Selasa, 27 September 2022

BERPIKIR DIVERGEN DAN KONVERGEN

 

BERPIKIR DIVERGEN DAN KONVERGEN

Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

Istilah divergen dan konvergen merupakan dua istilah yang sering ditemukan dalam pembahasan tentang kreatifitas. Kreativitas adalah proses berpindah-pindah dari berpikir divergen dan konvergen. Ada saat yang tepat untuk berpikir divergen, ada juga saat yang tepat untuk berpikir konvergen. Contoh praktik berpikir divergen: brainstorming. Contoh praktik berpikir konvergen: seleksi gagasan. Jika tahap berpikir divergen diganggu konvergen (dan sebaliknya) proses kreativitas terhambat.  Oleh karena itu, supaya ide dapat betul-betul bermanfaat, baik kemampuan berpikir divergen maupun konvergen sangat perlu untuk dikembangkan. Berpikir divergen adalah kemampuan untuk memunculkan beragam alternatif pemecahan masalah. Contohnya : apa saja manfaat kertas bekas? Bisa untuk bungkus gorengan, ganjal lemari, pengganti tissue saat membuang kotoran hidung, untuk kipas, bola mainan, tatakan obat nyamuk bakar, dan lain-lain.

Kebalikannya, berpikir konvergen yaitu proses memunculkan satu solusi pada suatu masalah. Contohnya adalah mencari persamaan antara waktu dan rambut. Jawabannya adalah sama-sama bisa Panjang maupun pendek.

Berpikir divergen dan konvergen ini sangat terlihat dalam pemecahan masalah secara kreatif. Dalam memecahkan masalah sangat dibutuhkan logika untuk menganalisis berbagai alternatif solusi. Ini berpikir konvergen. Tapi sebelum itu perlu dimunculkan alternatif solusi yang banyak dan beragam. Di sinilah kita memerlukan pemikiran divergen. Makin tinggi kemampuan berpikir divergennya makin kreatif  solusinya.

Ada saatnya berpikir divergen, ada saatnya pula berpikir konvergen. Disesuaikan dengan keadaan. Saat berpikir divergen ide perlu mengalir secara lancer tanpa kecemasan ada Batasan tertentu sehingga ada keberanian untuk memunculkan ide unik yang baru dan bisa fleksibel dari satu topik ke topik lainnya. Kata kunci divergen adalah : lancar, original, fleksibel, elaborasi ide. Tidak perlu takut menyampaikan ide. Saat ada ide muncul dari murid kita, harus diberikan apresiasi. Catat semua ide dan berikan apresiasi melalui ucapan maupun sikap.

Saat berpikir konvergen kita mengevaluasi setiap alternatif menggunakan sejumlah kriteria untuk memilih alternatif yang paling sesuai. Contoh :Ide  Ima untuk belajar Matematika:

1.      Mengikuti les tambahan yang diadakan oleh guru di sekolah

2.      Meminta waktu taman yang paham matematika untuk berdiskusi Bersama

3.      Diskusi soal matematika di grup chat (WAG)

4.      Mengerjakan soal tambahan dari internet

5.      Mengumpulkan video dari internet untuk topik matematika

Setelah mendapatkan beragam ide baru berpikir konvergen. Kriteria Ima untuk memilih solusi :

1.      Membutuhkan waktu paling sebentar

2.      Bisa dilakukan di mana saja sesegera mungkin

Solusi yang dipilih Ima yaitu diskusi soal matematika di grup chat dan mengumpulkan video dari internet untuk topik matematika.

Gunakan berpikir divergen sebanyak-banyaknya sebelum pindah ke tahap analisis dan evaluasi ide dengan pemikiran konvergen.

Tips sederhana saat berpikir divergen : percayalah bahwa semua ada waktunya. Jangan takut mengeluarkan ide buruk karena saat ini semua ide adalah ide saja tanpa ada penilaian baik atau buruk.

 

Referensi : PMM

 

Sabtu, 17 September 2022

SISTEM AMONG : SEBUAH REFLEKSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

 


SISTEM AMONG : SEBUAH REFLEKSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

Terkadang masih kita temukan bapak/ibu guru memberikan tugas kepada murid-murid tanpa memberikan penjelasan, arahan atau bimbingan terlebih dulu. Akibatnya banyak murid yang bingung denga napa yang harus dikerjakan. Apakah dengan memberikan tugas dan meminta murid untuk mencari tahu sendiri dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang berpihak pada murid dan memerdekakan murid?

Yang perlu kita ingat adalah bahwa penekanan pada proses belajar murid amatlah penting bagi tumbuh kembangnya. Terkadang kita lupa pada proses belajar yang terjadi dalam diri murid. Ketika murid mengerjakan sesuatu, tidak sekedar menilai hasil apa yang ditugaskan. Hal ini selaras dengan apa yang diperintahkan Allah SWT dalam Al Qur’an surat AtTaubah ayat 105 : "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

Ki Hajar Dewantara mengenalkan apa yang disebut dengan konsep Among sebagai suatu metode Pendidikan yang menekankan pada proses pembelajaran yang sangat familiar bagi kita yaitu : ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi teladan), yaitu bagaimana guru memahami secara utuh apa yang dapat dia bantu kepada murid, menjadi teladan dalam budi pekerti dan tingkah laku.

Ing madya mangun karsa (di tengah membangun kehendak), yaitu guru diharapkan mampu membangkitkan semangat, berswakarsa dan berkreasi Bersama murid dengan membuka dialog dengan murid, berperan sebagai narasumber dan penuntun.

Tutwuri handayani (di belakang memberikan dorongan), yaitu guru tidak sekedar memberikan motivasi, tetapi juga memberikan saran dan rekomendasi dari hasil pengamatannya agar murid mampu mengeksplorasi daya cipta, rasa, karsa dan karyanya.

Sistem Among didasarkan pada dua hal, yaitu kodrat alam dan kemerdekaan. Kodrat alam sebagai syarat untuk mencapai kemajuan pendidikan sesuai dengan potensi murid dan kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin murid sehingga dapat mencapai  keselamatan dan kebahagiaan.

Momong

Dalam Bahasa Jawa, momong artinya merawat dengan penuh ketulusan dan penuh kasih sayang serta mentranspormasikan kebiasaan-kebiasaan baik disertai dengan doa dan harapan. Sedangkan Among adalah memberikan contoh baik dan buruk tanpa harus mengambil hak murid agar bisa tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang baik yang  merdeka sesuai dengan dasarnya. Dan Ngemong diartikan sebagai mengamati, merawat, dan menjaga agar murid mampu mengembangkan dirinya, bertanggungjawab dan disiplin berdasarkan nilai-nilai yang telah diperoleh sesuai dengan kodratnya.

Pada intinya, anak atau murid harus dituntun untuk mengembangkan dirinya sesuai kodrat dan potensinya sesuai dengan kasih sayang yang tulus, mendampingi, merawat dan menjaganya serta doa dan harapan untuknya. Maka guru tidak hanya memandang sistem among sebagai suatu metode saja tapi lebih dari itu, sebagai cara berpikir (mindset) among juga penting disadari oleh kita sebagai pendidik. Guru yang mempunyai karakter, kredibel dan dihormati murid,  memiliki kemampuan mengelola dan mengembangkan kemampuan social-emosional yang baik dengan murid (kemitraan), dan guru yang memiliki tutur kata mudah dipahami murid dengan sistematis dan logis. Sebagai contoh, saat pembelajaran guru dapat membuka dialog dan bertanya pada murid tentang kesulitan belajarnya, mendengarkan keluh kesah dan perasaannya dengan berbagai cara melalui gambar, tulisan, dan lain-lain yang membuat murid nyaman mengutarakannya sehingga murid dapat merasakan perhatian dan kasih sayang dari guru yang dapat membangkitkan semangat belajarnya. Guru dapat menuntun murid untuk memahami bahwa wajar untuk melakukan kesalahan. Selain itu,murid juga mungkin melihat sosok gurunya sebagai contoh berperilaku kepada orang lain dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Contoh lain guru juga dapat mengajak dan melibatkan murid untuk menentukan tujuan belajarnya dengan menanyakan kesukaannya, keinginan belajarnya dan lain-lain yang murid merasa dihargai dan didengarkan.

Mari kita renungkan:

Apakah kita sebagai guru sudah menekankan pada proses belajar yang terjadi dalam diri murid?  

Apa yang dapat kita lakukan sebagai pendidik untuk dapat berpihak pada murid dan memfasilitasi kebutuhan potensi dan kompetensinya?

 

Referensi : Platform Merdeka Mengajar

 

Selasa, 13 September 2022

PENYESUAIAN PEMBELAJARAN : STRATEGI LITERASI

 

PENYESUAIAN PEMBELAJARAN : STRATEGI LITERASI

Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo


Sebagai guru, mungkin kita pernah bahkan sering mengalami, Ketika murid-murid kita belajar satu topik kemudian diadakan tes maka nilainya bagus-bagus. Sepertinya hafal betul dengan isi pembahasan materi. Tapi saat ganti topik sepertinya sudah lupa dengan materi sebelumnya. Begitu pula jika pertanyaan ada di buku pasti jawabannya bagus-bagus. Tapi Ketika diminta untuk memberikan jawaban dari sudut pandang mereka untuk menyelesaikan soal yang terkait konsep, murid kita cenderung bingung. Padahal semua bacaan sudah disediakan. Mengapa murid kita susah sekali dalam memahami ?

Dalam semua mata pelajaran, kita memfasilitasi murid untuk mengeksplorasi beragam teks yang terkait dengan topik agar mereka mendapatkan ilmu yang bermakna serta dapat mengekspresikan pemahamannya dengan berbagai cara. Berbagai kegiatan yang dapat mengeksplorasi teks bacaan untuk mendalami materi pembelajaran seperti membaca, menyimak, memirsa, berbicara, presentasi, menulis. Hal ini dijalani murid saat menjalani proses pembelajaran. Misalnya saat berdiskusi, menjelaskan atau mempresentasikan hasil pemahamannya. Atau menuangkan pemikirannya melalui berbagai media. Murid tidak saja diharapkan dapat menguasai materi dan menguasai keterampilannya. Diharapkan dapat berpikir kritis dan kreatif melalui materi ajar.

Apa yang telah kita lakukan untuk membantu meningkatkan kecakapan berpikirnya?

Apakah kita telah mengajak murid untuk mengeksplorasi teks bacaan dengan cara yang sama pada mata pelajaran non Bahasa?

Kita mengakui bahwa keterbatasan fasilitas dan sumber belajar menjadi tantangan tersendiri bagi guru-guru di daerah terpencil atau tertinggal. Bukan halangan untuk meningkatkan kecakapan literasi. Jika menghadapi kondisi seperti itu, kita sebagai guru tidak perlu khawatir. Ada tiga area penerapan strategi literasi yaitu :

1.      Lingkungan fisik kaya teks

2.      Program ramah literasi

3.      Pembelajaran dalam kelas

Fokus pembahasan ini adalah pada program ramah literasi. Program ini merupakan program yang menumbuhkan kecintaan murid terhadap kegiatan membaca dan menulis. Beberapa contoh program ramah literasi yang dapat diterapkan di sekolah yaitu :

a.       perpustakaan keliling, yaitu program untuk mendekatkan buku kepada murid yang dilakukan pada periode tertentu. Caranya dengan menaruh dan membawa buku bacaan ringan ke tempat-tempat di mana murid-murid banyak menghabiskan waktu untuk bersantai lalu menawarkan peminjaman buku kepada mereka. Atau berkeliling membawa beberapa pilihan bacaan ke tempat tinggal para murid. Ini bisa dilakukan dengan berkolaborasi dengan layanan perpustakaan keliling yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

b.      Klub buku, yaitu wadah untuk berdiskusi tentang isi buku. Bisa diikuti oleh yang sudah pernah membaca maupun yang belum.

c.       Majalah dinding, merupakan media yang memfasilitasi murid dalam mengasah keterampilan mengekspresikan ide dan pemahaman dalam berbagai karya. Menulis acara tentang liputan sekolah, hobi, tren atau apapun yang dianggap menarik.

d.      Mengundang pembicara tamu dan mengunjungi narasumber. Misalnya mengundang blogger, penulis, vlogger, creator konten, pembuat film, atau pilihan lainnya. Bisa juga mengajak murid untuk mengunjungi narasumber kemudian diminta untuk membuat laporan melalui berbagai karya tentang kunjungan tersebut. Misalnya mengunjungi produsen batu bata dan mewawancarainya.

Yang paling penting adalah semua dirancang dengan menitikberatkan pada proses yang menyenangkan bagi murid. Misalnya tentang music K-Pop, make up, film, fashion, atau travelling. Dalam area pembelajaran di kelas, tantangan terbesar literasi pada tingkat SMP/SMA adalah kegiatan literasi yang dipisahkannya keterampilan tersebut dari mata pelajaran selain Bahasa. Lalu, bagaimana kita memasukkan keterampilan literasi dalam setiap mata pelajaran? Ada banyak yang dapat dilakukan untuk menguatkan keterampilan literasi dalam pembelajaran, diantaranya adalah

1.      Jurnal interaktif, memfasilitasi anak bekerja dalam kelompok dan mengkolaborasikan pemahaman masing-masing terhadap sebuah teks.

2.      Rumus kesimpulan, melatih anak untuk memilah beberapa kata atau kalimat kunci dari teks dan kemudian membuat kesimpulan.

3.      Kata kunci, yaitu murid membuat kata-kata kunci dalam sebuah teks lalu membuat rangkuman.

Teks tidak hanya berupa kata yang tertulis dalam buku. Bisa dalam bentuk gambar, poster, infografis, teks audio visual berupa film pendek juga dapat dianalisis oleh murid.

Kegiatan penguatan litersi di SMP/SMA tidak hanya di mata pelajaran Bahasa Indonesia, tapi juga pada mata pelajaran lainnya. Ini adalah modal utama murid untuk mendapatkan pemahaman mendalam dalam pembelajarannya.

 

Referensi : Platform Merdeka Mengajar

 

Minggu, 04 September 2022

MEMAHAMI MURID : MEMETAKAN KOMPETENSI

 

MEMAHAMI MURID : MEMETAKAN KOMPETENSI


Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

Siswa adalah individu yang unik, tanggung jawab kita sebagai guru adalah membantu siswa memahami materi ajar dan menguasai keterampilan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Lebih jauh lagi, guru diharapkan dapat memahami bahwa siswa memiliki pengetahuan awal dan keterampilan yang dipengaruhi oleh bagaimana ia dibesarkan dalam keluarga dan lingkungannya.

Bila kita cermati, apakah semua siswa terlibat penuh saat proses pembelajaran ? Jika saja kita sebagai pendidik mampu membaca pikiran setiap siswa, mungkin kita akan terkejut melihat berapa banyak siswa yang terlibat penuh dalam pembelajaran. Secara fisik mereka berada dalam kelas mengikuti pembelajaran. Tetapi pikiran mereka mengembara entah ke mana. Pikiran tidak terfokus, pandangan kosong, siswa tidak memahami bahan ajar. Itu adalah contoh realita yang terjadi di dalam kelas kita.

Sebagai pendidik, merupakan tanggung jawab kita untuk membantu siswa memahami materi ajar dan menguasai keterampilan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Lebih jauh, kita sebagai pendidik diharapkan mampu memahami bahwa siswa memiliki pengetahuan awal dan keterampilan yang dipengaruhi oleh bagaimana ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan lingkungannya. Karenanya, setiap individu itu unik. Sebagai guru, kita harus mampu mengenal karakteristik dan kebutuhanya agar dapat mengembangkan potensinya.

Kebutuhan belajar diartikan sebagai jarak atau kesenjangan antara sasaran yang ingin dicapai dengan kondisi riil siswa saat ini. Ada 3 faktor yang mempengaruhi kebutuhan belajar yaitu pengetahuan, keterampilan dan ketertarikan (antusiasme) siswa. Sebagai contoh saat pelajaran Bahasa Indonesia, guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat poster. Tentu sebelumnya sudah diberikan materi tentang unsur-unsur poster dan sebagainya yang terkait dengan poster. Saat tugas dikumpulkan, guru mendapati tugas siswa tidak tuntas. Ketika ditanya satu per satu alasannya, ada yang menjawab tidak bisa menggambar. Sementara siswa yang lain menjawab tidak bisa membuat kata-kata yang bagus, takut salah yang akhirnya tidak tuntas pekerjaannya. Ada pula yang masih bingung untuk membedakan antara poster dengan selebaran.

Dari ilustrasi tersebut, hendaknya sebelum menyampaikan materi tentang poster, sebagai guru sebaiknya mengenali pengetahuan awal tentang topik tersebut, mengidentifikasi keterampilan dan minat siswa terkait kompetensi membuat poster.

Ada siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang apa itu poster. Ada juga yang masih memiliki keterampilan terbatas dalam berbahasa. Siswa yang lain memiliki antusiasme yang rendah karena poster merupakan hal yang tidak dikuasai.

Jika kita mengalami hal seperti itu maka kendalanya bukan pada kompetensi siswa atau metode belajar yang tidak cocok. Sebagai guru kita hanya perlu mengetahui pemahaman awal siswa tentang poster agar bisa memetakan kebutuhan belajar mereka. Melakukan identifikasi karakteristik dan pemahaman siswa.

Membuat poster akan melibatkan kemampuan berkreasi visual. Identifikasi dapat dilakukan misalnya dengan bermain melanjutkan gambar dari bentuk tertentu. Untuk mengetahui kesiapan berbahasa siswa, dapat dilakukan dengan melanjutkan beberapa kata. Dua kegiatan tersebut bisa membantu guru untuk memahami karakteristik terkait dua unsur yang dominan dari materi pembuatan poster. Hasil dari pemetaan tersebut dapat menjadi dasar bagi guru untuk tugas selanjutnya. Apakah pembuatan poster dilakukan secara individua tau berkelompok . Lalu berapa lama durasinya. Harapannya siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Pengenalan kebutuhan belajar siswa perlu dilakukan karena ini akan membaca siswa pada rasa kebermampuan. Jika siswa mengalami kesulitan, guru dan siswa dapat mengenali secara obyektif , hal apa yang menjadi kesulitan sehingga proses perbaikan bisa dilakukan dengan lebih spesifik dan terarah.

Mari kita cermati kembali,

1.      Siapa diantara siswa kita yang paling jarang menjawab pertanyaan dan ajakan di kelas?

2.      Siapa siswa yang sering tidak tuntas dalam mengerjakan tugas?

3.      Siapa siswa yang terlihat sering melamun di kelas?

 

Apakah kita sebagai guru tahu mengapa siswa tersebut jarang merespon pertanyaan? Mengapa murid tidak tuntas dalam mengerjakan tugas? Mengapa murid tersebut sering melamun di kelas? Semoga tidak ada lagi jawaban : anaknya memang begitu.

 

 

Referensi : Modul Pelatihan Mandiri pada PMM

PILCAKETOS DI SMPN 2 WONOREJO : PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

                                          PILCAKETOS DI SMPN 2 WONOREJO :

PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

 

Izatul Laela, S.Si

Pendidik di SMPN 2 Wonorejo

 

Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler.

Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar Pancasila.Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler.

Projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila.

Projek penguatan profil pelajar Pancasila, sebagai salah satu sarana pencapaian profil pelajar Pancasila, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.

Dalam kegiatan projek profil Pancasila ini, peserta didik di SMPN 2 Wonorejo melaksanakan aksi nyata tentang demokrasi, yaitu pemilihan calon ketua OSIS (PILCAKETOS). Adapun mata pelajaran yang bertanggung jawab dalam projek demokrasi ini adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn), Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PABP) serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Pelaksanaan projek ini include dalam pembelajaran. Jadi, guru yang mengajar di kelas 7 mengikuti jadwal yang dibuat oleh tim projek tersebut.

Diawali dari pembuatan jadwal pelaksanaan. Hari pertama menyampaikan teori tentang  demokrasi. Agar lebih efektif dan siswa juga mendapatkan suasana  yang berbeda, pembelajaran dilaksanakan di luar kelas (outdoor) yaitu di lapangan upacara.

Hari ke-dua siswa diajak berkunjung ke balai desa terdekat untuk belajar secara langsung dari narasumber tentang pelaksanaan demokrasi di desa. Di balai desa tersebut, siswa mendapat kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapat tentang demokrasi di pemerintahan desa Wonosari. Kemudian siswa diminta menuliskan pertanyaan dan jawaban terkait kunjungan mereka di balai desa yaitu tentang demokrasi.

Hari ke-tiga siswa dibentuk menjadi 4 kelompok untuk membuat yel-yel sebagai bentuk dukungan terhadap calon ketua OSIS yang terdiri dari 4 calon. Setelah yel-yel terbentuk, tiap kelompok diminta untuk mendemonstrasikannya secara bergantian.

Hari ke-empat siswa dikelompokkan menjadi kelompok putra dan putri. Kelompok putra dibagi menjadi 4 kelompok diminta untuk membuat kotak suara sejumlah 4. Sedangkan siswa putri dibagi menjadi 2 kelompok diminta untuk membuat tulisan yang akan ditempel pada kotak suara dan bilik suara.

Hari ke-lima adalah pelaksanaan kampanye dari para kandidat calon ketua OSIS. Dalam hal ini kandidat calon ketua OSIS berasal dari kelas 8, yaitu Imadatus Sa’adah dari 8A, Ayu Lestari, Eka Silmi Kaffah dan Denis Riski Saputra dari kelas 8B. Tiap kandidat menyampaikan orasi tentang visi dan misi yang sudah mereka buat sebelumnya. Saat kampanye dihadiri oleh seluruh siswa yaitu kelas 7, 8 dan 9 serta didampingi oleh bapak/ibu guru serta tenaga kependidikan yang bertugas membantu secara teknis pelaksanaannya. Dilanjutkan dengan simulasi pencoblosan di ruang yang sudah disiapkan dengan kelengkapan logistic pemilihan.

Hari ke-enam merupakan saat pencoblosan untuk memilih kandidat calon ketua OSIS. Dengan mengusung jargon LUBER (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia), proses dilakukan secara bertahap dan bergiliran. Hal ini bertujuan agar suasana sekolah tetap kondusif, aman dan terkendali.

Saat yang ditunggu pun tiba yaitu penghitungan suara. Disaksikan oleh seluruh siswa dan guru serta tenaga kependidikan, proses penghitungan suara dilaksanakan secara transparan. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut : Denis Riski Saputra (Nomor urut 1) memperoleh 26 suara, Imadatus Sa’adah (Nomor urut 2) memperoleh 26 suara, Ayu Lestari (Nomor urut 3) memperoleh 36 suara, dan Eka Silmi Kaffah (Nomor urut 4) memperoleh 79 suara. Terdapat 8 suara tidak sah.

Dari 175 siswa diperoleh suara terbanyak yaitu Eka Silmi Kaffah (Nomor urut 4) dari kelas 8B dengan79 perolehan suara. Maka diputuskan bahwa Eka Silmi Kaffah akan mengemban Amanah menjadi ketua OSIS SMPN 2 Wonorejo periode 2022-2023.

Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila hendaknya memenuhi prinsip-prinsip yaitu

1.      Holistic, tema projek profil yang dijalankan bukan merupakan sebuah wadah tematik yang menghimpun beragam mata pelajaran, namun lebih kepada wadah untuk meleburkan beragam perspektif dan konten pengetahuan secara terpadu. Cara pandang holistik juga mendorong kita untuk dapat melihat koneksi yang bermakna antar komponen dalam pelaksanaan projek profil, seperti peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, masyarakat, dan realitas kehidupan sehari-hari.

2.      Kontekstual, upaya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian. Prinsip ini mendorong pendidik dan peserta didik untuk dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran.

3.      Berpusat pada peserta didik, mendorong peserta didik untuk menjadi subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara mandiri, termasuk memiliki kesempatan memilih dan mengusulkan topik projek profil sesuai minatnya. Pendidik menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan banyak kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas dorongannya sendiri sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Harapannya, setiap kegiatan pembelajaran dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam memunculkan inisiatif serta meningkatkan daya untuk menentukan pilihan dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

4.      Eksploratif, membuka ruang yang lebar bagi proses pengembangan diri dan inkuiri, baik terstruktur maupun bebas. Projek penguatan profil pelajar Pancasila tidak berada dalam struktur intrakurikuler yang terkait dengan berbagai skema formal pengaturan mata peserta didikan.

Manfaat projek penguatan profil pelajar Pancasila jelas dapat dirasakan oleh siswa, guru maupun lembaga. Adapun manfaat bagi siswa yaitu memberi ruang dan waktu untuk peserta didik mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter dan profil pelajar Pancasila.

Bagi guru manfaat yang diperoleh yaitu mengembangkan kompetensi sebagai pendidik yang terbuka untuk berkolaborasi dengan pendidik dari mata pelajaran lain untuk memperkaya hasil pembelajaran.

Sedangkan bagi lembaga, manfaat yang diperoleh dengan projek penguatan profil pelajar Pancasila yaitu menjadikan satuan pendidikan sebagai organisasi pembelajaran yang berkontribusi kepada lingkungan dan komunitas di sekitarnya.

 

 

Referensi :

https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2022/06/Panduan-Penguatan-Projek-Profil-Pancasila.pdf