Sabtu, 14 Januari 2023

KETIKA HARUS MEMILIH



 KETIKA HARUS MEMILIH

Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

Sekolah adalah 'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter para warganya. Seorang pemimpin di sekolah tersebut akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. 

Dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti.  Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi. 

Berikut ini ada beberapa contoh nilai-nilai kebajikan universal yang telah disepakati beberapa institusi:

1. IBO Primary Years Program (PYP)

Sikap Murid:

Toleransi, Rasa Hormat, Integritas, Mandiri, Menghargai, Antusias, Empati, Keingintahuan, Kreativitas, Kerja sama, Percaya Diri, Komitmen.

2. Sembilan Pilar Karakter Indonesian Heritage Foundation (IHF):

Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA, Kemandirian dan Tanggung jawab, Kejujuran (Amanah), Diplomati, Hormat dan Santun, Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong, Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras, Kepemimpinan dan Keadilan, Baik dan Rendah Hati, Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan.

3. Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (LIfelong Guidelines and Life Skills)

Keterampilan Hidup

Dapat dipercaya, Lurus Hati, Pendengar yang Aktif, Tidak Merendahkan Orang Lain, Memberikan yang Terbaik dari Diri

Petunjuk Hidup

Peduli, Penalaran, Bekerja sama, Keberanian, Keingintahuan, Usaha, Keluwesan/Fleksibilitas, Berorganisasi, Kesabaran, Keteguhan hati, Kehormatan, Memiliki Rasa humor, Berinisiatif, Integritas, Pemecahan Masalah, Sumber pengetahuan, Tanggung jawab, Persahabatan.

4. The Seven Essential Virtues (dari Building Moral Intelligence, Michele Borba):

Empati, Suara Hati, Kontrol Diri, Rasa Hormat, Kebaikan, Toleransi, Keadilan

Sebuah kutipan dalam buku Etika Pendidikan menyatakan bahwa etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral merupakan dua dimensi manusia yang saling berkaitan.

Dari kutipan tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia.  Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. 

Mari kita simak pernyataan berikut ini: 

1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak.

2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda.

3. Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda. 

Selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran kita memiliki kecenderungan pada ketiga prinsip di atas.

Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. 

Masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Dilema Etika (Benar Vs Benar)

Merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tatapi bertentangan.

Berikut adalah contoh dilema etika:

Rayhan adalah seorang murid kelas 12 yang sangat berbakat dalam bidang seni. Dia juga sopan dan baik hati. Dia selalu membuat orang terkesan dengan karya-karya seni yang dibuatnya. Namun dia tidak menyukai pelajaran Matematika. Nilai-nilainya untuk pelajaran Matematika selalu dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Sebelum mengikuti Ujian Akhir SMA dan pengumuman kelulusan SMA, Rayhan sudah diterima di universitas pilihannya di jurusan Seni. Pada hari Ujian Sekolah pelajaran Matematika, Jika saya adalah guru pengawas ujiannya. Saya memergoki Rayhan menyontek pada saat ujian sekolah Matematika. Setelah ujian selesai, Saya memanggilnya ke ruangan. Rayhan mengaku kalau ia menyontek, tapi ia memohon kepada saya agar tidak melaporkannya pada kepala sekolah. Ia melakukannya hanya untuk lulus SMA agar bisa kuliah di universitas impiannya. Apa yang harus saya lakukan? Apakah saya akan tetap melaporkan kepada kepala sekolah atau menyimpan rahasia ini rapat-rapat?

Dan berikut adalah jawaban saya :

Situasi yang lebih menantang/sulit bagi saya untuk mengambil keputusan adalah situasi ketika saya menjadi pengawas Rayhan. Situasi ini merupakan dilema etika dimana kita dihadapkan pada 2 pilihan yang sama-sama benar. Dalam hal ini saya tidak akan melaporkan Rayhan pada kepala sekolah dengan alasan pengecualian. Bahwa tindakan saya adalah berdasarkan rasa kasihan atau kebaikan, sebab bila saya melaporkan Rayhan kepada kepala sekolah maka dia terancam tidak lulus.

Sebagai guru kita harus mengajarkan kejujuran sebagai moral baik yang harus dipegang. Jika saya menuruti kehendak Rayhan maka sama artinya saya mendidik murid saya menjadi pribadi yang tidak jujur. Namun jika saya melaporkan Rayhan maka saya terkesan guru yang tidak punya hati. Mungkin saat itu saya memberi pilihan kepada Rayhan bahwa Rayhan kali ini ibu maafkan tetapi dengan konsekuensi Rayhan saya berikan soal-soal ujian baru dengan KD sama dengan soal yang sedikit berbeda. Dan memberikan arahan bahwa menyontek adalah perbuatan yang tidak terpuji.

Melakukan hal yang salah untuk alasan yang baik, tetap saja merupakan sesuatu yang salah. Contohnya menyontek, tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik, tapi cara yang dilakukan salah.

 

Bujukan Moral (Benar Vs Salah)

Merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

Berikut adalah contoh bujukan moral:

Saya diberi amanah menjadi bendahara panitia acara Pentas Seni Akhir Tahun di sekolah. Setelah acara selesai, ketua panitia meminta saya menggunakan dana yang tidak terpakai untuk acara pembubaran panitia dengan mengadakan pesta kecil-kecilan. Ketua panitia meminta saya sebagai bendahara panitia, untuk membuat kwitansi palsu untuk membiayai acara tersebut karena dana tersebut tidak boleh digunakan untuk kegiatan semacam itu. Apa yang harus saya lakukan?

Berikut jawaban saya:

Kasus semacam ini kerapkali kita temukan dalam lingkungan sekitar. Sikap yang tidak baik tapi sudah menjadi kebiasaan komunitas di lingkungan sekitar. Dalam hal ini sebagai bendahara tentu saya menolaknya namun bagaimana kita berkomunikasi dengan baik kepada ketua dengan cara menolak secara santun atau sambil bercanda.

Atau pilihan lain yaitu kita harus menyampaikan laporan keuangan kepada kepala sekolah. Jika kepala sekolah mengijinkan untuk melakukan pembubaran panitia maka kita akan mengadakan yang penting kita terbuka, jujur dan transparansi. Karena uang yang di kelolah bukan milik kita sendiri maka kita harus bijaksana dalam mengelolanya.

Menjadi pemimpin dalam pembelajaran mengharuskan kita mempertimbangkan banyak hal. Dalam membuat keputusan tidak semata-mata berdasarkan aturan yang kaku yang terkadang bertentangan secara kemanusiaan. Oleh karena itu sebagai pemimpin pembelajaran harus memegang tiga prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Dan yang paling utama adalah mengedepankan nilai-nilai universal yang sudah menjadi kesepakatan bersama.

 

Referensi : Modul 3 Pendidkan Guru Penggerak

 

2 komentar: