Senin, 27 Desember 2021

MENJADI GURU SUGESTIF DI ERA PANDEMI COVID_19

 

MENJADI GURU SUGESTIF DI ERA PANDEMI COVID_19

Oleh: Izatul Laela, S.Si

SMPN 2 Wonorejo

 

Tujuan Pendidikan Nasional Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sehingga, tantangan sebesar apapun harus bisa diatasi dan menjadi tanggung jawab bersama.

Masa Pandemi Covid-19 membuat pola pendidikan berubah. Semula proses belajar mengajar dilakukan dengan tatap muka. Tetapi kini, proses belajar mengajar dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan jaringan internet, serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dari segi manfaat, dilakukannya pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah menjejakkan proses pendidikan di tanah air ke arah digitalisasi.

Banyak orang menyatakan bahwa profesi guru pekerjaan yang mulia karena memiliki peranan penting dalam mengubah dan membawa masa depan seorang anak. Tugas dan peran seorang guru mengubah ketidaktahuan menjadi mengerti, mengubah kebodohan menjadi pintar. Selain itu, tingkah laku guru menjadi panutan, inspirasi, dan motivasi bagi semua orang. Inilah yang menjadi nilai lebih profesi guru dibandingkan profesi lain. Eksistensi seorang guru sangat ditentukan oleh kapasitas yang dimiliki karena menjadi manusia pembelajar sebuah kepastian yang harus ditempuh. Belajar pengetahuan, belajar bagaimana menghadapi situasi yang berbeda, belajar memperbaiki diri, belajar untuk bangkit, dan akhirnya belajar kapan saja dan dengan siapa saja.

Guru bukan hanya sebatas memberikan pelajaran, melainkan membimbing serta memberikan perhatian dan kasih sayang kepada peserta didiknya. Wajar jika banyak yang menyebut guru mempunyai jasa yang besar. Bahkan, guru dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena pengorbanan dan pengabdian mereka kerap ditepikan.

Guru di masa pandemi Covid-19 mempunyai tantangan tersendiri. Guru tetap menjadi penggerak dan pembina yang memiliki kemampuan luar biasa untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Peran guru di masa pandemi saat ini dituntut melaksanakan banyak peran tambahan. Seperti, memastikan tercapainya tujuan pendidikan dan pemenuhan target akademis dan non-akademis serta mempersiapkan materi dan hasil evaluasi pembelajaran. Guru juga memiliki tanggung jawab dalam memastikan keselamatan peserta didik secara fisik dan psikis serta harus dapat melakukan komunikasi dan mengembangkan kerja sama yang baik dengan kepala sekolah dan orang tua/keluarga peserta didik untuk membangun kepercayaan dan mendukung proses pendidikan.

Demikian juga tuntutan kompetensi guru di masa pandemi Covid-19 ini, guru mempunyai kemampuan berinovasi, memanfaatkan bermacam digital tools, menyelenggarakan kelas online, penerapan kurikulum yang memperkuat model multidisiplin dan kolaboratif dalam belajar mengajar serta kemampuan menata ulang akuntabilitas dan menentukan metode dalam proses asesmen. Dalam menyelenggarakan pendidikan, guru harus bisa membantu peserta didik berkembang secara akademis, fisik, dan psikis, dengan menyeimbangkan antara old knowledge dengan mekanisme digital.

Menjalankan tugas sebagai guru di masa pandemi Covid-19 memang penuh dengan tantangan. Mulai dari persiapan administrasi mengajar yang harus disesuaikan dengan kebijakan terbaru, seperti kurikulum darurat, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disederhanakan, pembelajaran jarak jauh (PJJ), program Guru Penggerak dan sebagainya. 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menyatakan, prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga bahkan masyarakat secara umum. Dengan demikian, tugas guru dalam memenuhi pelayanan pendidikan selama pandemi Covid-19 tidak hanya persoalan belajar mengajar, melainkan dibutuhkan pertimbangan yang besar terkait kondisi psikososial dan tumbuh kembang peserta didik.

Tak mudah melakukan aktivitas belajar mengajar saat pandemi Covid-19. Guru harus memperhatikan peserta didik tidak hanya melalui daring, tapi juga harus mengunjungi
rumah peserta didik agar tetap terjaga hubungan baik antara orang tua dan peserta didik. Upaya tersebut guna memantau kendala yang dialami ketika pembelajaran melalui daring serta memantau kesehatan dan perkembangan pengetahuan peserta didik. Guru berupaya menyusun ulang kurikulum yang sesuai konteks dalam RPP.

Pembaharuan dalam pendidikan perlu proses perencanaan yang matang, sedangkan pandemi ini datang begitu cepat dan tak terduga sehingga guru belum memiliki perencanaan yang baik. Sekali lagi, guru mempunyai peranan dari tatanan pendidikan Indonesia yang terus dituntut untuk mencerdaskan anak bangsa meski di kondisi sesulit apa pun. 

Peran guru di tengah pandemi memang jarang disebut sebagai garda terdepan “melawan” Covid-19. Tapi, jangan pernah mengabaikan fungsi dan perannya. Jangan menilainya punya banyak waktu beristirahat semenjak ada kebijakan pemerintah memindahkan proses belajar ke rumah. Justru, masa sekarang guru mempunyai pekerjaan berlipat. Jauh lebih berat dibandingkan mengajar di dalam kelas. Jauh lebih sulit dibandingkan bertatap muka dengan peserta didik di sekolah, seperti sebelum masa pandemi Covid-19. Mereka tak mengenal istilah siang atau malam. 

Ada 3 tipe guru yang perlu kita pahami, yaitu

a.       guru bayar,

b.      guru nyasar, dan

c.       guru sadar.

Guru bayar digambarkan sebagai guru yang sangat besemangat saat TPP cair atau insentif turun. Semua pekerjaannya dinilai dengan uang. Bila tidak ada insentif, guru tipe ini malas untuk bekerja.

            Guru nyasar merupakan tipe guru yang tidak mencintai profesinya. Guru seperti ini asal-asalan saja dalam bekerja karena tidak bekerja dengan hati. Bisa jadi merupakan kompensasi karena tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan yang ditempuh.

            Sedangkan guru sadar merupakan tipe ideal seorang guru. Memang seharusnya seperti itulah seorang guru. Bekerja dengan hati, niat karena Allah untuk ikut andil mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Benar-benar hari yang menguras pikiran dan waktu, terutama guru yang tidak mengabaikan tanggung jawabnya. Dalam masa pandemi Covid-19 ini, guru adalah pendekar dan pahlawan pembangunan seluruh bangsa di dunia. Adapun tentang bagaimana sikap guru terutama di era pandemi Covid_19 ini, juga dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

a.       guru santai

b.      guru tugas

c.       guru motivator

Guru santai menganggap masa pandemi sebagai hari yang santai, karena pembelajaran dilaksanakan tidak melaui tatap muka langsung. Sehingga hari-harinya santai tanpa terbebani dengan peserta didik. Pembelajaran bisa dilakukan dengan santai. Bahkan tidak jarang menghabiskan waktunya untuk hal lain yaitu bersenang-senang.

Tipe yang kedua yaitu guru tugas seringkali terjadi. Karena minimnya penguasaan IT sehingga guru kurang bisa berinovasi dalam pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran lebih mengarah pada pemberian tugas. Guru hanya memberikan ringkasan materi yang disampaikan kepada peserta didik baik melaui grup Whatsapp maupun Google Classroom ataupun media komunikasi yang lain tanpa ada upaya untuk menjelaskan. Kemudian peserta didik disuruh untuk mempelajari sendiri dan diberikan bonus untuk menyelesaikan tugas.

