Minggu, 07 Agustus 2022

MENGIKAT GAGASAN DENGAN TULISAN

 

MENGIKAT GAGASAN DENGAN TULISAN

Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 1 menyatakan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada Pendidikan anak usia dini jalur Pendidikan formal, Pendidikan dasar dan menengah. Menjadi guru dituntut untuk profesioanl. Salah satu kecakapan yang dapat menunjang profesionalisme guru adalah menulis. Menulis bagi guru bukan lagi sebatas kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan mendesak. Berdasarkan data Depdiknas tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah guru yang terhambat kenaikan pangkatnya dari golongan IVa ke golongan IVb sebanyak 334.184 orang. Sementara terdapat 347.565 guru yang berstatus golongan ruang IIId sedang antri naik golongan ruang IVa, justru jumlah guru yang bergolongan ruang IVb hanya 2.318 orang atau di bawah satu persen.

Guru sebagai pendidik dan merupakan salah satu nara sumber bagi peserta didik, pada dasarnya mempunyai energi dan potensi yang strategis untuk menulis. Betapa tidak, dengan bekal ilmu dan pengalaman, dapat membuahlan sumber inspirasi bagi perbaikan strategi, metode atau model pembelajaran yang efektif. Bukan sesuatu yang mustahil bahwa apa yang disampaikan dan dideskripsikan guru melalui tulisannya akan memberikan kontribusi bagi banyak kalangan. Suka duka menjadi seorang guru, plus minus sebagai pendidik, serba serbi kehidupan guru alangkah eloknya jika ditulis oleh guru itu sendiri.

Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis. Hasil dari kreatif menulis ini biasa disebut dengan istilah tulisan atau karangan. Kedua istilah tersebut mengacu pada hasil yang sama meskipun ada pendapat yang mengatakan kedua istilah tersebut memiliki pengertian berbeda. Istilah menulis sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara, istilah mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis non ilmiah.

Ada banyak manfaat yang diperoleh dengan menulis antara lain

1.      Sebagai sarana untuk menemukan sesuatu, dalam artian dapat mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita.

  1. Dapat memunculkan ide baru.
  2. Dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita milki.
  3. Dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang.
  4. Dapat membantu diri kita untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus.

Bagi seorang guru, manfaat menulis antara lain sebagai berikut :

1. Menjadi bagian dari pengembangan keprofesian berkelanjutan, (PKB) untuk pengusulan kenaikan pangkat bagi jabatan guru.

2. Hasil karya tulis bagi profesi guru dapat diikutsertakan pada lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau lomba yang diperuntukkan bagi guru.

3. Tulisan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dijadikan sebagai dasar untuk  memperbaiki metode, strategi dan model pembelajaran.

4. Menulis merupakan media untuk menemukan dan memberikan solusi dalam memecahkan masalah pendidikan.

5. Menulis bermanfaat untuk pengembangan materi atau bahan ajar dalam mata pelajaran yang diampunya.

6. Sebagai sarana investasi bagi dirinya untuk kepentingan akhirat.

7. Menulis akan mengikat gagasan/ide yang dimiliki oleh penulis itu sendiri.

8. Menulis juga dapat menambah pundi-pundi penghasilan. Banyak penulis yang kemudian menjadi unjuk kemampuan untuk menulis ide,pikiran dan gagasannya dalam bentuk tulisan yang menarik.

9. Menulis akan mengantarkan penulisnya menjadi orang yang terkenal. Karya novel “Ayat-Ayat Cinta” oleh Habiburrahman El Shirazy atau Joanne Kathleen Rowling penulis novel best seller, Harry Potter, membawanya dikenal publik.

Bila kita mempunyai ide/gagasan kemudian disampaikan secara lisan tentu hanya yang mendengar saja yang tahu tentang ide/gagasan itu. Namun jika ide/gagasan itu dituangkan dalam bentuk tulisan tentu yang memahami akan lebih banyak karena tidak terikat waktu dan tempat. Betapa dahsyat dampak dari tulisan sampai Napoleon mengatakan :” Saya Napoleon tidak takut dan mampu melawan ribuan musuh, namun saya takut dan gamang jika berhadapan dengan penulis (wartawan).

Jadi, tunggu apalagi. Bapa/Ibu Guru. Mari kita ubah dunia Pendidikan kea rah yang lebih baik melalui kegiatan menulis.

 

Referensi :

UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005

https://www.kumpulanpengertian.com/2016/02/pengertian-manfaat-dan-tujuan-menulis.html

https://www.kompasiana.com/mahyuddinraoda/552849b8f17e614e378b45ba/menumbuhkan-budaya-menulis-bagi-guru

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 06 Agustus 2022

MENGAPA KURIKULUM PERLU DIUBAH?

 

MENGAPA KURIKULUM PERLU DIUBAH?

Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

Dalam dunia Pendidikan, kurikulum menjadi hal yang sangat penting. Tanpa adanya Kurikulum yang tepat, para peserta didik tak akan memperoleh target pembelajaran yang sesuai. Seiring berkembangnya zaman Kurikulum dalam dunia pendidikan pun terus mengalami perubahan. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di eranya masing-masing.

Kurikulum berisi sekumpulan rencana, tujuan, dan materi pembelajaran. Termasuk cara mengajar yang akan menjadi pedoman bagi setiap pengajar supaya bisa mencapai target dan tujuan pembelajaran dengan baik. Jika dilihat secara etimologis, Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu “curir” yang berarti pelari, serta “curere” yang berarti tempat berpacu. Dulu, istilah ini dipakai dalam dunia olahraga.

Dilansir dari https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kurikulum-dan-fungsinya/Pengertian kurikulum menurut para ahli:

1. Prof. Dr. S. Nasution

Prof. Dr. S. Nasution dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pengajaran menyatakan, kurikulum adalah serangkaian penyusunan rencana untuk melancarkan proses belajar mengajar. Adapun rencana yang disusun tersebut berada di bawah tanggung jawab lembaga pendidikan dan parah pengajar di sana.

2. Dr. Nana Sudjana

Dalam buku yang berjudul Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah karya Dr. Nana Sudjana disebutkan, pengertian kurikulum adalah kumpulan niat dan harapan yang tertuang dalam bentuk program pendidikan yang kemudian dilaksanakan dan diterapkan oleh guru di sekolah bersangkutan.

3. Harold B. Alberty

Harold menyatakan bahwa kurikulum merupakan semua kegiatan yang diberikan kepada peserta didik atas tanggung jawab sekolah. Kurikulum ini tak hanya terbatas pada segala hal di dalam kelas saja, melainkan juga semua kegiatan di luar sekolah.

4. Saylor, Alexander, dan Lewis

Menurut ketiga tokoh tersebut, kurikulum merupakan semua upaya yang diadakan dan dilakukan oleh pihak sekolah untuk menstimulus peserta didik belajar, baik belajar di dalam kelas, di halaman sekolah, maupun ketika berada di luar sekolah.

Dalam UU tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 1 butir 19 disebutkan, kurikulum merupakan seperangkat pengaturan dan rencana mengenai tujuan, isi, dan materi pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan.

Saat ini berbagai isu baru diantaranya perubahan iklim global, teknologi digital, industry multinasional, transformasi budaya menuntut satuan Pendidikan menyiapkan kurikulum untuk membantu murid menghadapi dunia yang penuh dengan tantangan.

Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan zamannya. Kurikulum bersifat dinamis dan terus dikembangkan atau diadaptasi sesuai konteks dan karakteristik murid demi membangun kompetensi sesuai kebutuhan mereka kini dan di masa depan.

Jika kita menengok kembali perjalanan sekolah dulu, murid mencari referensi buku di perpustakaan untuk mengerjakan tugasnya. Atau murid mengumpulkan tugas menggunakan disket. Sekarang, murid bisa mendapatkan referensi lebih banyak bukan hanya dari perpustakaan, mereka bisa mencari di internet, termasuk referensi perpustakaan terbaik di dunia.

Pilihan cita-cita murid jaman dulu dengan sekarang pun banyak mengalami perubahan. Kalau dulu murid bercita-cita menjadi dokter, polisi, tantara atau guru. Tapi sekarang cita-cita itu mengalami banyak perubahan, lebih beragam bahkan mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Mereka kini ingin menjadi illustrator, animator,  menemukan software computer, pengembang aplikasi games atau bahkan gamer atau youtuber. Perubahan-perubahan tersebut hanyalah contoh yang membuat kita sadar bahwa dunia ini memang terus berubah.

Jika kita mengingat kembali kata-kata Ki Hajar Dewantara pada modul Merdeka Belajar yaitu: “ Maksud Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.” Maka demi menuntun kodrat murid-murid kita, pembelajaran, termasuk kurikulum yang kita selenggarakan harus menyesuaiakn dengan kebutuhan mereka. Sebagai guru kita harus terus belajar untuk mengikuti dan memahami tren kehidupan murid kita yang termasuk generasi Z dan alpha.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mereka tidak bisa dipisahkan dari media social. Keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh guru untuk tujuan pembelajaran. Misalnya dengan meminta murid untuk mengumpulkan tugas menggunakan aplikasi digital. Ada pepatah mengatakan “It takes a villageto raise a child” : Butuh seluruh desa untuk membesarkan seorang anak. Pepatah ini menyiratkan perlunya peran orangtua, masyarakat dan sekolah dalam mewujudkan kurikulum yang berpihak pada murid. Inilah yang disebut sebagai Tiga Pilar Pendidikan.

Oleh karenanya Ketika kita merancang kurikulum harus menempatkan kebutuhan, pendapat, pengalaman, hasil belajar serta kepentingan murid sebagai rujukan utama. Sejatinya kurikulum dirancang untuk murid agar dapat mewujudkan seluruh kompetensi yang diharapkan dari kurikulum. Semua pihak harus berkolaborasi maksimal. Misalnya guru terus memfasilitasi pembelajaran yang sesuai. Orangtua terus memahami perkembangan dan kebutuhan anaknya. Begitu juga dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat serta semua yang bergerak di bidang Pendidikan harus terus mengikuti perkembangan kebutuhan murid.

Mari kita tetap bersemangat menghadapi dan menjadi bagian dari perubahan ke arah yang lebih baik.

 

Referensi :

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kurikulum-dan-fungsinya/

Modul Merdeka Belajar PMM

 

Jumat, 05 Agustus 2022

MENDIDIK DAN MELATIH KECERDASAN BUDI PEKERTI

 

MENDIDIK DAN MELATIH KECERDASAN BUDI PEKERTI

Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

Budi pekerti berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara

Tujuannya agar dapat memahami gagasan Ki Hajar Dewantara mengenai tujuan dan azas Pendidikan nasional untuk melatih dan mendidik budi pekerti murid.

Merdeka Belajar

Suatu hari Ibu Handa mendaftarkan Wuri dan dua orang temannya untuk mengikuti lomba cerdas cermat berkelompok tingkat SMP. Wuri merasa paling pandai diantara teman dalam kelompoknya. Pada saat lomba berlangsung Wuri berusaha menjawab dengan cepat pertanyaan yang diajukan oleh dewan juri tanpa mendiskusikan dengan teman dalam kelompoknya. Bahkan teman satu timnya merasa diabaikan. Akibatnya banyak jawaban yang salah sehingga membuat timnya tidak dapat masuk pada babak berikutnya. Selesai lomba Ibu Handa mendekati muridnya dan bertanya mengapa mereka menjawab soal dengan cepat sekali dan tanpa diskusi terlebih dahulu padahal panitia memberikan waktu untuk berdiskusi. Wuri lalu menjawab dengan menyalahkan teman satu timnya jika mereka tidak mengerti pertanyaannya apalagi jawabannya. Ia pun mengatakan jika dirinya saja tidak dapat menjawabnya apalagi teman satu timnya sehingga merasa tidak perlu diskusi. Melihat lomba tersebut Ibu handa tersadar bahwa selama ini ia terlalu focus melatih penguasaan materi lomba dan lalai mengajarkan perilaku rendah hati dan bekerjasama.

Dari cerita tersebut, apakah kita sebagai guru cukup memberikan Pendidikan kognitif saja? Sementara murid membutuhkan tuntunan yang dapat menumbuhkan budi pekerti dalam kehidupannya.

Budi pekerti atau watak merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan, sehingga menimbulkan suatu tenaga. Budi pekerti juga dapat dimaknai sebagai perpaduan antara cipta (kognitif) dan rasa (afektif) sehingga menimbulkan karsa (psikomotorik). Misalnya seseorang yang memiliki budi pekerti jujur maka kecil kemungkinan dia akan melakukan kebohongan atau mengambil sesuatu yang bukan miliknya atau bahkan ia akan merasa terganggu jika melihat ketidakjujuran terjadi di sekitarnya.

Kita dapat melihat perpaduan antara

1.      pengetahuan atau wawasan tentang kejujuran (kognitif)

2.      perasaan yang mengikutinya yaitu gelisah atau merasa tidak nyaman melihat ketidakjujuran (afektif)

3.      berperilaku jujur (psikomotorik)

Hal ini selaras denga napa yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Budi pekerti adalah kemampuan kodrat manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan menentukan karakter seseorang.

Bagian biologis adalah bagian yang berhubungan dengan rasa seperti rasa takut, cemas, gelisah, putus asa, tidak percaya diri, senang, Bahagia, kecewa, sedih, dan sebagainya.

Di samping itu terdapat juga intelligible yaitu bagian yang berhubungan dengan kemampuan kognitif atau berpikir menyerap pengetahuan. Kedua bagian waatak atau budi pekerti inilah yang dijadikan dasar penjelasan Ki Hajar Dewantara mengenai kertas yang bertuliskan tulisan “samar” dalam pendekatan teori konvergensi. Lalu bagaimana watak atau budi pekerti terbentuk?

Ki Hajar Dewantara juga menjelaskan bahwa keluarga merupakan tempat utama dan paling baik untuk pembentukan watak atau budi pekerti anak atau murid. Keluarga menjadi tempat murid atau anak dalam proses “menyempurna” atau menjadi sempurna sebagai laboratorium awal dan utama melatih kecerdasan budi pekerti anak agar siap menjalani kehidupan dalam masyarakat.

Kita sebagai pendidik di sekolah ikut serta membantu menemukan kecerdasan budi pekerti dengan tuntunan dan teladan yang sesuai dengan kebutuhan murid. Seseorang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan, merasakan, mempertimbangkan setiap perilaku yang ditampilkannya.

Tepat sekali apa yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa watak atau budi pekerti merupakan kodrat setiap manusia sehingga sebagai pendidik perlu memahami kodrat itu dan dapat mendampingi tumbuhnya kecakapan budi pekerti murid dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dialaminya.

Pendidkan sangat erat kaitannya dengan intelligible dari budi pekerti karena berhubungan dengan kecerdasan pikiran atau berpikir murid yang dapat berubah dari waktu ke waktu serta keadaan tertentu. Murid dapat menumbuhkan kecakapan berpikir atau pikiran dengan baik karena pengaruh keadaan. Salah satu yang mempengaruhinya mungkin kita sebagai pendidik yang senantiasa menuntun tumbuhnya kecerdasan pikiran murid. Bukankah ketika kita masih anak-anak saat berusia 3-4 tahun kita sedikit demi sedikit berproses memahami sesuatu menggunakan panca indera misalnya Ketika orangtua atau guru membacakan cerita atau menunjukkan sesuatu kita menggunakan indera penglihatan, pendengaran untuk berusaha memahaminya. Kemudian kita mencoba untuk mengekspresikan apa yang kita pahami dengan meniru. Mengulangi kata atau kalimat yang orangtua atau guru ucapkan sampai kemudian kita dapat mengenal huruf dan tulisannya. Lalu mengembangkannya hingga menjadi keeterampilan membaca, menulis dan berhitung bahkan memahami isi bacaan. Kemudian mampu menceritakan kembali isi bacaan hingga memproduksi bacaan tersebut.

Sebagai pendidik tentu kita menemukan berbagai macam watak murid setiap harinya di kelas. Menemani proses belajarnya, mendampingi tumbuhnya kecerdasan berpikirnya, dan membantu murid menemukan budi pekerti atau watak baiknya serta membantu murid mengendalikan dan memperbaiki watak atau budi pekerti yang kurang baik. Misalnya di kelas kita menemukan murid yang belum bisa membaca, menulis dan berhitung. Apakah kita dapat membantu murid untuk membaca, menulis dan berhitung? Dengan tuntunan dan dampingan yang tepat membuat murid mampu memahami dan memaknai pentingnya membaca, menulis dan berhitung bagi dirinya.

Contoh lain Ketika kita menemukan murid yang sangat pemalu untuk mengungkapkan pendapatnya, apakah kta dapat membantunya memunculkan kesadaran pentingnya menjadi lebih berani untuk mengemukakan pendapatnya di kelas? Kita dapat membantunya untuk menggali potensi kecerdasan budi pekerti di dalam dirinya. Caranya yaitu

1.      Dengan melatih keberanian berpendapat (akal)

2.      Mengasah perasaan dan perilaku (rasa)

3.      Memunculkan kehendak (karsa)

Untuk selanjutnya mempertimbangkan perilaku berani mengungkapkan pendapatnya.

Pendidik harus mampu memahami kodrat murid sebagai individu yang sadar mampu memikirkan, memahami, merasakan, berempati, berkehendak dan bertindak semestinya dapat kita tanamkan dalam benak kita sebagai pendidik. Tujuannya adalah agar murid mampu berefleksi, mendapatkan pemahaman bermakna untuk mengenal dirinya. Maka murid dapat menjadi manusia atau individu yang merdeka , berakal budi yang menentukan keberadaan dan jati dirinya.

Mari kita refleksi Bersama

“ Apakah kita sebagai pendidik telah memperhatikan tumbuhnya kecerdasan budi pekerti atau watak murid dalam proses belajarnya?”

“ Apa yang bis akita lakukan sebagai pendidik untuk membantu murid menemukan budi pekerti atau wataknya agar menjadi manusia yang merdeka?

 

Referensi : Irayati, Monica, 2022, Budi Pekerti, PMM, www.kemdikbud.go.id