Sabtu, 28 Mei 2022

PENDIDIKAN ANAK : TANGGUNG JAWAB SIAPA???

 

PENDIDIKAN ANAK : TANGGUNG  JAWAB SIAPA???

Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 WONOREJO

 

            Akhir-akhir ini kita disuguhi dengan pemberitaan yang sangat mengejutkan bahkan menohok ulu hati kita yang paling dalam. Betapa tidak, anak-anak di bawah umur menjadi korban tindakan asusila bahkan ada yang harus meregang nyawa. Ironisnya, anak-anak di bawah umur itu ada pula yang berperan sebagai pelakunya.

            Ada apa dengan anak-anak kita?? Siapa yang harus bertanggung jawab atas kondisi yang seperti  itu pada anak-anak kita??

            Anak merupakan amanah dari Allah SWT kepada setiap orang tuanya. Amanah itu tidak sekedar titipan yang menghendaki penjagaan, pemeliharaan dan perlindungan semata. Namun lebih dari itu, orang tuanya harus berani mempertanggungjawabkan dalam mahkamah sejarah dunia maupun mahkamah Ilahi kelak.

            Tidak hanya bagi orang tuanya, anak-anak juga merupakan amanah bagi kaumnya saat itu. Mereka juga akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada mereka, saat itu maupun di kemudian hari. Karena merupakan amanah, sudah tentu harus dipelihara dan tidak dikhianati.

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan janganlah mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui. (QS Al-Anfal : 27)

Metode Pendidikan Influentif

            Perwujudan dari pelaksanaan amanah itu adalah berupa tanggung jawab atas pendidikan mereka. Pendidikan anak adalah tanggung jawab kita bersama antara orang tua, guru (sekolah), masyarakat juga pemerintah. Karena begitu besarnya tanggung jawab itu, maka tak pelak lagi harus diusahakan suatu metode pendidikan yang influentif. Metode ini akan secara efektif dalam memberikan hasil yang maksimal sehingga anak dapat mencapai kematangan yang sempurna secara mental, moral, spiritual, sosial, dan saintikal sebagaimana harapan kita.

            Adapun metode pendidikan influentif yang dimaksud adalah pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan pembiasaan, pendidikan dengan nasehat, pendidikan dengan perhatian, dan pendidikan dengan hukuman.

A. Pendidikan Dengan Keteladanan

            Keteladanan dalam pendidikan anak adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak dalam moral, spiritual dan sosial. Pendidikan dengan keteladanan sangat berpengaruh terutama untuk anak yang belum mampu untuk berpikir kritis. Dalam hal ini orang tua adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditiru tindak-tanduknya, sopan santunnya, serta perilaku lainnya karena merekalah figur pertama bagi anak. Demikian halnya untuk guru/pendidik. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi kepribadian. Inilah yang akan dilihat,dinilai sekaligus ditiru oleh anak.

B. Pendidikan Dengan Pembiasaan

            Caranya adalah mendidik anak langsung mempraktekkan dari pengalaman-pengalaman belajar yang telah mereka peroleh dengan memulai pembiasaan hal-hal yang baik sebelum anak memiliki kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan. Pendidikan dengan pembiasaan harus dilakukan secara terus menerus, teratur, berencana dan konsekuen. Agar pembiasaan ini menjadi kesadaran dan muncul dari hati anak maka tidak ada salahnya jika adanya dorongan dengan kata-kata yang baik atau dalam kesempatan tertentu memberikan pujian atau hadiah sebagai wujud penghargaan atau apresiasi atas apa yang mereka lakukan.

C. Pendidikan Dengan Nasehat

            Nasehat yang disampaikan adalah untuk kebaikan, yang dapat membuka mata dan mempengaruhi anak untuk berbuat baik. Jika sudah terjalin keakraban, anak akan menjadikan orang tua atau guru sebagai tempat ‘curhat’ mereka. Sehingga ketika ada masalah, anak tidak lagi lari dari masalah atau mencari kompensasi ke tempat-tempat yang ‘tidak aman’ seperti Night Club, Discotic, dan lain-lain.

            Nasehat yang disampaikan hendaknya diselingi dengan canda, dengan kata-kata yang jelas dan sederhana sehingga mudah dipahami anak dan tidak terkesan menggurui.

D. Pendidikan Dengan Perhatian

            Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi di jaman sekarang tak pelak membawa dampak bagi perkembangan anak. Sebagai orang tua atau guru tentu harus mencurahkan, memperhatikan dan selalu mengikuti perkembangan anak terutama dalam hal pembinaan akhlak dan moral. Selain itu juga dalam pendidikan spiritual, sosial, jasmani, termasuk juga pendidikan seks.

E. Pendidikan Dengan Hukuman

            Pemberian hukuman ini bertujuan agar anak tidak mengulangi perbuatan yang menyalahi aturan/norma. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian hukuman pada anak yaitu harus melihat kondisi psikologis anak dan harus ada manfaat secara psikologis atau pedagogis. Oleh karena itu hukuman yang diberikan harus tetap dalam jalinan cinta dan kasih sayang sehingga akan menimbulkan kesan pada hati anak yang pada akhirnya akan menimbulkan keinsyafan serta penyesalan pada diri anak. Jika memang terpaksa memberikan hukuman fisik, hendaknya dijadikan sebagai alternatif terakhir.

            Tidak ada kata terlambat untuk menyiapkan anak-anak kita menjadi generasi harapan yang akan melanjutkan estafet perjuangan kita. Semoga metode pendidikan influentif ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan solusi untuk memperbaiki kualitas anak-anak kita.

           

Referensi : Ulwan, Nashih. Pendidikan Anak Dalam Islam, 2012. Penerbit Insan Kamil

 

 



 

 

 

 

 

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI : PESAN TERSIRAT DARI KI HAJAR DEWANTARA

 

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI : PESAN TERSIRAT DARI KI HAJAR DEWANTARA

 


Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

 

Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Menurut  Ki Hajar  Dewantara pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.Pemikiran Ki Kajar Dewantara tersebut menyiratkan fungsi guru yang utama yaitu sebagai penuntun. Jadi pendidikan itu bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang dimiliki anak-anak, sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Hal ini juga selaras dengan nasehat Sayyidina Ali radliyallahu ‘anhu 14 abad yang lalu yang mengatakan : “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya.” Pendidikan yang memperhatikan konteks sosial budaya seperti itu diyakini akan lebih membahagiakan si anak. Terkait dengan situasi pendidikan saat ini pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Sayyidina Ali radliyallahu ‘anhu sangat relevan dan sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini. Indonesia yang memiliki pluralitas dalam banyak hal yaitu agama, budaya, hahasa bahkan kondisi geografis alamnya. Tugas pendidik (guru) itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

 

Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan penyesuaian terhadap minat, preferensi belajar, kesiapan siswa agar tercapai peningkatan hasil belajar. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah pembelajaran yang diindividualkan. Namun, lebih cenderung kepada pembelajaran yang mengakomodir kekuatan dan kebutuhan belajar siswa dengan strategi pembelajaran yang independen.

Pembelajaran berdiferensiasi pada hakikatnya pembelajaran yang memandang bahwa siswa itu berbeda dan dinamis. Karena itu, sekolah harus memiliki perencanaan tentang pemberajaran berdiferensiasi, antara lain: 1. Mengkaji kurikulum saat ini yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan siswa. 2. Merancang perencanaan dan strategi sekolah yang sesuai dengan kurikulum dan metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa. 3. Menjelaskan bentuk dukungan guru dalam memenuhi kebutuhan siswa. 4. Mengkaji dan menilai pencapaian rencana sekolah secara berkala.

 

Minat Belajar

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Peserta didik akan  antusias dalam mengikuti proses belajar apabila keragaman dan keunikan minat mereka di perhatikan. Dalam mengolah pembelajaran di kelas guru dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat peserta didk dalam belajar, sehingga Motivasi belajar mereka akan muncul dan meningkat saat mengikuti proses belajar di kelas.

 

Profil Belajar

Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar peserta didik  berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara natural dan efisien. Profil belajar peserta didik dijadikan sebagai dasar dalam membuat sebuah perencanaan, pemantauan peningkatan kemajuan hasil belajar, catatan perubahan dari sebelumnya dan rencana tindak lanjut yang akan digunakan. Dengan memahami profil belajar peserta didik, guru memiliki kesadaran untuk dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar agar pembelajaran yang berlangsung memenuhi gaya belajar peserta didik.

Kebutuhan-kebutuhan belajar tersebut harus mampu terakomodir dalam pembelajaran berdiferensiasi. Guru dapat menggunakan strategi Diferensiasi diantaranya diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

 

Diferensiasi Konten 

Diferensiasi konten merujuk pada strategi dalam membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten yang disampaikan oleh guru. Konten bisa berupa masukan , Informasi apa yang akan disampaikan atau materi apa yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan tetap memperhatikan kebutuhan peserta didik.

 

Diferensiasi Proses

Diferensiasi proses merujuk pada strategi untuk membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content) materi. Guru harus mampu mengoptimalkan pengalaman setiap peserta didik; memberikan arahan yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing peserta didik, berusaha memvariasikan kemajuan belajar; menyajikan berbagai varian ekspresi; memberikan keleluasaan peserta didik untuk memilih caranya sendiri yang disesuaikan kebutuhan mereka untuk mencapai penguasaan materi dan keterampilan yang sama

 

Diferensiasi Produk

Diferensiasi produk merujuk pada strategi untuk memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari. hasil kreasi peserta didik yang berwujud seperti rekaman, infografis, poster, video presentasi, diagram, karangan, atau tes tulis. Guru berusaha untuk menyediakan berbagai pilihan produk yang merespons beragam profil, minat atau kesiapan belajar peserta didik.

 

Sebagai pendidik yang ingin juga menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, saya mengajak siswa kelas IX untuk menerapkannya pada materi Bioteknologi Konvensional. Pada diferensiasi konten saya memberikan materi tentang Bioteknologi konvensional (Tape, yoghurt, keju, roti, kecap, oncom, asinan) dalam bentuk power point (mengakomodir gaya belajar visual sekaligus auditori karena di pembelajaran itu ada narasi dalam bentuk audio) dan demonstrasi (mengakomodir gaya belajar kinestetik).



Pada diferensiasi proses siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok yang beranggotakan 4-5 anak dengan memenuhi heterogenitas kemampuan akademik dan gender. Tiap kelompok bebas memilih untuk membuat produk bioteknologi dengan pilihan : tape singkong, tape ketan, yoghurt dan keju.



Pada diferensiasi produk : dari macam-macam produk yang sudah dipilih oleh tiap kelompok, mereka bebas membuat laporan dengan format sesuai keinginan mereka yaitu ada yang dalam bentuk laporan tertulis, dalam bentuk video dan ada yang presentasi langsung di kelas.

Dalam proses belajar menurut Ki Hajar Dewantara guru diibaratkan sebagai seorang petani yang tugasnya merawat dan menjaga benih-benih itu bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan karakteristik dari benih yang berbeda-beda. Misalkan dalam merawat tumbuhan padi, Ada yang bertumbuh normal, ada yang tumbuh dengan cepat dan ada yang perlu perawatan ekstra seperti di beri pupuk, agar bisa tumbuh dengan baik dan berbuah tepat waktunya.

Begitu juga dengan kita sebagai guru, dimana kita bisa dengan jeli melihat berbagai kemampuan dan minat yang di miliki siswa. Ada yang suka agama, sains, Sejarah, olahraga, dan lain sebagainya, ada yang gaya belajarnya melalui Visual, Audio Visual, dan kinestetik. Dengan pembelajaran berdiferensiasi  semua kebutuhan dan gaya belajar tersebut bisa diakomidir.

Untuk melakukan perubahan tidak semudah membalikan tangan, perlu tekad, usaha dan upaya yang di lakukan secara konsisten dan berkesinambungan serta kolaborasi dengan semua pihak. Untuk itu guru perlu Visi yang jelas, Visi yang berpihak pada murid, Visi yang terukur dan realistis sesuai dengan kondisi dan lingkungan masing-masing. Mari melangkah bersama untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang berpusat pada murid.

 

Referensi : Modul CGP tentang Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Pembelajaran Berdiferensiasi

 

 

Jumat, 27 Mei 2022

ECO-ENZYME : SOLUSI KURANGI POLUSI

 


ECO-ENZYME : SOLUSI KURANGI POLUSI

Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo Kab. Pasuruan

 

Mengutip dari beritajatim.com : Berdasarkan data DLH Kabupaten Pasuruan, setiap harinya jumlah sampah dari masyarakat mampu mencapai 1330 Ton dari total 1,9 juta penduduk. Tercatat sebanyak 200 ton sampah mencemari perairan laut di Pasuruan. Memang, problem sampah di lautan masih jadi persoalan lingkungan yang belum terselesaikan.

Bila kita cermati dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memberi penjelasan bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Segala sesuatu yang dapat menimbulkan pencemaran disebut polutan (bahan pencemar). Zat dapat dikatakan sebagai polutan apabila jumlahnya telah melebihi batas normal, yang berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Zat pencemar dikenal juga dengan istilah limbah (sampah). Limbah merupakan bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, seperti kegiatan rumah tangga yang kehadirannya dapat berdampak negatif bagi lingkungan. Berdasarkan sifatnya limbah dapat digolongkan menjadi limbah cair, limbah padat, limbah daur ulang, limbah organik, dan limbah bahan berbahaya beracun (B3).

Berbekal dari bentuk keprihatinan dan rasa peduli terhadap lingkungan, siswa SMPN 2 Wonorejo melakukan sebuah upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah domestic khususnya limbah organic.

Limbah Organik merupakan limbah yang berasal dari jaringan orgnisme atau makhluk hidup dan umumnya mudah diuraikan (biodegradable). Contoh limbah organic adalah serat atau bagian dari tumbuhan (saayur, buah), bangkai hewan, kotoran hewan.

 

Eco enzyme : sebuah solusi

Eco-enzyme merupakan hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Seorang pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand, Dr. Rosukon Poompanvong memperkenalkan Eco Enzyme untuk pertama kalinya. Gagasan proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya dibuang ke dalam tong sampah menjadi pembersih organic.  

              Pada pembelajaran IPA kelas VII dengan Kompetensi Dasar Menganalisis terjadinya  pencemaran lingkungan  dan dampaknya bagi ekosistem dan indicator Memberikan contoh cara

penanggulangan pencemaran  lingkungan. Cara menanggulangi pencamaran sampah organic terhadap air, tanah dan udara dengan pembuataan ecoenzim dan pemanfaatan ecoenzim dalam kehidupan sehari-hari.

Produk eco-enzyme merupakan produk ramah lingkungan yang mudah digunakan dan mudah dibuat. Pembuatan eco-enzym hanya membutuhkan air, gula sebagai sumber karbon, dan sampah organic sayur dan buah. Pemanfaatan eco-enzym dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga terutama sampah organic yang komposisinya masih tinggi.

Pada pembelajaran ini dikelompokkan menjadi 4 dengan pembagian kelompok secara heterogen baik secara kemampuan akademik maupun gender. Tiap kelompok membuat eco-enzyme dengan bahan yang berbeda. Kelompok 1 menggunakan kulit buah, kelompok 2 menggunakan sisa sayuran, kelompok 3 menggunakan empon-empon (kunyit, jahe, temulawak, kencur, kunci), dan kelompok 4 menggunakan perpaduan bahan kulit buah, sisa sayur dan empon-empon).

Dalam pembuatannya, eco-enzym membutuhkan container berupa wadah yang terbuat dari plastic. Dalam hal ini memanfaatkan botol bekas air mineral yang juga dapat mengurangi limbah anorganik. Penggunaan bahan yang terbuat dari kaca sangat dihindari karena dapat menyebabkan wadah pecah akibat aktivitas mikroba fermentasi. Eco enzyme tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada pembuatan kompos dan tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi tertentu.

Cara Pembuatan Eco-enzyme

Alat dan Bahan

1.      Alat :

a.       Wadah bertutup /toples                    f. Kayu Pengaduk

b.      Pisau                                     g. Selotip / Lakban

c.       Talenan                                             h. Alat Tulis : Spidol / Pulpen

d.      Timbangan                                       i.  Botol Plastik

e.       Takaran Air

 

2.      Bahan

a.       1 kg Gula merah / Tetes      

b.      3 kg Sisa kulit buah-buahan

c.       10 lt air bersih

        

Oval: 1 kg
Gula merah
Oval: 10 lt
Air
Oval: 3 kg 
Kulit buah
 

 

 

 

 

 


C.      Langkah Kerja

1.    Buatlah rancangan komposisi perbandingan bahan dalam pembuatan Ecoenzim!

Patokan : 1 kg gula merah : 3 kg kulit buah : 10 liter air

 2. Tuang semua bahan ke dalam botol, bisa juga menggunakan blender untuk mencacah limbah, kemudian campur gula dan air dalam botol.

3. Simpan di tempat yang kering dan sejuk dengan suhu dalam rumah

4. Biarkan selama 3 bulan, dan buka setiap hari di 2 minggu pertama, kemudian 2-3 hari sekali, kemudian seminggu sekali. Di minggu pertama akan ada banyak gas yang dihasilkan.

5. Kadang ada lapisan putih di permukaan larutan. Jika cacing muncul tambahkan gula segenggam, aduk rata kemudian tutup

6. Setelah 3 bulan, saring eco enzyme menggunakan kain kasa atau saringan.

7. Residu dapat digunakan lagi untuk batch baru produksi dengan menambahkan sampah segar. Residu juga bisa dikeringkan, kemudian diblender dan dikubur di dalam tanah sebagai pupuk.

 

PROSES ECO-ENZYM

Fermentasi yang menghasilkan alkohol dan asam asetat yang bersifat disinfektan hanya dapat diaplikasikan pada produk tanaman karena kandungan karbohidrat (gula) di dalamnya. Proses pembusukan dan fermentasi daging berbeda dengan tanaman. Daging akan cepat membusuk dan menghasilkan patogen pada suhu yang tidak teregulasi. Jika ingin membuat eco enzyme, atau ingin sampah organik diolah oleh agen sampah, pastikan sampah sisa sayur dan buah terpisah dari sampah organik atau non-organik lainnya.

Proses fermentasi akan berlangsung 3 bulan. Bulan pertama, akan dihasilkan alcohol, kemudian pada bulan kedua akan menghasilkan cuka dan pada bulan ketiga menghasilkan enzyme. Pada bulan ketiga, eco-enzyme kita sudah bisa dipanen. Caranya adalah dengan menyaring menggunakan kain yang sudah tidak terpakai atau baju juga bisa digunakan untuk saringan. Sisa atau ampas eco-enzyme dapat kita gunakan untuk beberapa manfaat seperti:

  • Sebagai starter (ease) atau untuk membantu mempercepat proses pembuatan eco-enzyme selanjutnya.
  • Untuk membantu proses penguaraian di dalam septitank. Untuk itu, ampas ini kita hancurkan dan masukkan ke dalam saluran toilet.
  • Sebagai kompos dengan cara meletakkannya selapis demi selapis di dalam tanah.

 

Berikut merupakan beberapa manfaat cairan eco-enzim

1.     Sebagai Cairan Pembersih

2.     Pupuk tanaman

Eco-enzyme berguna untuk menyuburkan tanah dan tanaman, menghilangkan hama, dan meningkatkan kualitas dan rasa buah dan sayuran yang kamu tanam. Aplikasi: campurkan 30 ml Eco-enzyme ke dalam 2 liter air. Masukkan campuran larutan air dan Eco-enzyme ini kedalam botol semprot dan semprotkan ke tanah di sekitar tanamanmu atau langsung ke tanamanmu kalau tanamanmu terkontaminasi oleh hama.

side note: Jangan gunakan 100% larutan eco-enzym ke tanah atau tanamanmu karena akan membuat tanah asam dan “membakar” tanamanmu.

3.     Pengusir hama

Eco-enzyme sangat efektif untuk mengusir hama tanaman seperti anggrek dan sayu-sayuran bahkan hama atau hewan yang mengganggu di sekitar rumah, seperti kecoa, semut, lalat, nyamuk, dan serangga lainnya. Aplikasi: campurkan 15 ml Eco Enzyme ke dalam 500 ml air. Masukkan campuran larutan air dan Eco-enzyme ini kedalam botol semprot dan semprotkan ke area yang kamu targetkan untuk bebas hama

      4.  Penambah berat badan hewan ternak

            Makanan ternak (sapi atau ayam) yang diberikan tambahan eco-enzyme terbukti dapat meningkatkan berat badan hewan ternak.

      5.  Mengurangi bau kotoran ternak

            Selain dapat meningkatkan berat badan, eco-enzyme juga dapat mengurangi bau menyengat pada kotoran hewan ternak. Hal ini tentu membuat nyaman lingkungan.

6..  Melestarikan lingkungan

Larutan pembersih komersial yang ada sekarang sering kali mengandung berbagai jenis senyawa kimia seperti fosfat, nitrat, amonia, klorin dan senyawa lain yang berpotensi mencemari udara, tanah, air tanah, sungai dan laut. Penggunaan Eco-enzyme sebagai larutan pembersih alami berkontribusi menjaga lingkungan bumi kita.

 

Dengan proses yang begitu mudah dan manfaat yang luar biasa, semoga menyadarkan kita untuk mencintai lingkungan. Pengelolaan sampah akan sangat terbantu dan berdampak signifikan untuk pengurangan sampah jika setiap rumah tangga dapat memanfaatkan  sampah terutama sampah organic.

Kami sudah memulai. Bagaimana dengan Anda?

Sumber :

https://beritajatim.com/peristiwa/200-ton-sampah-cemari-pesisir-pantai-pasuruan/

https://dlh.cimahikota.go.id/article/detail?id=21

RPP Pencemaran Lingkungan kelas VII SMPN 2 Wonorejo

 

 

 

 

 

 






 

 

 

 

 


Sabtu, 21 Mei 2022

COACHING : GALI POTENSI TEMUKAN SOLUSI

 

COACHING : GALI POTENSI  TEMUKAN SOLUSI



Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

Coach” berasal dari bahasa Hongaria “kocsi” yang artinya kendaraan pengangkut. Maka di banyak negara Eropa, kendaraan pengangkut entah kereta api atau bus disebut sebagai “coach”. Fungsi kendaraan pengangkut adalah memindahkan seseorang atau sekelompok orang dari satu titik ke titik yang lain.

Menurut ICF (International Coach Federation), coaching adalah bentuk partnership yang terbangun antara coach dan coachee, untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee melalui proses kreatif guna menstimulasi dan mengeksplorasi pikiran agar dapat memaksimalkan potensi personal serta profesional.

Merujuk pada istilah partnership tersebut, maka ada unsur kesetaraan antara coach dengan coachee. Coach dan coachee berada dalam posisi duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Dalam konteks partnership itu pula, proses yang terjadi di dalam coaching adalah proses dialog, komunikasi dua arah, dan saling memahami satu sama lain dalam suasana yang produktif. Coach membantu coachee supaya coachee lebih memahami dirinya sendiri, baik memahami hal-hal yang diinginkan maupun kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

Dalam dunia pendidikan, coaching sangat efektif membantu menyelesaikan permaslahan yang dialami oleh murid maupun sesama guru.

Prinsip Coaching

Harus ada kolaborasi antara coach (guru) dan coachee (murid), coach membuat pertanyaan yang menggali coachee untuk menemukenali permasalahan dan menyadarkan tanpa mengajari. Kesadaran muncul dari diri coachee sendiri

Coach sebagai fasilitator dengan menjadi pendengar yang cerdas serta penyimak untuk menerima pesan dari coachee. Sangat penting bagi seorang coach menangkap kata-kata kunci saat mendengarkan dan menyimak curahan coachee. Pesan-pesan kunci dijadikan bahan untuk mengajukan pertanyaan selanjutnya yang menyadarkan diri coachee untuk mengadakan perubahan secara berkesadaran.

            Pengalaman ketika melakukan coaching kepada murid kelas IX. Sebut saja namanya Fulanah. Saya mendapatkan laporan dari beberapa guru bahwa Fulanah akhir-akhir ini sering melamun, terlihat bengong saat pembelajaran di kelas. Tidak seperti hari-hari biasanya. Setelah melakkan pendekatan, akhirnya Fulanah bersedia diajak untuk melakukan coaching.