            Guru motivator merupakan guru yang sangat ditunggu kehadirannya oleh peserta didik. Guru dengan tipe ini memiliki mental yang tangguh karena mampu memotivasi peserta didik untuk belajar di tengah kondisi serba sulit seperti ini. Dia menganggap bahwa sekolah adalah bagian dari keluarganya yang butuh perhatian. Maka peserta didiknya juga dianggap sebagai anak sendiri.

Guru dihadapkan dengan berbagai persoalan, mulai dari sulitnya beradaptasi dengan teknis pembelajaran daring, turunnya motivasi belajar peserta didik, kurangnya kerjasama orang tua peserta didik sampai dengan membengkaknya biaya kuota. Meski dalam himpitan persoalan yang dihadapi, guru dituntut harus tetap profesional, kompetensi guru harus terus ditingkatkan demi keberlangsungan proses pembelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri. Tetunya ini menjadi tantangan besar bagi guru. Guru harus bisa menjadi motivator.

Beberapa hal yang dapat dilakukan guru sebagai motivator, antara lain yaitu:

1.      meluruskan niat bahwa bekerja adalah ibadah

2.      tidak pernah lelah dalam memberikan nasehat kepada para peserta didik,

3.      memiliki prinsip bahwa peserta didik dan segala hal yang terkait dengannya adalah ladang amal shalih untuk meraih pahala,

4.      selalu berpikir agar peserta didik semangat belajar,

5.      membangkitkan semangat peserta didik,

6.      tidak sekedar memberikan tugas,

7.      menciptakan vibrasi bahagia atau suasana bahagia,

8.      mengawali pagi menyapa peserta didik dengan penuh semangat,

9.      mampu menjadi contoh yang baik,

10.  menyediakan waktu untuk menerima segala curahan hati peserta didik,

11.  cepat merespon terhadap apa yang disampaikan peserta didik,

12.  berusaha mencarikan solusi saat peserta didik mengalami masalah

13.  menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua peserta didik.

Guru adalah soko utama pendidikan, kompetensi pedagogik, profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial adalah sebuah keniscayaan. Di masa pandemi covid-19 tantangan melaksanakan tanggungjawab keempat kompetensi tersebut. Guru seyogyanya lebih siap beradaptasi dengan segala kondisi. Guru memiliki peran ganda yakni bertanggungjawab pendidikan peserta didiknya, di sisi lain guru adalah kepala keluarga.

Di masa pandemi Covid-19 ini guru harus benar-benar eksis. Sebagai upaya untuk menyiapkan generai penerus bangsa, guru haruslah hebat dan bermental baja. Beberapa hal yang perlu disiapkan untuk menjadi guru hebat di masa pandemi Covid-19 ini, yaitu:

1.      Mampu membentuk mental sinergi

Guru harus bisa menyampaikan dan memberi motivasi kepada peserta didik bahwa sukses sendiri itu biasa dan sukses bersama-sama itu luar biasa. Sehingga peserta didik akan termotivasi untuk berkolaborasi dengan temannya untuk memecahkan persoalan dalam pembelajaran serta mencapai tujuan pembelajaran bersama-sama.

2.      Mampu membentuk mental proses

Guru harus bisa memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa gagal itu biasa dan bangkit itu luar biasa. Bisa juga diceritakan tentang kisah sukses orang-orang hebat yang mengalami kegagalan pada awalnya kemudian mencapai kesuksesan berkat kerja keras, ketekunan dan berdoa.

Bisa juga disampaikan bahwa Allah itu menilai proses yang dilakukan bukan hasilnya.

3.      Mampu membentuk mental kreatif

Guru harus bisa memberikan motivasi kepada peserta didik agar kreatif tidak terpaku pada satu cara saja untuk mencapai suatu tujuan. Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk memunculkan ide-ide kreatif yang bisa dituangkan dalam proses pembelajaran, tidak hanya dari buku paket atau dari guru saja.

4.      Mampu menciptakan peluang

Guru harus bisa menciptakan peluang yang besar kepada peserta didik untuk berkreasi semaksimal mungkin yang tentunya masih dalam tataran normatif sesuai dengan tujuan pembelajaran.

5.      Mampu menjalin building rapor atau mampu menjalin keakraban

Jika peserta didik sudah merasa dekat dengan guru maka akan mudah bagi guru untuk menembus critical area.

Jika building rapor  itu kuat maka akan mampu membangkitkan motivasi peserta didik

6.      Mampu menyamakan gelombang pikiran

Tujuannya adalah agar peserta didik bisa lebih fokus sehingga lebih mudah menerima materi pembelajaran.

Tugas guru adalah membantu peserta didik supaya bisa belajar, bukan mengajarinya. Supaya bisa belajar, peserta didik harus punya kesempatan.

Setelah punya ruang, peserta didik perlu merasa aman dan nyaman. Peserta didik akan merasa aman kalau aktivitasnya sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuannya, jelas apa yang dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai.
Selanjutnya, untuk bisa belajar
peserta didik perlu merasa bisa. Ini sebuah syarat mutlak. Keyakinan bahwa dirinya mampu merupakan bahan bakar yang mampu menghidupkan motivasi dan semangat, juga mengaktifkan neuron-neuron otak. Disinilah sebuah sugesti diperlukan. Guru hendaknya selalu mempompakan keyakinan ini. Tidak hanya lewat kata-kata, tapi juga tindakan dan ekspresi.

Saat mendapat sugesti, peserta didik akan merasa dirinya berharga, mampu, dan mendapat dukungan. Hal ini membuatnya lebih mudah melangkah kerja, sebab mendapat kekuatan luar biasa dari dalam diri, yang kemudian membentuk niat yang kuat. Niat yang kuat akan mendapat dukungan dari lingkungan.

Jika peserta didik sudah merasa dekat dengan guru maka akan mudah bagi guru untuk menembus critical area. Menembus critical area ini dilakukan dengan suatu teknik yang dinamakan "induksi". Induksi bisa dilakukan dengan cara membuat pikiran sadar subjek dibuat sibuk, lengah, bosan, bingung (tidak memahami) atau lelah sehingga pintu gerbang menuju pikiran bawah sadar, yaitu critical area terbuka atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh guru untuk menembus critical area pada peserta didik, diantaranya yaitu:

1.      Repetisi

Merupakan pengulangan semua kata atau bentuk lain yang diulang mempunyai arti kata yang sama sekaligus memiliki makna tersirat yang sama, baik pada kalimat pertama, kedua, ketiga maupun lainnya adalah sama.

Jangan pernah menyerah untuk menasehati peserta didik. Itu kata kuncinya.

2.      Mampu membentuk mental proses

Sebagai guru harus meyakinkan pada peserta didik bahwa yang dinilai adalah prosesnya. Walaupun memperoleh hasil yang bagus tapi bila diperoleh dengan cara yang curang maka akan berpengaruh terhadap mental atau karakter yang terbentuk.

3.      Ide dari figur yang dipandang memiliki otoritas

Peserta didik akan lebih mudah menerima nasehat dari orang yang dianggap figur atau yang diidolakan. Maka menjadi guru sudah seharusnya menjadi figur yang bisa digugu dan ditiru.

4.      Emosi yang intens

Guru bukan hanya sekedar menjadi penyampai ilmu atau materi pelajaran. Tapi menjadi guru dalam menjalankan profesinya harus juga melibatkan hati, jiwa dan perasaan.

Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tetapi guru yang bermutu dapat melahirkan ribuan orang hebat. Guru adalah lentera hidup dan pahlawan tanpa tanda jasa.

 

 

(Inspired by Afif Hidayatulloh, penulis buku Guru Sugesti)

.                                                                                                   Lawang, 12 Februari 2021

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar