COACHING : GALI POTENSI TEMUKAN SOLUSI
Izatul Laela, S.Si
Pendidik di SMPN 2 Wonorejo
“Coach”
berasal dari bahasa Hongaria “kocsi” yang artinya
kendaraan pengangkut. Maka di banyak negara Eropa, kendaraan pengangkut entah
kereta api atau bus disebut sebagai “coach”. Fungsi kendaraan
pengangkut adalah memindahkan seseorang atau sekelompok orang dari satu titik
ke titik yang lain.
Menurut
ICF (International
Coach Federation), coaching adalah
bentuk partnership yang
terbangun antara coach dan coachee,
untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee melalui proses
kreatif guna menstimulasi dan mengeksplorasi pikiran agar dapat memaksimalkan
potensi personal serta profesional.
Merujuk pada
istilah partnership tersebut,
maka ada unsur kesetaraan antara coach dengan coachee.
Coach dan coachee berada
dalam posisi duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Dalam konteks partnership itu
pula, proses yang terjadi di dalam coaching adalah proses
dialog, komunikasi dua arah, dan saling memahami satu sama lain dalam suasana
yang produktif. Coach membantu coachee supaya coachee lebih
memahami dirinya sendiri, baik memahami hal-hal yang diinginkan maupun
kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
Dalam
dunia pendidikan, coaching sangat efektif membantu menyelesaikan permaslahan
yang dialami oleh murid maupun sesama guru.
Prinsip Coaching
Harus ada
kolaborasi antara coach (guru) dan coachee (murid), coach membuat pertanyaan
yang menggali coachee untuk menemukenali permasalahan dan menyadarkan tanpa
mengajari. Kesadaran muncul dari diri coachee sendiri
Coach sebagai
fasilitator dengan menjadi pendengar yang cerdas serta penyimak untuk menerima
pesan dari coachee. Sangat penting bagi seorang coach menangkap kata-kata kunci
saat mendengarkan dan menyimak curahan coachee. Pesan-pesan kunci dijadikan
bahan untuk mengajukan pertanyaan selanjutnya yang menyadarkan diri coachee
untuk mengadakan perubahan secara berkesadaran.
Pengalaman ketika melakukan coaching kepada murid kelas
IX. Sebut saja namanya Fulanah. Saya mendapatkan laporan dari beberapa guru
bahwa Fulanah akhir-akhir ini sering melamun, terlihat bengong saat
pembelajaran di kelas. Tidak seperti hari-hari biasanya. Setelah melakkan
pendekatan, akhirnya Fulanah bersedia diajak untuk melakukan coaching.
Sebagai coach saya menggunakan model TIRTA. Model TIRTA dikembangkan
dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki
keterampilan coaching.
Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu
untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA,
guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui
pendekatan coaching di
komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir
Dari segi
bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan
murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir
potensinya. Sebagai guru kita memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap
mengalir, tanpa sumbatan. Tugasnya adalah menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa
mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat
perkembangan potensi dalam dirinya.
TIRTA dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Tujuan Umum (Tahap awal
dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati
tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)
Dalam tujuan umum,
beberapa hal yang dapat coach rancang
(dalam pikiran coach)
dan yang dapat ditanyakan kepada coachee adalah:
a. Apa rencana pertemuan ini?
b. Apa tujuannya?
c. Apa tujuan dari pertemuan ini?
d. Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
e. Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?
Seorang coach menanyakan
kepada coachee tentang
sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee.
Identifikasi (Coach melakukan
penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan
dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
Beberapa hal yang dapat
ditanyakan dalam tahap identifikasi ini
adalah:
a. Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang?
b. Dari skala 1 hingga 10, dimana kamu sekarang dalam pencapaian tujuan kamu?
c. Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan
d. Peluang/kemungkinan apa yang bisa kamu ambil?
e. Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan?
f. Apa solusinya?
Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif
solusi untuk rencana yang akan dibuat)
a.Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan?
b.Adakah prioritas?
c.Apa strategi untuk itu?
d.Bagaimana jangka waktunya?
e.Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu?
f. Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?
TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang
dicapai dan untuk langkah selanjutnya)
a.Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi?
b. Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen?
c. Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?
Dengan
menjalankan metode TIRTA ini, harapannya seorang guru dapat semakin mudah dapat
menjalankan perannya sebagai coach.
Berikut ini hasil coaching terhadap Fulanah :
Tujuan Fulanah dengan proses coaching ini adalah untuk sharing
dan mendapatkan solusi atas permasalahan yang dihadapinya.
Identifikasi Masalah : Setelah lulus SMP, Fulanah ingin
melanjutkan ke pondok yang lokasinya agak jauh dari rumah tetapi tidak
diijinkan orangtuanya yang memintanya untuk mondok di dekat tempat tinggal
mereka dengan alasan biaya. Sementara di sisi lain Fulanah melihat orangtuanya
sedang membangunkan rumah untuk kakaknya yang sebenarnya sudah bukan tanggung
jawab orangtuanya.
Rencana Aksi : Fulanah akan berbicara baik-baik dengan
orangtuanya terkait pondok yang dekat rumah karena pernah punya masa lalu yang
membuatnya trauma akibat dibully. Selanjutnya Fulanah juga akan mencari
informasi pondok yang lain dengan kualitas yang bagus tapi biaya terjangkau.
Rencana berikutnya yaitu akan berbicara dari hati ke hati kepada kakaknya agar
mau membantu menjembatani permasalahannya.
Tanggung jawab : Fulanah akan berkomitmen terhadap tugasnya
sebagai anak dan berusaha menurut pada orangtua jika memang itu yang terbaik.
Dia juga berkomitmen untuk minta tolong teman dekatnya, Aminah sebagai
pengingat untuk selalu berada dalam kebaikan karena Aminah adalah teman
dekatnya yang baik dan disiplin.
Analogi Dalam
Coaching
Analogi yang paling sederhana dalam hal ini adalah dunia
olahraga. Kita ambil saja di dunia sepak bola. Barcelona, Manchester United
atau Real Madrid, atau klub sepak bola besar yang berisikan pemain-pemain hebat
sekalipun, tetap menjalani proses coaching.
Mereka melakukan coaching tidak hanya di
saat sedang menjalani kompetisi dengan persaingan ketat, melainkan juga dalam
keseharian mereka. Coaching menjadi bagian tak terpisahkan dalam
aktivitas mereka. Pemain sekelas Lionel Messi atau Christiano Ronaldo sekalipun
masih membutuhkan seorang coach dalam aktivitasnya.
Di sisi lain, di perusahaan masih banyak orang yang
berpandangan yang perlu di-coaching adalah orang-orang yang
‘bermasalah’, entah karena produktivitasnya rendah, sikapnya buruk, atau hal
lainnya. Padahal idealnya, coaching justru dijalankan untuk
setiap karyawan, secara rutin dan berkesinambungan. Coaching bukan
untuk orang-orang bermasalah saja tetapi justru untuk orang-orang yang ingin
memperbaiki kinerjanya lebih baik lagi.
Coaching membantu murid dan individu untuk berpikir dalam tingkatan yang
lebih dalam dan lebih tinggi. Jika dikaitkan dengan proses pendidikan
secara umum, budaya coaching dalam institusi pendidikan akan membantu
mengubah pola pikir guru, dari “menyuapi informasi” menjadi
“memberdayakan” murid untuk menjadi individu pembelajar mandiri.
Sumber:
Effective Coaching Skills for Leaders
Modul 2.3 PPGP : Coaching
Menarik 👍
BalasHapusSaya sempat bingung antara coaching dan konseling, saat praktii awal malah lebih ke konseling. Tulisan yg bagus Bu... Jadi lebih paham tentang coaching 👍👍
BalasHapusTerima kasih Pak Wahyu
HapusKeren Bu
BalasHapusPraktik baik sekecil apapun akan bermanfaat bagi sesama
Siap...terima kasih Pak Anwar
HapusHidup cgp4 Pasuruan...lanjutkan bu Iza🤗
BalasHapusSiap bu El..terima kasih
Hapus