            Sebagai coach saya menggunakan model TIRTA. Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching.  Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Sebagai guru kita memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. Tugasnya adalah menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya.

TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)

Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee adalah:

a. Apa rencana pertemuan ini?
b. Apa tujuannya?
c. Apa tujuan dari pertemuan ini?
d. Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
e. Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?

Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee.

Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)

Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini adalah:

a. Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang?
b. Dari skala 1 hingga 10, dimana kamu sekarang dalam pencapaian tujuan kamu?
c. Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan
d. Peluang/kemungkinan apa yang bisa kamu ambil?
e. Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan?
f. Apa solusinya?

Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)

a.Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan?
b.Adakah prioritas?
c.Apa strategi untuk itu?
d.Bagaimana jangka waktunya?
e.Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu?
f. Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?

TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)

a.Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi?
b. Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen?
c. Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?

Dengan menjalankan metode TIRTA ini, harapannya seorang guru dapat semakin mudah dapat menjalankan perannya sebagai coach.

            Berikut ini hasil coaching terhadap Fulanah :

Tujuan Fulanah dengan proses coaching ini adalah untuk sharing dan mendapatkan solusi atas permasalahan yang dihadapinya.

Identifikasi Masalah : Setelah lulus SMP, Fulanah ingin melanjutkan ke pondok yang lokasinya agak jauh dari rumah tetapi tidak diijinkan orangtuanya yang memintanya untuk mondok di dekat tempat tinggal mereka dengan alasan biaya. Sementara di sisi lain Fulanah melihat orangtuanya sedang membangunkan rumah untuk kakaknya yang sebenarnya sudah bukan tanggung jawab orangtuanya.

Rencana Aksi : Fulanah akan berbicara baik-baik dengan orangtuanya terkait pondok yang dekat rumah karena pernah punya masa lalu yang membuatnya trauma akibat dibully. Selanjutnya Fulanah juga akan mencari informasi pondok yang lain dengan kualitas yang bagus tapi biaya terjangkau. Rencana berikutnya yaitu akan berbicara dari hati ke hati kepada kakaknya agar mau membantu menjembatani permasalahannya.

Tanggung jawab : Fulanah akan berkomitmen terhadap tugasnya sebagai anak dan berusaha menurut pada orangtua jika memang itu yang terbaik. Dia juga berkomitmen untuk minta tolong teman dekatnya, Aminah sebagai pengingat untuk selalu berada dalam kebaikan karena Aminah adalah teman dekatnya yang baik dan disiplin.

Analogi Dalam Coaching

Analogi yang paling sederhana dalam hal ini adalah dunia olahraga. Kita ambil saja di dunia sepak bola. Barcelona, Manchester United atau Real Madrid, atau klub sepak bola besar yang berisikan pemain-pemain hebat sekalipun, tetap menjalani proses coaching.

Mereka melakukan coaching tidak hanya di saat sedang menjalani kompetisi dengan persaingan ketat, melainkan juga dalam keseharian mereka. Coaching menjadi bagian tak terpisahkan dalam aktivitas mereka. Pemain sekelas Lionel Messi atau Christiano Ronaldo sekalipun masih membutuhkan seorang coach dalam aktivitasnya.

Di sisi lain, di perusahaan masih banyak orang yang berpandangan yang perlu di-coaching adalah orang-orang yang ‘bermasalah’, entah karena produktivitasnya rendah, sikapnya buruk, atau hal lainnya. Padahal idealnya, coaching justru dijalankan untuk setiap karyawan, secara rutin dan berkesinambungan. Coaching bukan untuk orang-orang bermasalah saja tetapi justru untuk orang-orang yang ingin memperbaiki kinerjanya lebih baik lagi.

Coaching membantu murid dan individu untuk berpikir dalam tingkatan yang lebih dalam  dan lebih tinggi. Jika dikaitkan dengan proses pendidikan secara umum, budaya coaching dalam  institusi pendidikan akan membantu mengubah pola pikir guru, dari “menyuapi informasi” menjadi  “memberdayakan” murid untuk menjadi individu pembelajar mandiri.

 

Sumber: 

Effective Coaching Skills for Leaders

Modul 2.3 PPGP : Coaching