalam memberikan nasehat
kepada para peserta didik,
3. memiliki prinsip bahwa peserta didik dan
segala hal yang terkait dengannya adalah ladang amal shalih untuk meraih
pahala,
4. selalu berpikir agar peserta didik semangat
belajar,
5. membangkitkan semangat peserta didik,
6. tidak sekedar memberikan tugas,
7. menciptakan vibrasi bahagia atau suasana
bahagia,
8. mengawali pagi menyapa peserta didik dengan
penuh semangat,
9. mampu menjadi contoh yang baik,
10. menyediakan waktu untuk menerima segala
curahan hati peserta didik,
11. cepat merespon terhadap apa yang
disampaikan peserta didik,
12. berusaha mencarikan solusi saat peserta
didik mengalami masalah
13. menjalin komunikasi yang baik dengan orang
tua peserta didik.
Guru
adalah soko utama pendidikan,
kompetensi pedagogik, profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial
adalah sebuah keniscayaan. Di masa pandemi covid-19
tantangan melaksanakan tanggungjawab keempat kompetensi tersebut. Guru
seyogyanya lebih siap beradaptasi dengan segala kondisi. Guru memiliki peran
ganda yakni bertanggungjawab pendidikan peserta didiknya, di sisi lain guru
adalah kepala keluarga.
Di masa
pandemi Covid-19 ini guru harus benar-benar eksis. Sebagai upaya untuk
menyiapkan generai penerus bangsa, guru haruslah hebat dan bermental baja.
Beberapa hal yang perlu disiapkan untuk menjadi guru hebat di masa pandemi
Covid-19 ini, yaitu:
1. Mampu membentuk mental sinergi
Guru harus
bisa menyampaikan dan memberi motivasi kepada peserta didik bahwa sukses
sendiri itu biasa dan sukses bersama-sama itu luar biasa. Sehingga peserta
didik akan termotivasi untuk berkolaborasi dengan temannya untuk memecahkan
persoalan dalam pembelajaran serta mencapai tujuan pembelajaran bersama-sama.
2. Mampu membentuk mental proses
Guru harus
bisa memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa gagal itu biasa dan bangkit
itu luar biasa. Bisa juga diceritakan tentang kisah sukses orang-orang hebat
yang mengalami kegagalan pada awalnya kemudian mencapai kesuksesan berkat kerja
keras, ketekunan dan berdoa.
Bisa juga
disampaikan bahwa Allah itu menilai proses yang dilakukan bukan hasilnya.
3. Mampu membentuk mental kreatif
Guru harus
bisa memberikan motivasi kepada peserta didik agar kreatif tidak terpaku pada
satu cara saja untuk mencapai suatu tujuan. Guru memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada peserta didik untuk memunculkan ide-ide kreatif yang bisa
dituangkan dalam proses pembelajaran, tidak hanya dari buku paket atau dari
guru saja.
4. Mampu menciptakan peluang
Guru harus
bisa menciptakan peluang yang besar kepada peserta didik untuk berkreasi
semaksimal mungkin yang tentunya masih dalam tataran normatif sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
5. Mampu menjalin building rapor atau
mampu menjalin keakraban
Jika peserta
didik sudah merasa dekat dengan guru maka akan mudah bagi guru untuk menembus critical
area.
Jika
building rapor itu kuat maka akan mampu
membangkitkan motivasi peserta didik
6. Mampu menyamakan gelombang pikiran
Tujuannya
adalah agar peserta didik bisa lebih fokus sehingga lebih mudah menerima materi
pembelajaran.
Tugas guru adalah membantu peserta didik supaya bisa belajar, bukan mengajarinya. Supaya bisa belajar, peserta didik harus punya kesempatan.
Setelah
punya ruang, peserta didik perlu
merasa aman dan nyaman. Peserta didik akan
merasa aman kalau aktivitasnya sesuai dengan tahap perkembangan dan
kemampuannya, jelas apa yang dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai.
Selanjutnya, untuk bisa belajar peserta didik perlu
merasa bisa. Ini sebuah syarat mutlak. Keyakinan bahwa dirinya mampu merupakan
bahan bakar yang mampu menghidupkan motivasi dan semangat, juga mengaktifkan
neuron-neuron otak. Disinilah sebuah sugesti diperlukan. Guru hendaknya selalu
mempompakan keyakinan ini. Tidak hanya lewat kata-kata, tapi juga tindakan dan
ekspresi.
Saat mendapat sugesti, peserta
didik akan merasa dirinya berharga,
mampu, dan mendapat dukungan. Hal ini membuatnya lebih mudah melangkah kerja,
sebab mendapat kekuatan luar biasa dari dalam diri, yang kemudian membentuk
niat yang kuat. Niat yang kuat akan mendapat dukungan dari lingkungan.
Jika peserta
didik sudah merasa dekat dengan guru maka akan mudah bagi guru untuk menembus critical
area. Menembus critical area ini dilakukan dengan suatu teknik yang
dinamakan "induksi". Induksi bisa dilakukan
dengan cara membuat pikiran sadar subjek dibuat sibuk, lengah, bosan,
bingung (tidak memahami) atau lelah sehingga pintu gerbang menuju pikiran bawah
sadar, yaitu critical area terbuka atau tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh guru untuk menembus critical
area pada peserta didik, diantaranya yaitu:
1. Repetisi
Merupakan pengulangan semua kata atau bentuk lain yang diulang mempunyai
arti kata yang sama sekaligus memiliki makna tersirat yang sama, baik pada
kalimat pertama, kedua, ketiga maupun lainnya adalah sama.
Jangan pernah menyerah untuk menasehati peserta didik. Itu kata kuncinya.
2. Mampu membentuk mental
proses
Sebagai guru harus meyakinkan pada peserta didik bahwa yang dinilai adalah
prosesnya. Walaupun memperoleh hasil yang bagus tapi bila diperoleh dengan cara
yang curang maka akan berpengaruh terhadap mental atau karakter yang terbentuk.
3. Ide dari figur yang
dipandang memiliki otoritas
Peserta didik akan lebih mudah menerima nasehat dari orang yang dianggap
figur atau yang diidolakan. Maka menjadi guru sudah seharusnya menjadi figur
yang bisa digugu dan ditiru.
4. Emosi yang intens
Guru bukan hanya sekedar menjadi penyampai ilmu atau materi pelajaran. Tapi
menjadi guru dalam menjalankan profesinya harus juga melibatkan hati, jiwa dan
perasaan.
Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tetapi guru
yang bermutu dapat melahirkan ribuan orang hebat. Guru adalah lentera hidup dan
pahlawan tanpa tanda jasa.
(Inspired by Afif Hidayatulloh, penulis buku
Guru Sugesti)
.
Lawang, 12 Februari 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar