Minggu, 10 April 2022

Kesepakatan Kelas : Langkah Menuju Budaya Positif

Kesepakatan Kelas : Langkah Menuju Budaya Positif

 

Izatul Laela, S.Si

CGP Angkatan Ke-4

Kab. Pasuruan



Tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kodrat  yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

            Dalam hal ini, guru sebagai pamong hendaknya dapat menuntun murid dan memberikan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya serta agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Guru juga diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan  untuk  membentuk karakter  pelajar pancasila  dengan memberi contoh  (Ing Ngarso Sung Tulodho) dan melakukan pembiasaan baik yang konsisten di sekolah.  

Guru harus mampu menciptakan ekosistem pendidikan yang nyaman, humanis dan berkarakter agar tujuan pendidikan tercapai. Salah satu ruang lingkup kecil yang harus dijadikan wadah belajar yang menyenangkan adalah kelas. Karena itu, sangat penting bagi guru untuk dapat  mengembangkan budaya positif tersebut agar  dapat menumbuhkan motivasi intrinsik  dalam diri murid-muridnya untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab  dan  berbudi pekerti luhur yang nantinya bermanfaat bagi dirinya, orang lain di sekitarnya, maupun lingkungannya.

 

Budaya Positif

Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab

Dalam penerapan budaya positif kita harus menumbuhkan lingkungan yang positif. Memahami kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibutuhkan seorang murid pada saat mereka berperilaku tidak pantas dan tidak sesuai apa yang kita harapkan. Dengan tidak hanya melakukan hukuman yang mungkin saja memberikan efek dan dampak yang tidak baik pada perkembangan emosi murid.

Kesepakatan Kelas : Langkah Membangun Budaya Positif di Sekolah

 

Sekolah sebagai institusi pembentuk karakter dapat menerapkan budaya  positif seperti, membuat kesepakatan kelas, menentukan posisi kontrol guru yang sesuai dengan kebutuhan murid, dan penerapan disiplin positif di kelas.

 

1.      Membuat Kesepakatan Kelas

Upaya dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid diawali dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas.  Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap guru. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan murid.  Kesepakatan harus disusun dengan jelas sehingga murid dapat memahami perilaku apa yang diharapkan dari mereka.

 

Kesepakatan yang disusun hendaknya mudah dipahami dan dapat langsung dilakukan, dapat diperbaiki  dan dikembangkan secara berkala. Kesepakatan kelas dapat berbentuk poster yang ditandatangani bersama guru dan murid sebagai kesepakatan kontrak. Strategi lain adalah dengan mencetaknya di setiap buku laporan kegiatan murid untuk meningkatkan komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah.

Selain itu Guru selalu mengingatkan siswa tidak menjadikan hukuman sebagai fokus kesepakatan.

 

Harapan seorang guru, semoga kesepakatan kelas yang dibuat menjadi kebutuhan bagi siswa, sehingga hukuman dan pengfhargaan tidak dibutuhkan lagi dalam pelaksanaannya, murid dapat memotivasi diri sendiri dalam melaksanakan disiplin positif dan budaya positif di kelas.

 

2.      Menentukan Posisi Kontrol Guru

Sebagai guru, penting sekali untuk memahami bagaimana harus memposisikan diri saat berhadapan dengan murid. Dalam komponen kelas, posisi guru dapat dikatakan sebagai penggerak utama.  Kontrol guru dalam proses belajar mengajar yang baik adalah sebagai guru manager.  Jika ada murid yang melakukan pelanggaran tata tertib, guru manager akan bertanya tentang alasan mengapa murid tersebut melanggar aturan dan membuat kesepakatan untuk langkah perbaikan. Guru juga akan bertanya tentang harapan murid dalam KBM. Bukan memberikan pertanyaan yang bersifat memojokkan atau menjadi penghukum. Dengan demikian murid akan merasa didengarkan dan tumbuh  disiplin dari dalam diri. Posisi kontrol guru yang demikian  akan menumbuhkan motivasi intinsik  dalam merubah perilaku untuk memperbaiki dirinya. Posisi kontrol seperti inilah yang sesuai dengan kebutuhan murid.

 

3.      Penerapan Disiplin Positif Di Kelas

Mengutip apa yang disampaikan Komisaris KPAI Retno Listyarti bahwa;“Disiplin memang harus ditegakkan, tapi ketika sanksi yang dijatuhkan bersifat merendahkan martabat anak didik, tentu itu pelanggaran HAM (hak Asasi Manusia)”. Dalam konteks inilah disiplin positif dalam pendidikan  menjadi penting untuk dipahami sebagai sebuah pendidikan tanpa kekerasan dan pendidikan yang lebih mengedepankan penghargaan diri anak. Dengan begitu anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan lebih baik dan optimal. Disiplin positif sebagai suatu pendekatan atau sebuah cara berpikir yang mengarah kepada hal yang baik dengan respon yang konstruktif. Disiplin positif juga sebuah cara berpikir yang akan mengarahkan pada tanggapan yang bermanfaat, anti kekerasan dan penuh penghargaan terhadap anak-anak.

 

Disiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan murid dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan murid daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement) untuk mempromosikan perilaku yang baik. Hal ini melibatkan memberikan murid pedoman yang jelas untuk perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh kembang mereka.

Tujuan akhir dari disiplin agar murid memahami perilaku mereka sendiri, mengambil insiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka dan menghargai diri mereka sendiri dan orang lain. Dalam penerapannya, disiplin poisitif juga memberikan pemahaman kepada siswa mengenai konsekuensi logis jika  sebuah aturan dilanggar.  Kesalahan adalah kesempatan baik bagi anak untuk belajar.

Upaya untuk membangun budaya positif di sekolah, guru harus bekerja sama dengan kepala sekolah serta orang tua. Melibatkan dan bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif. Kepala sekolah harus memastikan para guru dan staf mendapatkan dukungan dalam menerapkan disiplin positif di sekolah serta Mendukung dan mengawasi keterlibatan orangtua dalam menerapkan disiplin positif. Dan orang tua menciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman sehingga dapat menerapkan disiplin positif yang konsisten dan berpartisipasi dalam pertemuan sekolah dan memiliki hubungan baik dengan guru/sekolah untuk mendukung pendekatan disiplin positif.


Referensi : Modul PPGP tentang Budaya Positif 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


8 komentar: