SAATNYA BANGKIT
Izatul Laela, S.Si
Pendidik di SMPN 2 Wonorejo
Hari ini tanggal 20 Mei 2022 merupakan moment hari Kebangkitan Nasional.114 tahun yang lalu Organisasi Budi Utomo didirikan oleh dr. Sutomo dan para pelajar STOVIA. Diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei di setiap tahunnya, sebenarnya merupakan hari lahirnya organisasi Boedi Utomo. Pada 20 Mei 1948, ketika Republik Indonesia sedang mengalami suasana yang memprihatinkan, hari berdirinya Budi Utomo dirayakan sebagai ”Hari Kebangkitan Nasional”.
Dikutip dari disdik.grobogan.go.id, secara garis besar, faktor pendorong
kebangkitan nasional terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal.
Faktor internal yakni (1) penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan;
(2) kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan
Sriwijaya atau Majapahit; dan (3) munculnya kaum intelektual yang
menjadi pemimpin gerakan.
Sedangkan faktor eksternalnya yakni (1) timbulnya paham-paham baru di
Eropa dan Amerika seperti nasionalisme, liberalisme,
dan sosialisme; (2) munculnya gerakan kebangkitan nasional di Asia
seperti Turki Muda, Kongres Nasional India, dan Gandhisme; dan
(3) kemenangan Jepang atas Rusia pada perang Jepang-Rusia yang
menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara barat.
Relevansi Kebangkitan Nasional Dengan Dunia Pendidikan
Bila menelisik sejarah dapat dilihat bahwa para penggerak, penggagas,
dan pendiri berbagai organisasi-organisasi kemerdekaan untuk membangkitkan
nasionalisme adalah mereka-mereka yang berpendidikan. Betapa pentingnya
peranan pendidikan dalam mencetak personal-personal yang mengabdikan
dirinya berjuang untuk masa depan bangsa seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
Ki Hajar Dewantara, KH Wahid Hasyim, H. Ahmad Dahlan, Muhammad Yamin, dan Dr.
Soetomo menjadi contohnya.
Salah satu masalah bangsa yang dihadapi saat ini adalah terbatasnya
pelaksanaan pendidikan formal akibat pandemi. Meski sekarang kehidupan sudah
mulai beranjak normal namun proses pembelajaran masih bersifat terbatas.
Mayoritas lembaga pendidikan umum memberlakukan murid yang masuk secara
bergantian atau pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Tantangan guru menjadi
lebih besar dikarenakan harus dituntut tetap mampu menghadirkan generasi muda penerus
bangsa yang berkarakter dan berwawasan global demi kelangsungan negara di masa
depan
Melalui momen Kebangkitan Nasional 2022 inilah
semua stakeholders yang terlibat di bidang pendidikan diingatkan
kembali untuk terus memlihara, dan menguatkan semangat gotong royong sebagai
landasan dalam pelaksanaan pembangunan dunia pendidikan Indonesia agar optimis
dan progresif dalam kondisi apapun.
Pendidikan dan kebangkitan memiliki peran
strategis yang saling terkait Pendidikan yang berkualitas dapat melahirkan generasi
cerdas dan berjiwa pemimpin akan menghantarkan kebangkitan kita sebagai sebuah
bangsa yang besar. Sebagaimana cita-cita luhur para pendiri bangsa yang
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembahasan tentang korelasi antara
kebangkitan dengan pendidikan sangat selaras dengan apa yang menjadi program
dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Merdeka Belajar. Program tersebut meliputi Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.
Mulai tahun2020 arah kebijakan baru
penyelenggaraan USBN akan diterapkan dengan ujian yang diselenggarakan hanya
oleh sekolah. Ujian tersebut dilakukan untuk menilai kompetensi siswa yang dapat
dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lainnya yang lebih
komprehensif, seperti portofolio dan penugasan (tugas kelompok, karya tulis,
dan sebagainya). Hal itu dimaksudkan agar guru dan sekolah lebih merdeka dalam
penilaian hasil belajar siswa. Anggaran USBN sendiri dapat dialihkan untuk
mengembangkan kapasitas guru dan sekolah, guna meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Adapun mengenai ujian UN, tahun 2020 merupakan pelaksanaan UN
untuk terakhir kalinya. Penyelenggaraan UN tahun 2021 diubah menjadi Asesmen
Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar
menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika
(numerasi), dan penguatan pendidikan karakter. Pelaksanaan ujian tersebut akan
dilakukan oleh siswa yang berada di tengah jenjang sekolah (misalnya kelas 4,
8, 11), sehingga dapat mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu
pembelajaran. Hasil ujian ini tidak digunakan untuk basis seleksi siswa ke
jenjang selanjutnya. “Arah kebijakan ini juga mengacu pada praktik baik pada
level internasional seperti PISA (Programme for International Student Assesment)
dan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study).
Untuk penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Kemendikbud menyederhanakannya dengan memangkas beberapa
komponen. Dalam kebijakan baru tersebut, guru secara bebas dapat memilih,
membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP. Tiga komponen inti RPP
terdiri dari tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen. Penulisan
RPP dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga guru memiliki lebih banyak
waktu untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.
Satu halaman saja cukup.
Dalam penerimaan peserta didik baru
(PPDB), Kemendikbud tetap menggunakan sistem zonasi dengan kebijakan yang lebih
fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai
daerah. Komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50 persen,
jalur afirmasi minimal 15 persen, dan jalur perpindahan maksimal 5 persen.
Sedangkan untuk jalur prestasi atau sisa 0-30 persen lainnya disesuaikan dengan
kondisi daerah.Daerah berwenang menentukan proporsi final dan menetapkan
wilayah zonasi,
Saatnya pendidikan di Indonesia bangkit. Kita
semua berharap pemerintah daerah dan pusat dapat
bergerak bersama dalam memeratakan akses dan kualitas pendidikan. Pemerataan
akses dan kualitas pendidikan perlu diiringi dengan inisiatif lainnya oleh
pemerintah daerah, seperti redistribusi guru ke sekolah yang kekurangan guru
Kebangkitan pastinya akan mengantarkan
kita pada pendidikan yang gemilang. Mengutip pendapat ulama, bahwa makna
kebangkitan atau bangkitnya seseorang atau suatu bangsa tergantung pada
pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya
dengan sesuatu yang ada sebelum alam kehidupan, dan sesudah kehidupan dunia.
Agar manusia suatu bangsa mampu bangkit harus ada perubahan mendasar dan
menyeluruh terhadap pemikiran manusia suatu bangsa saat ini, sebab pemikiranlah
yang membentuk dan memperkuat persepsi terhadap segala sesuatu.
Menjadi tugas kita sebagai guru untuk memberikan
pendidikan yang berkualitas agar terwujud profil pelajar
Pancasila sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Tahun 2020-2024. Profil pelajar Pancasila memiliki enam
ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia,
berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif,
seperti dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi.
Semoga peringatan
Kebangkitan Nasional yang ke 114 ini menjadi momentum bangkitnya pendidikan di
Indonesia kea rah yang lebih baik.
Referensi::
https://smanegeri1-demak.sch.id
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/40523/hari-pendidikan-dan-kebangkitan-punya-makna-besar.html
Keren, sangat bermanfaat.
BalasHapusTerima kasih Pak
HapusKeren bu Iza
BalasHapusTerima kasih bu El
HapusSangat bermanfaat dan menginspirasi..
BalasHapusLanjutkan untuk berbagi praktik baik Bu Izza..
Siap..terima kasih Pak Anwar
HapusUN dihapus akhirnya gk begitu ribet kerjaan kita hehe
BalasHapusBetul bu
HapusMantap 👍
BalasHapusJoos mbak Izza....
BalasHapus