Izatul Laela, S.Si
CGP Angkatan Ke-4
SMPN 2 Wonorejo
Kab. Pasuruan
Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman
Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):
- Bagaimana
pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki
pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang
pemimpin pembelajaran diambil?
Filosofi Pratap Triloka khususnya Ing Ngarso Sung Tuladha
yang artinya di depan memberikan contoh atau teladan memberikan pengaruh yang
besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Ki Hajar
Dewantara berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan teladan
atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan,
seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi
Pratap Triloka Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun motivasi, melakukan
usaha) dan pada akhirnya guru membantu murid untuk memaksimalkan potensi mereka
agar dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahan yang
dihadapi secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid
menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri
Handayani (di belakang memberikan dukungan).
- Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada
prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Sebagai guru hendaknya memiliki nilai-nilai positif yang
sudah tertanam dalam diri. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya
untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai yang akan
membimbing dan mendorong seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk
mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti
mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid.
Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada
dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang
secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs
benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral)
yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang
benar.
·
Keputusan tepat dan
benar yang diambil merupakan buah dari
nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh guru. Nilai-nilai
positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan meminimalisir resiko
yang akan terjadi. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan
keberpihakan pada peserta didik.
Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari implementasi
kompetensi sosial emosional, kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial
dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara
berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan
terjadi..
- Bagaimana
kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping
atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam
pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan
keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam
diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa
dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Menurut ICF (International Coach Federation), coaching adalah bentuk partnership yang terbangun antara coach dan coachee, untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee melalui proses kreatif guna menstimulasi dan
mengeksplorasi pikiran agar dapat memaksimalkan potensi personal serta profesional.. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat
mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan
masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila
dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian
keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Bimbingan yang telah dilakukan oleh pengajar praktik dan
fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya
ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan
dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil
tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.
TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat
merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan
coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan
potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah
satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak
saat ini.
Tujuan Umum (Tahap
awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati
tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang
dari coachee)
Identifikasi
(Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan,
dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
Rencana Aksi
(Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
TAnggungjawab
(Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)
TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah
akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan):
coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi
coaching ini,
Reality (Hal-hal
yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
Options (Pilihan):
coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi
yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
Will (Keinginan
untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan
menjalankannya.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari
aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Sebagai seorang
pendidik, kita harus mampu memetakan dan mengakomodir perbedaan minat dan gaya
belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan
pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Oleh
karenanya diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat
fokus memberikan pembelajaran, mengelola kelas dengan baik dan dapat mengambil
keputusan dengan tepat dan bijak. Bila hal ini sudah dilakukan maka profil
Pelajar Pancasila bukan lagi impian dan merdeka belajar di kelas maupun di
sekolah dapat terwujud
·
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada
masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang
pendidik.
Nilai-nilai yang dianut
oleh pendidik tentu berpihak dan mengutamakan kepentingan murid sehingga mampu
membuat solusi tepat dan benar dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik
yang mampu melihat permasalahan dan menganalisis serta mencari solusi dari
berbagai sudut pandang. Selain itu pendidik juga diharapkan mampu membedakan
apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Seorang pendidik ketika
dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik
secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya.
Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah
keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan
yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Begitu pula
sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral,
agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar
secara pribadi dan tidak sesuai harapan banyak pihak. Nilai-nilai yang dianut
oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan
berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan
keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir
kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak
khususnya murid.
·
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat,
tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman.
Pengambilan
keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hendaknya
ditelaah menggunakan 4 paradigma (individu lawan masyarakat; rasa keadilan
lawan rasa kasihan; kebenaran lawan kesetiaan; jangka pendek lawan jangka
panjang) , 3 prinsip (prinsip berpikir berbasis hail akhir; prinsip berbasis
peraturan; prinsip berbasis rasa peduli) dan 9 langkah-langkah dalam
pengambilan keputusan (Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling
bertentangan dalam situasi ini, Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi
ini , Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini ,
Pengujian benar salah, pengujian paradigm benar lawan benar, melakukan prinsip
rsolusi, investigasi opsi trilemma, buat keputusan, lihat lagi keputusan dan
refleksikan). Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan
keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan
sesuai dengan langkah- langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan
mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal
tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.
·
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di
lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan
terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan
paradigma di lingkungan Anda?
Semua perubahan perlu
waktu dan berproses. Kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan
budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah:
1) sistem
yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang
tepat dan tidak berpihak kepada murid.
2) Tidak
semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan bersama.
3) Keputusan
yang diambil terkadang tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak
kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.
·
Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan
keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid
kita?
Pengambilan keputusan
yang kita ambil sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang
memerdekakan murid. Hal ini sangat dipengaruhi oleh strategi, desain, model, metode
pembelajaran serta media dan sistem penilaian yang dilakukan apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan murid, profil belajar, kesiapan belajar, dan gaya belajar
murid. Jika hal ini dilakukan maka akan dapat memerdekakan murid dalam belajar
dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya.
Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam
hal strategi, desain, model, metode pembelajaran serta media dan sistem penilaian
yang dilakukan maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka
dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
·
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Bila guru sebagai
pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang tepat, yaitu memerdekakan
dan berpihak pada murid, maka profil Pelajar Pancasilayang dicanangkan oleh pemerintah
dapat terwujud. Dapat juga dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi
oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang
menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh
menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil
keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang diambil
oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan
dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan
dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan
bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid.
Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat
akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil
belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran
berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan
diferensiasi produk.
·
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik
dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul
sebelumnya?
Kesimplan yang didapat
dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah
:
Pengambilan keputusan
adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus
berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin
pembelajaran.
Pengambilan keputusan
harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being).
Keputusan yang berpihak
kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan
terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan
belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu
melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
Dalam pengambilan
keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness)
untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
Dalam perjalanannya
menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral
sehingga diperlukan telaah menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan panduan
sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan
memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi
terwujudnya merdeka belajar.
Referensi : Modul PPGP tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Sangat Lengkap Bu izza
BalasHapusTerima kasih Bu Nita
HapusWah ini guru kompeten , menghamba pada siswa siswanya demi tercapainya tujuan pembelajaran.
BalasHapusTerima kasih..Aamiin
HapusMaju dalam berprestasi💪💪💪
BalasHapusJangan lupa cari pendamping
Terima kasih...siap
HapusKeren bu Izza👍👍👍
BalasHapus